23

1.8K 292 24
                                    

***

Kembali ke malam dimana Lisa meraih keberhasilannya– menang melawan Jiyong. Hanya kurang dua penampilan lagi sekarang. IU dan PSY yang jadi penampil terakhir malam ini sudah siap di belakang panggung. Sedang Lisa dan Jiyong masih berterimakasih pada partner duet masing-masing. Saat datang, IU dan PSY juga menyempatkan diri untuk memberi selamat pada Lisa dan Hyoyeon. Obrolan itu tidak berlangsung lama, karena Lisa yang menang, IU yang harus tampil lebih dulu dan PSY menunggu gilirannya di belakang panggung.

"Kau sudah memberinya selamat?" tegur PSY, kepada Jiyong yang baru saja menyuruh Lydia udah lebih dulu pergi ke ruang tunggunya. Karena Lydia bukan penantang resmi, ia dipersilahkan untuk menunggu penutupan acaranya nanti di ruang tunggu, bersama Hyoyeon.

"Aku baru saja akan melakukannya," balas Jiyong yang kemudian menepuk bahu PSY, memberi semangat kepada pria berisi itu lantas berpamitan dengan sopan.

Lisa baru saja akan pergi ke ruang panel setelah ia berpamitan dengan Hyoyeon yang akan ke ruang tunggu bersama Lydia. Namun, Jiyong yang datang menghampirinya membuat Lisa berhenti melangkah. Beberapa staff– penata busana dan penata rambut– membungkuk sopan ketika Jiyong datang lalu tersenyum untuk membalas sapaannya.

"Bisa kita bicara sebentar?" tawar Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. Tanpa banyak bicara, keduanya berjalan ke lorong sepi, berdiri di ujung lorong dekat jendela kaca besar yang menunjukan pemandangan malam kota itu. Jalanan tidak begitu ramai, tidak ada banyak orang berjalan kaki di trotoarnya, lalu lintas juga terlihat senggang. "Selamat, kerja kerasmu selalu membuahkan hasil," ucap Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. Tersenyum canggung kemudian mengiyakan ucapan Jiyong.

"Tapi oppa biasa saja, oppa tidak menyiapkan apapun, aku jadi sedikit kecewa. Oppa sengaja mengalah?"

"Tidak," jawab Jiyong. "Aku tidak berencana mengalah. Aku benar-benar kalah. Aku lelah dan baru menghubungi Lydia siang tadi, sama sekali tidak punya plan B,"

"Ya, Lydia eonni sudah bilang. Katanya Seungri oppa yang harusnya datang bersamamu, tapi dia tiba-tiba membatalkan janjinya. Oppa akan pergi ke rumah sakit setelah ini?" tanya Lisa dan Jiyong menggelengkan kepalanya. Jiyong bilang kalau ia akan menjenguk tuan Lee besok pagi. "Ah... Oppa pasti lelah karena harus pergi ke Jeju. Tapi terimakasih karena menghindariku dengan pergi ke sana. Kalau oppa tetap di sini, mungkin aku sudah mengamuk di depanmu lagi," balas Lisa sembari menundukan kepalanya.

"Aku tidak tahu apa keputusanku sudah benar atau justru salah. Malam itu benar-benar kacau. Setelah melihat Jisoo memukulimu, memisahkan kalian dan mendengar apa yang terjadi dari Jisoo, Mino kecelakaan. Dia menabrak mobilku dengan motornya di tempat parkir agensi. Kaki dan tangannya terluka, motornya juga mobilku masuk bengkel. Tapi kau bilang kau ingin berubah, jadi aku pergi. Bagaimana kau mengatasi emosimu malam itu?"

Lisa mengingat-ingat kembali kejadian Kamis malam itu. Saat itu, ia menemui Mino untuk meminta maaf, namun tidak bisa mengatakan apapun dan meminta Mino untuk menunggu. Setelahnya, ia mendapat telepon dari Jisoo. Wanita itu memintanya untuk datang ke rumahnya dan melihat kekacauan yang Lisa buat di sana. Karena Lisa memberi kode pintu rumah Jisoo pada Suga, Suga menerobos masuk, mengacak-acak rumah itu dan merusak semua jejak Mino di sana. Suga mengamuk, hilang kendali dan membuat Jisoo benar-benar takut. Untungnya ada petugas keamanan di apartemen itu dan begitu Suga pergi, Jisoo langsung menghubungi Lisa.

Sebelum benar-benar pergi, Suga berteriak, kalau Lisa yang memberikan kode pintu itu. Suga memberitahu Jisoo kalau selama ini ia bekerja sama dengan Lisa. Suga bilang kalau ia membantu Lisa untuk mendapatkan Jiyong dan Lisa pun membantunya untuk mendapatkan Jisoo kembali. Ucapan provokatif pria itu membuat Jisoo hilang kendali begitu melihat Lisa. Tanpa di lihat siapapun, Jisoo melampiaskan emosinya pada Lisa. Gadis itu luar biasa marah, membentak Lisa, memukul bahkan mengancam akan membunuh Lisa karena ia sudah benar-benar kecewa pada adik segrupnya itu.

Suga seperti bom atom bagi Jisoo. Hidupnya hancur karena pria itu dan Lisa yang mengetahui kehancuran itu justru mengirim Suga ke dalam kamarnya. Rasa dikhianati tidak bisa lagi Jisoo tahan malam itu. Mungkin Lisa bisa benar-benar mati malam itu, karena Jisoo membunuhnya atau karena ia membunuh dirinya sendiri, tapi untungnya Mino datang, memisahkan mereka kemudian menyuruh Lisa pergi dari apartemen Jisoo sementara ia menenangkan Jisoo.

"Aku tidak bisa menahan emosiku," aku Lisa. "Aku sudah berusaha, aku berolahraga malam itu, aku juga memaki kantong plastik semalaman. Tapi aku tetap merasa marah– pada Suga. Kira-kira jam delapan pagi aku pergi ke apartemenmu tapi oppa sudah terbang ke Jeju. Aku juga pergi ke bandara, ku pikir aku bisa mengejarmu ke Jeju. Tapi aku menahan diri. Aku membenci Suga, aku tidak bisa melampiaskan kebencianku padamu hanya karena Suga menakutkan," cerita Lisa membuat Jiyong kembali memujinya. Memuji Lisa karena sudah berusaha menahan dirinya. Lisa belum berubah, tapi ia sudah berusaha, jadi Jiyong memujinya.

"Lalu masalah dengan Mino dan Jisoo?" tanya Jiyong dan lagi, Lisa menggelengkan kepalanya.

Lisa sudah bisa berdamai dengan Mino. Karena pria itu bisa sedikit lebih tenang saat mendengar cerita Lisa. Mino masih bisa menerima karena Suga mengancam Lisa dengan foto ciumannya. Sayangnya, Jisoo tidak bisa setenang Mino. Bahkan sampai hari ini, Jisoo belum mau menemui Lisa.

"Hari ini aku akan meminta maaf padanya lagi," ucap Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. Pria itu enggan memberi saran, enggan juga membantu Lisa dengan ikut menemui Jisoo. Bukan karena ia terlalu malas menemui Jisoo dan berdiri di tengah-tengah perseteruan itu. Jiyong justru merasa kalau perannya tidak dibutuhkan di sana. Ia tidak bisa memaksa Jisoo memaafkan Lisa hanya karena ia menyukai Lisa, apalagi setelah apa yang Lisa lakukan pada Jisoo.

"Apapun yang Jisoo katakan padamu, terima saja, dengarkan saja, tunggu sampai emosinya stabil lalu jelaskan kejadian yang sebenarnya. Soal Suga, kau juga harus menyelesaikan urusanmu dengannya. Akhiri semuanya, apapun itu, atau hindari dia. Ku dengar Mino tidak jadi melaporkannya ke polisi. Mino meminta bantuan Hyunsuk hyung dan melaporkannya ke CEO agensinya, begitu acara ini selesai, Suga akan di rawat di rumah sakit. Kau hanya perlu bertahan sampai saat itu,"

Lisa mengangguk, mengiyakan semua saran yang Jiyong berikan padanya. Ia membiarkan pria itu mengajarinya cara bertanggung jawab. Namun setelah Jiyong selesai dengan saran-sarannya, Lisa justru meminta hadiah yang tidak pernah Jiyong janjikan.

"Boleh aku memelukmu?" tanya Lisa. "Ini tidak ada hubungannya dengan emosiku. Aku hanya ingin memelukmu, anggap saja hadiah karena aku menang, atau-"

"Selamat, karena berhasil mengalahkanku malam ini," potong Jiyong, yang tanpa sempat Lisa duga segera memeluknya. Pria itu merentangkan tangannya, merengkuh Lisa masuk ke dalam pelukan yang begitu hangat. Pelukan yang empat tahun ini sangat Lisa rindukan. "Selamat, karena hampir berhasil mengalahkan egomu sendiri, kau sudah berusaha," tambah Jiyong dengan beberapa tepukan lembut di punggung Lisa.

Pelukan itu terasa seperti selimut bulu yang akhirnya datang setelah empat musim dingin. Sangat lembut, sangat hangat, begitu menenangkan, hingga Lisa tidak ingin kehilangan selimut itu lagi. Seandainya waktu bisa dihentikan saat itu. Berhenti hingga Jiyong tidak akan bisa melepaskan pelukannya itu.

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang