38✓

104 7 0
                                    


Selamat membaca

🍂🍂🍂🍂🍂

" Za, bangun za, kita udah sampe."
Bara membangunkan Azza pelan.

Karena Azza tertidur saat mereka sempat terjebak macet di jalan. Bara juga berpikir, mungkin Azza juga terlalu lelah, karena sejak siang tadi berkeliling mall lalu langsung ke rumah sakit tanpa beristirahat.

" Eh..."
Azza menggeliatkan tubuhnya. Ia juga merasakan hidungnya sudah mampet, karena ingus yang datang saat ia menangis tadi.

Azza langsung keluar mobil, dan segera mengambil kunci pintu di tempat biasa orang tuanya menyembunyikan, jadi ia bisa membukanya sendiri tanpa harus menunggu Bara turun.

Bara yang melihat Azza langsung lari begitu saja masuk ke dalam rumah, akhirnya ia memutuskan barang bawaan Azza, dari tas ransel Azza, paper bag belanjaan Azza dan belanjaannya sendiri di mall tadi.

Bara menenteng barang Azza dan mengantarkannya di kamar Azza yang ada di lantai dua.

Tok. Tok. Tok.

Azza yang baru saja keluar dari kamar mandi untuk mengganti bajunya dan membersihkan wajahnya pun segera membuka pintu kamar. Tak lupa Azza memakai jilbab rumahnya, karena ia juga ingat jika saat ini ia hanya di rumah berdua dengan Bara.

" Mas Bara."
Azza berdiri diambang pintu kamarnya.

" Hidung Lo merah banget za, keliatan banget kalo habis nangis."

Jeda, " udah, jangan nangis lagi ya. Lo nangis, gue nya juga yang sedih sama bingung harus gimana supaya Lo ga nangis lagi."
Ucap Bara perhatian.

" Iya mas, tenang aja, Azza ga papa kok."
Jawab Azza dengan suara lirih namun masih bisa terdengar oleh Bara.

" Ya udah, nih tas sama belanjaan Lo."
Bara memberikan tas ransel dan paper bag belanjaan milik Azza.

" Ya Allah. Azza lupa. Sorry ya mas."
Ucap Azza sambil mengambil alih tas ransel dan paper bag dari Bara.

" Iya, ga papa, gue tau kok Lo pasti capek banget kan. Ya udah tidur sana. Tidur yang nyenyak za."
Perintah Bara pada Azza.

" Iya mas. Makasih ya mas, buat seharian ini."
Ucap Azza.

" He eh."
Jawab Bara sambil memberikan senyum di wajah tampannya, lalu berlalu turun ke bawah untuk menuju kamar tamu, karena Bara adalah tamu di rumah Azza, jadi ia tidur di kamar tamu yang memang sudah tersedia untuk tamu yang mau menginap.

🍂🍂🍂🍂

Setelah shalat subuh Azza turun kebawah dan melihat sekeliling rumah yang sepi. Bagaimana tidak sepi, orang tuanya saja pergi keluar kota, lalu adiknya di pondok dan tidak ada jadwal pulang. Saat ini Azza hanya berdua dengan Bara di rumah, namun Azza tak melihat keberadaan Bara di sana, Azza berpikir mungkin Bara masih berada di kamar dan belum keluar.

Azza pun memutuskan untuk keluar rumah dan duduk di kursi yang tersedia di teras rumah. Azza hanya diam menatap taman kecil di depan teras rumahnya, sesekali ia juga memainkan kukunya. Ia sangat ingin menghirup udara segar saat ini. Langit pun masih terlihat gelap, namun Azza sudah memulai kegiatannya dengan melamun.

Kok ustadz Akza bisa tau ya, soal kebohongan gue, kalo gue ngaku ngaku mas Bara itu pacar gue. Tapi apa masalah ustadz Akza, kan yang pacaran gue, kenapa ustadz Akza marah marah gitu ya? Kaya ga terima gitu kalo gue pacaran. Apa mungkin ustadz Akza juga punya rasa sama gue? Alah, ya ga mungkin lah. Lagipula, ustadz mana yang rela santrinya itu pacaran. Pasti itu alasan ustadz Akza marah sama gue. Karena gue santrinya, jadinya beliau kecewa sama gue waktu beliau tau gue pacaran. Lagipula za, ustadz Akza itu punya kebahagiannya sendiri sama perempuan yang beliau ketemu sama ortunya kemaren.

