27

1.6K 273 17
                                    

***

Pukul sembilan, Jiyong menekan bel pintu rumah kakak perempuannya. Jiyong itu tahu kode pintu rumah kakaknya, ia bahkan bisa menebak susunan angka untuk berangkas sang kakak, tapi setelah ia memahami sepenting apa privasi itu, ia selalu menekan bel pintu. Ia tidak ingin membuat kakaknya kehilangan privasi itu. Karena dengan tidak melanggar privasi orang lain, Jiyong berharap privasinya pun tidak akan di langgar orang lain. Walau fans dan reporter sering sekali melanggar hak privasi itu, setidaknya mereka yang hidup disekitarnya akan bantu menjaga privasinya.

"Kau sudah datang?" sapa Dami, yang baru saja membukakan pintu apartemennya untuk Jiyong juga Lisa. "Oh? Lisa juga ikut?" tegurnya, sembari menatap Jiyong dengan sebelah alis terangkat. Dami pikir Minjoon bercanda saat bilang kalau Jiyong akan datang dengan teman perempuannya malam ini. Dami pikir Jiyong berbohong saat bilang kalau ia akan pergi makan malam dengan Lisa.

"Selamat malam eonni, eonni masih tidak menyukaiku ya?" balas Lisa, dan dengan berterus terang Dami menganggukan kepalanya.

"Hm, aku tidak menyukaimu. Tapi aku bisa apa kalau adikku menyukaimu, masuklah," jawab Dami yang kemudian mendapatkan tatapan kesal dari adiknya sendiri. "Lihat, karenamu dia menatapku seperti itu, padahal dia pernah-"

"Aku lapar, apa yang kau buat malam ini noona?" potong Jiyong, yang lebih dulu melewati Dami kemudian masuk ke dalam rumah kakaknya seolah ia adalah pemilik rumah itu.

Dami menyukai Lisa, dulu sebelum gadis itu menyakiti adiknya. Orangtua Jiyong pun sama, mereka menyukai Lisa sampai gadis itu meninggalkan Jiyong. Awalnya Dami tidak setuju saat Jiyong bilang kalau ia mencoba untuk dekat lagi dengan Lisa. Namun cerita-cerita Jiyong, termasuk tentang apa yang dikatakan psikiater tentang Lisa membuat Dami bersedia mengalah. Karena Jiyong tahu kalau Lisa bisa saja menyakitinya lagi dan karena Jiyong sudah bersedia menerima resiko itu, Dami membiarkan adiknya bersikap semaunya. Kalau Jiyong sudah tahu apa yang ada di depannya dan apa resiko yang harus dihadapinya nanti, sebagai seorang kakak maupun manusia dewasa, Dami tidak lagi bisa ikut campur, mengatur atau bahkan mengambilkan keputusan untuk Jiyong.

Jiyong sudah lebih dulu sampai di meja makan, Dami dan Lisa mengikutinya. Memang tidak ada pembicaraan apapun di antara Dami dan Lisa saat itu, namun tidak ada aura permusuhan di sana. Lisa melihat-lihat rumah yang tidak pernah ia kunjungi itu. Melihat beberapa lukisan yang dipajang di sana, juga beberapa perabotan yang familiar baginya. Ada beberapa kursi dan meja dari lima tahun lalu di sana– jauh sebelum ia berhenti berhubungan dengan keluarga Kwon, jauh sebelum Dami pindah ke rumah baru ini.

Kim Minjoon berdiri di dekat meja makan, pria itu sedang memunggungi semua orang karena masih sibuk dengan pembicaraannya di telepon. Ia menatap ke jendela balkon yang tidak tertutup tirai, kemudian membalikan badannya tepat setelah bisnisnya selesai dan menyapa dua tamunya dengan tangan yang terbungkus perban.

"Kalian sudah- datang?" sapa Minjoon, sedikit tertahan karena reaksi Lisa yang langsung menarik tangan Dami, menggenggam erat tangan itu seolah hidupnya sedang berada dalam ancaman. Gadis itu membeku, kaku di tempatnya sedang tiga orang lainnya menatapnya dengan heran.

"Ups..." gumam Lisa kemudian, setelah ia kembali mengingat kenyataan. "Maaf, aku baru saja merasa seperti bertemu dengan rentenir Goo... Aku jadi tiba-tiba gugup," canggung Lisa yang lantas melepaskan tangan Dami dari genggamannya. Gadis itu menyuarakan tawa canggungnya, namun tidak ada satupun orang yang menanggapinya. Ketiganya masih tidak percaya kalau Lisa akan setakut itu karena bertemu seorang aktor yang memerankan karakter rentenir dalam dramanya. "Haruskah aku pergi saja?" susul Lisa, karena ia merasa sudah menghancurkan suasana di sana di menit pertamanya datang– setelah bertahun-tahun tidak pernah berkunjung.

"Sudah ku bilang pakai plester saja, kau menakut-nakutinya," ucap Dami, menunjuk segulung perban yang melilit tangan suaminya. "Duduk dan makan saja, dia bukan rentenir sekarang, Jiyong akan menuduhku mengusirmu kalau kau pergi begitu saja sebelum makan. Dan siapa yang akan menghabiskan semua makanan itu? Jiyong tidak makan banyak," susul Dami yang kemudian menggandeng Lisa dan menyuruhnya untuk duduk di sebelah Jiyong yang masih berdiri– sedang terkekeh karena melihat Lisa gugup.

"Ini kali pertamamu bertemu dengan Minjoon hyung?" tanya Jiyong, dengan mulut yang penuh oleh sepotong telur.

"Ya, ini kali pertamaku bertemu dengan teman perempuanmu, hai, senang bertemu denganmu Lisa," jawab Minjoon, mendahului Lisa.

Ada delapan kursi di meja makan itu, namun makanannya hanya di letakan di tengah-tengah empat kursi. Akan ada terlalu banyak makanan kalau meja itu di isi penuh. Hari ini Dami tidak memasak, suaminya sibuk syuting sedang ia sendiri sibuk dengan peragaan busananya, jadi di atas meja makannya ada terlalu banyak jenis makanan pesan antar– pizza, ayam goreng, tteokbokki, sup juga kimbab.

"Anda mengenalku?" sopan Lisa.

"Tentu, siapa yang tidak kenal Lisa Blackpink?"

"Bukan... maksudnya, aku... Aku calon kekasih Jiyong oppa," jawab Lisa yang sekarang membuat tiga orang di sekitarnya sedikit terkejut. Minjoon terkejut dengan ucapan terus terang itu, sedang Dami dan Jiyong terkejut karena perubahan sikap Lisa yang tiba-tiba.

"Siapa yang bilang begitu?" tanya Dami, wanita itu duduk di sebelah suaminya, berhadapan dengan Jiyong yang duduk di sebelah Lisa. "Kenapa sekarang kau jadi tidak tahu malu?"

"Jiyong oppa bilang dia mau berkencan denganku kalau aku sudah- uhm... pokoknya Jiyong oppa yang bilang begitu. Dia mau menungguku, dan karena kalian keluarga Jiyong, aku tidak malu mengatakannya. Bisa saja kita akan jadi keluarga juga nanti,"

"Bagaimana kalau tidak?" balas Dami membuat Lisa menundukkan kepalanya, sejenak diam untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan Dami itu. Apa yang akan ia lakukan kalau Jiyong menolaknya sampai akhir? Apa yang akan ia lakukan kalau ia tidak bisa jadi bagian dari keluarga Jiyong nanti?

"Aku akan terlalu malu untuk menemui kalian. Mungkin aku akan menghindari kalian sekuat tenaga," gumam Lisa, tanpa menatap mata siapapun di sana. "Kalau eonni menanyakan itu beberapa waktu lalu mungkin aku akan bilang 'aku akan berusaha keras untuk mendapatkan Jiyong oppa, apapun yang terjadi' tapi setelah beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini, aku tahu berusaha keras untuk tujuan seperti itu hanya akan menganggu semua orang. Aku tidak akan melakukannya lagi,"

"Waahh... Kau sudah berubah sekarang? Hebat-"

Lisa menatap Minjoon, membuat si aktor lantas menutup mulutnya sebelum Lisa sadar kalau Jiyong telah me ceritakan segalanya kepada Dami, juga kepadanya.

"Apa aku sudah benar-benar berubah?" tanya Lisa. Gadis itu tidak menyadari kekhawatiran Minjoon, namun ia merasa begitu tersentuh saat Minjoon bilang kalau ia sudah berubah, kalau ia mungkin sudah dekat dengan tujuannya– sembuh.

"Tidak," jawab Jiyong. "Lisa yang ku kenal memang begitu, kau tidak berubah," ucap pria itu, membuat Lisa menutup mulutnya, menganggukan kepalanya kemudian tersenyum simpul dan melanjutkan makan malamnya. Ia sedikit kecewa karena mendengar ucapan Jiyong, sedikit kecewa karena ternyata ia belum berubah– di mata Jiyong.

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang