9

1.7K 299 20
                                    

***

Lisa berdiri di tengah-tengah kamar mandi rumahnya. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam kepalanya. Ada yang salah dengan dirinya– Lisa sangat menyadari itu, walau ia tidak tahu bagian mana yang salah.

"Kenapa kau terus melakukan hal-hal yang ku benci?" tanya Lisa, kepada bayangannya di cermin. Di sebelahnya ada bath tub yang hampir penuh, beraroma bunga-bunga tropis dengan busa putih lembut. "Kenapa kau terus bersikap semaumu? Kau justru membuatnya semakin membenciku, tahu?" kesalnya sembari menanggalkan satu persatu pakaiannya.

Begitu semua pakaiannya tanggal, ia melangkah beberapa langkah ke sebelahnya, menyusup masuk ke dalam bath tub yang kini sudah terisi penuh dan duduk di sana. Merendam tubuhnya, merendam kebenciannya, merendam semua penyesalannya di sana. "Kau sudah benar-benar kacau Lisa," ucapnya sekali kali, masih kepada dirinya sendiri. Dengan rasa kacau yang membuatnya begitu sesak, Lisa lantas menenggelamkan dirinya sendiri masuk ke dalam air sabun di bath tub.

Merasa sesak karena tenggelam dalam bath tub ternyata masih lebih baik dibanding sesak dalam laut tanpa air– dunia tempatnya hidup. Ia ingin melewati semuanya. Ia ingin semua rasa tidak nyaman dalam hidupnya segera berakhir. Lisa benar-benar menginginkannya, tapi ia tidak tahu kemana ia harus pergi untuk bisa melewati semua ketidaknyamanan itu.

Kalau aku pergi, akankah semua rasa sesak ini hilang? Kalau aku melarikan diri, akankah aku merasa nyaman? Kalau aku mati, akankah aku benar-benar bahagia? Lisa terus bertanya-tanya sampai nafas dalam paru-parunya akhirnya habis. Hanya karena ia tetap tersenyum dan bersikap angkuh di luar sana, bukan berarti ia baik-baik saja. Walau kesalahannya tidak akan pernah hilang bahkan ketika ia sekarat sekalipun. Luka tetap bukan free pass untuk menganggu orang lain.

Setelah malam dimana Jiyong menolak mentah-mentah permintaan Lisa– untuk kembali bersama– kedua manusia itu menghabiskan sisa malamnya sendirian. Lisa di kamar mandi rumahnya, sedang Jiyong masih setia berada di studio rekamannya. Jiyong berusaha keras untuk mengalihkan pikirannya dari Lisa. Ia berusaha keras untuk melupakan kenangan-kenangan yang menyakiti perasaannya.

Kenangan penuh duri itu dimulai dari datangnya Lisa ke hadapannya. Tanpa basa-basi gadis itu mengatakan kalau ia ingin putus dari Jiyong. Walau sedari awal Jiyong memang mengencani Lisa karena kasihan, namun setelah empat tahun bersama rasa kasihan itu ternyata telah tumbuh menjadi rasa cinta yang benar-benar tulus.

"Aku ingin berhenti," dengan jelas Jiyong mengingat saat-saat itu. Saat dimana Lisa dengan angkuh mengakhiri hubungan mereka, di studio rekaman yang tidak pernah Jiyong tinggalkan sampai malam ini. "Aku ingin kita putus. Oppa membosankan, oppa tidak cemburu, oppa tidak marah, tidak juga berdebat. Aku tahu oppa melakukannya karena menghormatiku, tapi itu justru membuatku merasa kalau oppa tidak mencintaiku. Aku tidak bisa merasakan perasaanmu. Apa kau mencintaiku sebagai seorang wanita? Atau hanya menganggapku sebagai anak yang perlu oppa besarkan, aku tidak tahu," begitu yang Lisa katakan waktu.

Bahkan, setelah Jiyong berkali-kali mengatakan kalau ia mencintai Lisa, sebagai seorang wanita, Lisa tidak bisa mempercayainya. Gadis itu justru berucap, "kata-katamu tidak lagi membuatku berdebar-debar. Rasanya seperti mendengar appaku yang mengatakannya. Itu alasan kita putus." Gadis itu melukai Jiyong, membuat Jiyong merasa kalau dirinya baru saja jatuh ke dalam jurang tanpa dasar.

Bagaimana bisa ucapan seorang gadis yang bahkan belum genap dua puluh tahun terdengar begitu menyakitkan? Sampai malam ini pun kenangan akan kata-kata itu masih terasa begitu menyayat.

Sebelum pagi datang, Jiyong akhirnya punya jawaban untuk produser acara survival itu. Jiyong akan datang sebagai mentor para peserta di hari Kamis dan Jumat. Ia ingin melihat sendiri, dengan matanya sendiri, apa yang sebenarnya terjadi di acara itu. Ia ingin melihat sendiri bagaimana hubungan Lisa dengan Stella di sana. Ia ingin tahu alasan Lisa tiba-tiba berani mengatakan permintaannya tadi. Ingin tahu alasan Lisa mengajaknya kembali bersama.

Rasanya selama empat tahun terakhir ini mereka jarang sekali bertemu. Dua tahun pertama setelah mereka putus, Jiyong benar-benar sibuk dengan tur dunianya, kemudian dua tahun setelahnya Jiyong pergi ke camp wajib militernya. Namun sekarang, mereka terus bertemu karena satu atau dua kebetulan.

Sore ini Lisa terlihat sedikit pucat, mungkin demam, sedang Jiyong tetap terlihat tenang dan mempesona seperti biasanya. Lisa baru datang ke agensi sekitar dua belas jam setelah Jiyong menolak permintaannya. Dan Jiyong pun begitu. Begitu matahari terbit, ia pulang untuk tidur, kemudian di sore hari pria itu kembali datang ke agensi untuk mendengar sekaligus mengecek lagu yang IU kirimkan padanya.

"Bisakah kau membujuk Sehun untuk sedikit mengalah padaku dan Heize eonni? Oppa, Mino oppa yang tampan, bantu aku, ya? Kau berteman dengan Sehun," bujuk Lisa, yang merangkul Mino di depan lift tanpa menyadari kalau Jiyong ada di belakang mereka– tiga langkah di belakang mereka.

"Kenapa kau tidak berusaha dengan keras agar bisa mengalahkan Sehun saja? Daripada membuang waktumu untuk membujukku begini?" balas Mino, sama sekali tidak berusaha melepaskan tangan Lisa dari tubuhnya, seolah ia sudah benar-benar terbiasa dengan keberadaan gadis itu di sekitarnya.

"Mana mungkin? Aku satu tim dengan Heize eonni– orang ketiga yang jadi alasan Rose dan Chanyeol oppa putus waktu itu. Lalu musuhku Chanyeol dan Sehun. Satu hal yang aku tahu pasti, Chanyeol oppa masih mengejar Heize eonni."

"Bukan kah situasi itu menguntungkan kalian? Heize pasti bertekat untuk mengalahkan mereka berdua," saran Mino dan Lisa menggelengkan kepalanya. Gadis itu ragu kalau Heize akan berusaha keras untuk mengalahkan Chanyeol karena wanita itu masih menyukai Chanyeol. Sepasang orang yang saling mencintai itu tidak bisa bersama karena Rose. "Jadi, dia merasa bersalah pada Rose, meminta Rose memaafkannya dan Rose bilang dia akan memaafkannya kalau ia menolak Chanyeol?" tanya Mino dan Lisa menganggukan kepalanya. Jangankan Mino, Lisa sendiri pun tidak menduga kalau Rose yang terkenal begitu lembut itu bisa membuat Heize mengikuti keinginannya.

"Memang apa yang akan Rose lakukan kalau mereka berdua berkencan?" tanya Mino dan kali ini pun Lisa masih menggelengkan kepalanya.

"Tidak tahu. Tapi Heize eonni yakin ia tidak akan bahagia bersama Chanyeol kalau Rose masih membencinya. Heize eonni tipe wanita yang tidak suka dibenci orang lain. Padahal dicintai semua orang itu mustahil," jawab Lisa membuat Mino langsung menoleh untuk menatapnya.

Mino bertanya tentang siapa yang membenci Lisa. Mino berargumen kalau apa yang Lisa sebut mustahil itu tidak benar. Di mata Mino, Lisa adalah gadis yang dicintai semua orang. Sayangnya Lisa tidak merasa begitu. Lisa bilang kalau ia bisa menulis nama semua orang yang membencinya di dalam sebuah buku setebal kamus bahasa Inggris.

"Oppa tahu siapa nama pertama yang akan ku tulis di buku itu?"

"Siapa? Jiyong hyung? Dia pasti sangat membencimu,"

"Tidak," jawab Lisa. "Bukan karena Jiyong oppa tidak membenciku, aku tahu kalau dia membenciku tapi nama pertama yang akan ku tulis adalah Lalisa Manoban."

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang