***
Kedatangan Suga membuat Lisa mengerutkan dahinya. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, Suga berdiri di depan pintu apartemen Lisa dengan topi serta hoodie yang menutupi kepalanya. Kakinya dibalut celana pendek sebatas lutut namun Lisa tidak tahu apa yang pria itu pakai di balik sweater berhoodienya.
"Sepertinya kau salah alamat," komentar Lisa sebelum ia mengizinkan Suga masuk ke dalam apartemennya. "Apartemen Jisoo eonni ada di gedung sebrang, kalau kau lupa, oppa."
"Aku ingat," singkat Suga, yang kemudian memberitahu Lisa kalau ia baru saja di usir dari sana lalu sengaja datang ke apartemen Lisa karena sudah terlanjur pergi dari rumah.
Hari itu adalah hari Rabu. Tepatnya pukul sebelas malam di hari Rabu. Ada sedikit aroma fermentasi di tubuh Suga, namun Lisa tahu kalau pria itu belum cukup mabuk untuk datang ke alamat yang salah. Setelah tahu kalau Suga di usir, Lisa bergeser, memberi Suga sedikit jalan untuk bisa masuk ke dalam apartemen dan bicara di sana sebelum seseorang yang tidak bertanggung jawab melihat mereka.
Di dalam apartemen Lisa, Suga membeku. Sangat berbeda dengan apartemen Jisoo yang punya banyak perabot warna-warni, apartemen Lisa justru terlihat begitu kosong. Tidak ada pajangan apapun di dindingnya yang putih cerah. Jendela besarnya hanya di tutupi sebuah tirai putih yang bersih, sofa kuning begitu kontras untuk ruang yang hampir putih dan kosong itu. TV di depan sofanya sudah mulai berdebu dan mini bar yang tidak jauh dari ruang tengah itu pun sama kosongnya. Suga tidak yakin Lisa punya peralatan masak di dapurnya.
"Rumahmu rapi sekali," komentar Suga karena sudah terlanjur memperhatikan rumah itu dengan sangat jelas. Karena ia terlanjur terlihat tengah menilai tempatnya berdiri sekarang. "Tidak seperti kelihatannya, ternyata kau sangat rapi,"
"Kosong," balas Lisa yang kemudian mengambil posisi untuk duduk di kursi bar, di depan meja barnya. "Aku sengaja membiarkan rumahku kosong karena tidak mau repot-repot membersihkannya. Apa yang membawamu kesini oppa?" susul Lisa sebelum Suga sempat mengomentari rumahnya lagi.
Suga lantas mengikuti Lisa, pria itu duduk di atas kursi bar merah, di sebelah Lisa. Ia menurunkan hoodie dari sweaternya kemudian melepaskan topinya. Meletakan topi itu di atas meja kemudian mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan pesan yang Lee Jieun kirimkan padanya. Pesan itu berisi keinginan Jieun untuk membantu Jiyong dan Stella kembali bersama.
"Kenapa kau sangat usil?" gumam Lisa setelah ia melihat pesan yang Suga tunjukan padanya. Lisa tahu kalau Suga dan Jieun dekat, tapi ia sedikit terkejut karena dua manusia itu ternyata sangat tertarik pada cerita asmara orang lain.
"Jiyong hyung pernah membantu Jieun berbaikan dengan Eunhyuk hyung. Bisa dibilang Jiyong hyung membantu Jieun untuk mendapatkan lagi Eunhyuk hyung. Aku yakin Jiyong hyung tidak banyak berusaha untuk itu, tapi Jieun ingin membalas Jiyong dengan hal yang sama," jelas Suga, menjawab rasa penasaran akan sikap IU yang terlihat begitu berlebihan di matanya. "Seseorang pernah bilang, saat jatuh cinta pada satu orang, kau tidak akan tertarik pada orang lain. Di mata Jieun selama ini Jiyong hyung tidak tertarik pada siapapun, jadi dia pikir Jiyong hyung masih-"
"Apa alasanmu mengatakan ini padaku?"
"Entahlah," ucap Suga, bersandar pada meja bar lalu menatap jendela bertirai putih di depannya. "Mungkin karena putus asa?"
Suga menutup mulutnya. Begitu juga dengan Lisa. Lisa sama sekali tidak punya masalah dengan Jieun, namun belakangan ini Jieun yang tidak tahu apapun terasa begitu menyebalkan. Seandainya seseorang memberitahu Jieun kalau Jiyong sempat berkencan dengan Lisa, Jieun pasti tidak akan melakukan apapun sekarang. Seandainya dulu Lisa bisa dengan bebas mengatakan pada orang-orang kalau ia berkencan dengan Jiyong, seandainya itu bukan hubungan yang harus disembunyikan dari orang-orang di luar agensi.
"Kau tidak ingin Jiyong hyung kembali pada Stella noona kan? Aku hanya menginginkan Jisoo kembali. Tidak bisakah kita saling bantu?" tawar Suga. "Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya kembali. Kau juga, bukan?"
Lisa masih diam, namun Suga tidak di membiarkan suasana di antara mereka jadi sangat hening. Suga terus bicara, tentang bagaimana ia menginginkan Jisoo, tentang bagaimana Lisa menginginkan Jiyong, tentang bagaimana mereka harus berusaha untuk mendapatkan keinginan itu. Suga bilang, mereka tidak bisa diam saja lalu menyerahkan semuanya pada waktu, mereka harus melakukan sesuatu.
"Tidak," putus Lisa menghentikan semua kampanye Suga. Ia baru saja di tolak beberapa hari lalu. Ia baru saja terluka karenanya. Ia baru saja berjanji pada dirinya sendiri untuk menghentikan semua rasa sakit tanpa ujung itu. Ia baru saja berencana untuk melarikan diri dari Jiyong dan hidup pria itu. Ia tidak bisa menerima tawaran Suga lalu melanggar semua rencana yang sudah otaknya susun untuk bertahan hidup. "Aku ingin berhenti melukai diriku sendiri. Oppa, kau tahu apa yang menghancurkanmu? Bukan penolakan Jisoo eonni, tapi ekspetasimu. Kau pikir dia akan kembali padamu setelah kau membuatnya mengugurkan anak kalian? Kau pikir dia masih mencintaimu setelah kejadian itu? Tidak, ekspetasimu yang terlalu berlebihan. Dia masih hidup saja sudah sebuah keajaiban, jangan berharap lebih. Kau hanya akan melukai banyak orang."
Hari Kamis akhirnya tiba. Lisa sudah dengar sebelumnya kalau Jiyong akan datang hari ini. Lisa juga sudah dengar kalau pria yang terkenal perfeksionis itu akan datang tiga kali untuk misi kali ini. Jiyong akan datang di hari Kamis, hari Sabtu dan di hari H– di hari Minggu.
Siang ini, di markas acara itu, Lisa duduk bersebelahan dengan Heize. Mereka masih melatih lagu yang akan mereka nyanyikan untuk misi ketiga, untuk mengalahkan Chanyeol dan Sehun dari EXO hari Minggu nanti. Heize yang membuat hampir seluruh konsep dari penampilan mereka sedang Lisa hanya bertanggung jawab dengan bagian rappnya sendiri dan sesekali memberi idenya untuk aksi panggung mereka. Lisa tidak berbuat banyak untuk penampilannya nanti, ia hanya mengikuti apa yang Heize instruksikan padanya. Ia lebih memilih bersikap sebagai seorang penyanyi yang mengikuti penulis lagunya.
"Eonni, cicipi ini," ucap Lisa, memanjakan Heize dengan sebuah jelly beruang di tangannya. Gadis itu tersenyum, tertawa dan bersikap manis pada semua orang, sengaja untuk menutupi jati dirinya yang ia benci. Bahkan ia membenci dirinya sendiri, kalau orang lain tahu bagaimana jati dirinya yang sebenarnya, mereka juga akan membenci Lisa.
Keduanya tertawa, bercanda seolah mereka adalah sepasang teman dekat yang sudah lama saling kenal. Kalau Rose melihat ini di TV nanti, saat acara ini disiarkan, Rose pasti akan sangat kesal. "Hari ini aku membuat sandwich, eonni mau mencicipinya?" tanya Lisa sekali lagi, seolah ia dan Heize berada di markas itu untuk berpiknik. "Oppa juga mau mencicipinya?" tanya Lisa sekali lagi, kali ini pada Dindin juga Mad Clown yang sudah datang. Syuting belum di mulai karena beberapa peserta lainnya belum datang, namun seseorang sudah mulai merekam sejak Heize datang tadi. Heize yang pertama datang ke lokasi syuting hari ini, ia datang satu jam sebelum waktu yang sudah disepakati sebelumnya.
"Kau sempat membuat ini?" tanya Mad Clown, mengambil sandwich yang sebenarnya Lisa beli di toko kue lalu ia masukan ke dalam kotak bekalnya.
Dengan senyum ceria yang selama empat tahun terakhir berhasil menipu seluruh penonton, Lisa menganggukan kepalanya. "Ya, aku bangun terlalu pagi hari ini. Terlalu gugup karena akan dinilai oleh GD sunbaenim, jadi aku membuat sandwich untuk mengalihkan pikiranku," cerita Lisa dengan raut malu-malu khasnya. Raut yang membuatnya terlihat begitu manis itu selalu berhasil menipu orang-orang di sekitarnya.
"Aku juga gugup akan berada di acara yang sama dengan G Dragon," balas Dindin, mengundang tawa orang-orang di sana. Siapa yang tidak tahu kalau Dindin amat sangat mengidolakan Jiyong? Sang pembawa acara itu bahkan sengaja pergi ke salon pagi-pagi sekali untuk bersiap menemui idolanya.
Dindin punya rasa gugup yang berbeda dengan Lisa, namun keduanya menunjukkan rasa gugup itu seolah mereka sama-sama menyukai juga menghormati Jiyong. Sikap Lisa siang ini entah kenapa membuat Suga begitu muak.
"Kau benar-benar berlebihan, kenapa kau punya banyak sekali kepalsuan?" cibir Suga, walau tidak benar-benar di depan semua orang. Mungkin pria itu kesal karena semalam Lisa juga mengusirnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hampir
FanfictionApa kata yang paling menyedihkan di dunia? Hampir. Aku hampir cukup baik. Dia hampir mencintaiku. Aku hampir bisa. Kita hampir berhasil. Kita hampir bertahan.