Tunggu tunggu, namanya kalo ga salah Kenzi? Apa mungkin Kenzi itu yang pernah nelpon ustadz Akza waktu itu? Yang di handphonenya ustadz Akza tulisannya " Ken masa kecilku". Mungkin iya, kalo mereka temenan dari kecil, ga mungkin mereka ga saling punya perasaan.
Azza terus melamunkan tentang Akza. Hingga ia tidak sadar jika Bara sedang berdiri di ambang pintu sambil memerhatikan Azza yang hanya diam karena melamun.

" Za, Lo ngapain disini?"
Tanya Bara pada Azza, akhirnya Bara memberanikan diri untuk menghampiri Azza yang sedang melamun sendirian di teras.

" Mas Bara, duduk sini aja mas."
Azza meminta bara duduk di kursi yang bersebrangan dengan kursi yang ia duduki dan di tengah mereka ada meja.

" Lo ngapain, masih pagi juga, malah udah ngelamun aja."
Ucap Bara sambil mendudukkan dirinya di kursi yang kosong di sebrang kursi Azza.

" Mas, kalo Azza cerita unek unek Azza sama mas Bara gimana?"
Tanya Azza lirih namun masih bisa didengar oleh Bara. Azza mengucapkannya tanpa melihat ke arah Bara.

" Apa za? Coba Lo ngomongnya sambil liat gue."
Pinta Bara pada Azza.

" Azza mau cerita mas, apa mas mau dengerin? Dan apa ga masalah kalo Azza ceritanya sama mas Bara?"
Tanya Azza sambil menghadapkan wajahnya pada Bara.

" Za, insyaallah, Allah maha tau, tapi apa Lo udah curhat sama Allah sebelomnya?"
Bara malah memberi pertanyaan pada Azza.

" Azza udah shalat tahajud tiap hari mas, tadi malem juga Azza shalat tahajud dan udah keluarin semua unek unek Azza mas. Tapi mas, Azza masih butuh orang yang pengin Azza jadiin temen curhat Azza mas saat ini. Apa mas Bara mau?"
Azza menjelaskan pada Bara dengan nada yang rendah dan lesu.

" Za, kalo gitu, gue mau, asal Lo jangan pernah lupa tetep senantiasa curhat sama Allah ya za. Mungkin gue emang bisa kasih saran, tapi, petunjuk Allah itu sesungguhnya lebih baik daripada petunjuk dari sesama manusia. Jadi, sekarang Lo bisa curhat sama gue apapun, insyaallah kalo itu emang rahasia, gue bakal jaga buat Lo za."
Ucap Bara sambil memberikan senyumnya.

Azza malah meneteskan air matanya, entah apa yang membuatnya menangis saat ini. Namun yang ia rasakan saat ini benar benar campur aduk. Antara, ia memikirkan Akza, perempuan bernama Kenzi, Bara yang sangat menyayanginya, perjodohan yang pernah mama papanya obrolkan, pelajaran pondok yang belum selesai, mama papanya yang sedang di luar kota dan tentang Gibran yang sudah berjanji padanya tidak akan menyerah untuk mendapatkannya. Semua itu bercampur menjadi satu dalam benak dan pikiran Azza, jadi wajar saja jika ia langsung meminta orang yang sekarang sedang bersamanya untuk menjadi teman curhatnya.

Dan bisa di simpulkan juga, mungkin curhatan Azza pada Bara nanti sedikit berkelok kelok dan sulit di mengerti. Karena bisa jadi, ia mencampur semua unek uneknya menjadi satu.

" Mas Bara Azza ga tau harus mulai dari mana."
Ucap Azza lirih, ia sangat bingung untuk memulai curhatannya pada Bara dari mana.

" Em. Menurut gue sih, mending dari kejadian tadi malem dulu. Soalnya gue yakin itu cerita pasti panjang buanget."
Ucap Bara sambil menyelipkan sedikit candaan untuk menghibur Azza.

" Ih, mas Bara mah, kok tau sih kalo ceritanya bakal panjang?"
Azza sedikit terhibur dengan candaan Bara yang sok tahu.

" Iya lah, kan gue tau semua tentang Lo."
Sombong Bara.

Azza hanya menanggapinya dengan menjulurkan lidahnya di depan Bara.





Continue...


Azza ngeluarin unek uneknya di part selanjutnya ya...

Baca terus kuyyy....








Akza & AzzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang