13

1.6K 260 8
                                    

***

Lagi, malam ini Lisa kembali terjebak di dalam penjara yang kepalanya buat. Hari telah berakhir, aktifitasnya sudah usai dan ia sudah berada di apartemennya, ditinggalkan sendirian di sana dengan rasa tidak nyaman yang begitu aneh. Rasanya ia sudah banyak melakukan kesalahan– hari ini. Satu persatu rekaman tentang hari ini berputar di kepalanya. Penyesalan-penyesalan kadaluarsa yang seharusnya tidak ada, terasa begitu menyesakan. Dengan nafas terengah-engah, Lisa duduk di sofa rumahnya. Ia belum sempat menyalakan lampu di sana, namun kegelapan itu justru mengurangi rasa sesaknya.

Dalam gelap, Lisa berbaring di sofa. Handphonenya bergetar, lalu dengan malas Lisa membuka pesan yang Heize kirimkan padanya. Dalam pesannya, Heize memberitahu Lisa kalau gadis itu boleh memakai lirik apapun untuk penampilan mereka. Heize bilang, Lisa boleh memakai lirik asli lagunya atau lirik yang Lisa tulis sendiri. Apapun masalah yang akan terjadi nanti, mereka pasti bisa mengatasinya– tulis Heize di akhir pesannya.

Sebenarnya Lisa sudah mendapatkan banyak hal. Sebenarnya ada banyak orang yang memperhatikannya. Sebenarnya ada banyak orang yang menyayanginya. Namun seperti yang Tablo tulis dalam lagunya– orang seperti mereka harus memberikan sebanyak yang mereka terima. Banyaknya cinta yang mereka terima, harus dibayar dengan keringat dan luka yang sama banyak.

Diwaktu yang sama dengan sesaknya Lisa itu, Jiyong duduk bersama seorang pria. Keduanya duduk berhadapan di sebuah restoran sepi yang sudah hampir tutup. Restoran itu sudah tidak lagi menerima pesanan, mereka akan langsung tutup begitu enam orang pelanggannya selesai makan dan pergi dari sana. Pria yang malam ini duduk di depan Jiyong adalah Kim Haekyeong, psikiater yang Stella bicarakan tadi.

"Laki-laki harus kuat dan perempuan harus sopan hanya konsep yang dibuat masyarakat, pada dasarnya laki-laki dan perempuan sama saja. Laki-laki punya emosi dan bisa bersikap emosional, sama seperti perempuan yang juga punya hasrat seksual. Tapi karena konsep yang dibuat masyarakat itu sudah lama ada, manusia mulai menyesuaikan diri mereka. Karena ada desakan laki-laki harus kuat, kita jadi sulit untuk menunjukkan emosi pada orang lain, karena tidak ingin dianggap lemah. Karena ada desakan kalau perempuan harus sopan, mereka pun jadi sulit mengungkapkan hasrat seksual yang sebenarnya manusiawi. Perempuan yang membicarakan kebutuhan seksual mereka di depan umum akan dianggap sebagai wanita murahan," ucap Haekyeong, menjelaskan apa yang sebenarnya tidak Jiyong tanyakan.

"Jadi, yang ingin ku katakan adalah, manusia sebenarnya sama, perempuan atau laki-laki. Dan jebakan maskulinitas itu bisa menyerang teman perempuanmu juga. Maskulinitas sendiri sebenarnya berbeda dengan jenis kelamin, hampir tidak ada hubungannya. Maskulin menggambarkan ketegasan, keberanian dan kemandirian. Tapi saat dia menjadi jebakan, kebanyakan orang akan menyalurkan emosi mereka dengan kemarahan, tidak selalu kekerasan tapi bisa diartikan sebagai tindakan untuk menyerang orang yang lebih lemah, secara fisik maupun emosional," tambah pria itu yang sekarang membuat Jiyong baru benar-benar mengerti.

"Jadi maksud anda, teman perempuanku itu menganggapku lemah? Karena dia hanya melampiaskan emosinya padaku,"

"Anda tidak melakukan apapun saat ia meluapkan emosinya, bukan begitu?"

Jiyong menganggukan kepalanya. "Aku tahu apa yang terjadi padanya, aku juga tahu kalau dia selalu berpura-pura semuanya baik-baik saja, jadi aku tidak tega untuk membalas emosinya. Sebenarnya aku kesal, karena sikapnya. Tapi aku merasa tidak bisa membalasnya," jelas Jiyong untuk mengartikan anggukannya.

"Bagaimana kalau anda menyarankannya untuk menemui dokter?" tawar Dokter Kim. "Sekarang banyak orang-orang yang berlomba punya penyakit mental. Banyak orang yang mengaku depresi dan bipolar tanpa diagnosa dokter. Penyakit mental, menemui psikiater bukan lagi hal yang memalukan. Sayangnya, sebagian dari mereka justru memanfaatkan itu untuk mendapatkan free pass atas perhatian orang lain sampai menyakiti orang lain,"

"Dia tidak akan mau, idol tidak boleh punya cela, sedikit saja cela bisa membuatnya jadi orang paling dibenci," jawab Jiyong. "Tapi akan kucoba untuk membuatnya menemui anda, dokter Kim, aku juga tidak bisa membiarkannya terus uring-uringan seperti sekarang. Terimakasih untuk waktumu, maaf sekali karena aku harus menemui semalam ini," sopan Jiyong sebelum kemudian ia berpamitan dan melangkah pergi dari sana– tentu setelah ia membayar makanan mereka dan mengirim biaya konsultasinya barusan.

Keesokan harinya, Lisa benar-benar sudah masuk dalam permainan Suga. Baru saja gadis itu membuka matanya, bersiap untuk beraktifitas tapi Suga sudah meneleponnya. Suga menelepon Lisa untuk meminta Lisa meyakinkan Jisoo agar gadis itu mau jadi lawan di misi keempat mereka. Sebuah permintaan yang sangat tidak masuk akal. Di telinga Lisa, permintaan Suga sama seperti desakan para fans yang tidak mau tahu kenyataannya.

Kenyataannya, seorang penyanyi rock belum tentu bisa menyanyikan lagu-lagu hip hop. Kenyataannya, seorang aktor belum tentu bisa bernyanyi. Kenyataannya, seorang penyanyi idol belum tentu bisa memproduseri lagunya sendiri. Kenyataannya, penyanyi belum tentu bisa berakting. Kenyataannya, semua hal itu bukanlah masalah. Tidak apa-apa kalau penyanyi rock tidak bisa membawakan lagu hip hop. Tidak apa-apa kalau aktor tidak bisa menyanyi. Tidak apa-apa kalau anggota grup idol tidak bisa memproduseri albumnya sendiri. Tidak apa-apa kalau penyanyi tidak bisa berakting. Hanya saja, yang jadi masalah, sebagian orang selalu menuntut orang lain untuk jadi paket lengkap– seperti menyuruh seekor ikan untuk memanjat pohon.

"Kau gila?" tanya Lisa. "Sudah ada banyak sekali orang yang mendesak Jisoo eonni untuk melakukan ini dan itu, sekarang kau juga akan melakukannya? Bagaimana bisa aku membuat Jisoo eonni jadi lawan di misi selanjutnya? Kalau memang harus Blackpink yang jadi lawan di misi selanjutnya, semua orang pasti akan memilih Jennie eonni!"

"Aku sudah membujuk produser dan sutradara acara ini untuk memilih Jisoo," balas Suga sama sekali tidak peduli dengan keluhan Lisa. "Kau hanya perlu meyakinkan Jisoo agar dia mau melakukannya. Kalau Jisoo mau melakukannya, agensimu tidak akan melarang,"

"Siapa yang bilang? Agensi mana yang sudi membuat artisnya mempermalukan diri sendiri? Lupakan saja rencanamu, masih ada banyak hal lain yang bisa kau lakukan untuk bekerja sama dengan Jisoo eonni," kesal Lisa, yang kemudian mengatakan pada Suga untuk bersabar. Lisa meminta Suga untuk bersabar sementara ia memikirkan cara agar Suga dan Jisoo punya kesempatan untuk bertemu dan menyelesaikan masalah mereka. Dan saat panggilan itu kemudian berakhir, Lisa kembali menyesali keputusannya.

***

HampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang