54✓

94 7 0
                                    


Selamat membaca

🍂🍂🍂🍂🍂

Akza baru saja kembali dari kantor papanya. Saat ini ia ditambah kesibukan dengan menjadi pemimpin pengganti di perusahaan papanya sendiri.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.15. Akza sudah benar benar lelah seharian ini. Setelah tadi siang selesai mengajar di pondok, Akza langsung berangkat menuju kantor untuk mengurus perusahaan sebagai pengganti papanya yang beberapa Minggu lalu baru saja sembuh dari sakitnya.

" Assalamu'alaikum."
Salam Akza saat memasuki rumah.

" Wa'alaikumussalam. Kak Akza. Kok baru pulang sih kak?"
Jawab Yasser sambil menghampiri Akza yang baru saja tiba di ruang tamu rumah.

" Iya Yas, kerjaannya banyak."

Jeda, " mama sama papa udah tidur?"
Lanjut Akza bertanya.

" Belom kak, mama sama papa tungguin kakak dari tadi, katanya ada sesuatu yang penting, dan harus diomongin malem ini."
Jelas Yasser.

" Ngomongin apa emang?"
Tanya Akza bingung.

" Ya Yasser ga tau lah kak."
Jawab Yasser.

" Terus sekarang mama sama papa mana?"
Tanya Akza lagi.

" Tu, di ruang keluarga."
Jawab Yasser sambil berjalan menuju ruang keluarga diikuti Akza yang mengekor di belakangnya.

" Eh Akza, kok lama di ruang tamunya?"
Tanya mama Akza.

" Iya tadi kak Akza ngobrol sama Yasser sebentar ma."
Jawab Yasser seadanya.

" Oh, ya udah."

Jeda, " Yasser, kamu ke kamar duluan aja ya, mama papa sama kak Akza mau ngomongin sesuatu."
Pinta papa Akza pada anak terakhirnya.

" Oke pa."

Jeda, " ma, pa, kak, Yasser duluan ya. Assalamu'alaikum."
Pamit Yasser.

" Wa'alaikumussalam."
Jawab Akza, mama dan papanya bebarengan.

Setelah dirasa Yasser sudah kembali ke kamarnya, papa dan mama Akza langsung meminta Akza duduk di sofa yang berada di ruang keluarga tersebut.

" Ada apa ma, pa, kok malem malem kaya gini masih melek sih, kan mama sama papa harus istirahat, terutama papa tu. Kan baru sembuh."
Ucap Akza khawatir.

" Soal mama sama papa itu gampang za, sekarang mama sama papa mau omongin hal yang penting."
Jawab papa Akza.

" Tapi, sebelomnya, kamu ga cape banget kan za?"
Tanya mama Akza khawatir pada putranya yang baru saja pulang malam.

" Enggak ko ma, kalo mama sama papa mau ngomong, Akza insyaallah siap dengerin mama sama papa."
Jawab Akza sambil memberikan senyum manisnya.

" Alhamdulillah kalo gitu, mama sama papa cuma mau nanya aja kok."
Jelas papa Akza lagi.

" Nanya apa ma, pa?"
Tanya Akza yang mulai penasaran.

" Soal perjodohan itu za, apa pendapat kamu lagi soal perjodohan itu?"
Tanya mama Akza memulai.

" Oh, perjodohan waktu itu, em... Maksudnya pendapat Akza gimana ma?"
Tanya Akza bingung.

" Apa kamu mau terima perjodohan itu za?"
Tanya papa Akza tanpa basa basi.

" Em... Kalo soal terima atau enggak Akza belom mutusin ma, pa. Em... Akza ikut mama sama papa aja, insyaaAllah Akza yakin keputusan mama sama papa itu adalah keputusan terbaik buat Akza ma, pa."
Jelas Akza.

Akza berpikir insyaallah ini menjadi jalan terbaik untuknya, karena ini adalah keputusan mama dan papanya. Walaupun ia tidak memiliki orang yang dicintainya, namun ia yakin ia bisa mencintai orang pilihan mama dan papanya nanti.

" Tapi za, apa kamu udah ga cinta lagi sama Azza?"
Tanya papa Akza dengan wajah yang khawatir.

" Pa, ma, Akza pernah denger kata orang orang, mencintai itu, ga harus memiliki."

Jeda, " jadi, soal Akza yang masih cinta sama Azza atau enggak, tentu masih, tapi, keputusan yang jadi keputusan mama sama papa itu pasti keputusan yang terbaik buat Akza."

Jeda, " jadi, soal perasaan Akza ke Azza gimana, mama sama papa ga usah pikirin itu. Akza insyaallah tetep ikut keputusan mama sama papa, apapun keputusan itu."
Jelas Akza pada mama dan papanya tulus. Ia berpikir mungkin cintanya terhadap Azza itu hanya cinta yang berbatas, mungkin hanya sebatas guru dan santri, atau sebatas teman rumah saja. Lagi pula jika Azza memang jodohnya, Allah pasti akan mempersatukannya dengan Azza bagaimanapun caranya, walau ia mengikuti keputusan mama dan papanya pun, jika memang jodohnya adalah Azza, maka mereka akan bersatu juga.

Jeda, " jadi, mama sama papa pasti dah punya keputusan itu kan? Silahkan ma, pa, bilang sama Akza apa keputusan yang mama sama papa ambil?"
Lanjut Akza.

" Em... Za, kamu itu emang anak yang berbakti sama mama papa. Maafin mama sama papa ya Akza, mama sama papa ga bisa ikutin kata hati kamu yang mencintai perempuan pilihan kamu sendiri."

Jeda, " tapi za, mama sama papa cuma mau yang terbaik buat kamu sayang."
Jelas mama Akza lagi yang benar benar benar merasa tidak enak pada putranya itu.

" Iya ma, pa, Akza udah yakinnin diri Akza kok, Akza percaya mama sama papa pasti mau yang terbaik buat Akza. Akza bisa kaya gini juga berkat nasehat papa, soal mencintai seseorang karena Allah."

Jeda, " Akza cinta Azza karena Allah, jadi, apapun takdir yang diberikan Allah, Akza bakal selalu syukuri itu, mau Akza sama Azza atau bukan, Akza bakal selalu sayang sama dia dan ga akan pernah nyakitin dia apa lagi nyesel kalo Akza ga bisa milikin dia ma, pa. Akza udah pasrah semuanya sama Allah."
Jawab Akza tulus pada mama dan papanya.

" Akza, kalo mama sama papa putuskan, kamu terima perjodohan ini gimana?"
Tanya papa Akza ragu.

" Akza yakin... Insyaallah dia adalah yang terbaik buat Akza ma, pa."
Jawab Akza tegas.

" Jadi, kamu mau terima perjodohan ini Akza? Bahkan kamu aja belom pernah ketemu sama perempuan yang bakal mama dan papa jodoin sama kamu."
Tanya mama Akza memastikan.

" Iya ma, pa, insyaaAllah."
Jawab Akza lagi mantap.

" Alhamdulillah pa..."
Ucap mama Akza sambil memeluk papa Akza dan tak kuasa menahan air mata bahagianya, karena Akza bisa menerima perjodohan yang diajukannya dengan suaminya itu.

" Sini za, papa sama Mama mau peluk anak kita yang udah dewasa ini."
Ucap papa Akza sambil membuka lebar lebar tangannya untuk memeluk putranya itu.

Tanpa basa basi, Akza segera memeluk mama dan papanya itu seperti anak kecil yang di peluk oleh kedua orangtuanya manja.

Akza benar benar merasa hangat di pelukkan mereka, rasanya ia ingin kembali menjadi Akza kecil yang polos dan lugu. Namun, setiap manusia pasti akan tumbuh besar dan dewasa, dan Akza saat ini sudah menjadi Akza yang memiliki banyak tanggung jawab besar. Pelukkan mereka membuat Akza tidak merasakan lelah setelah seharian bekerja hari ini.

" Oh iya za, mama mau bilang, kalo perempuan yang mama sama papa jodohin sama kamu, dia juga udah nerima perjodohan ini."
Ucap mama Akza sambil melepas pelukannya.

" Iya ma, pa, doain aja yang terbaik buat Akza ya..."
Jawab Akza dengan senyum manis khasnya.

" Iya sayang, insyaallah, pasti!"
Jawab papa Akza tegas.

Setelah selesai berbincang hangat, Akza mama dan papanya segera mengistirahatkan diri mereka masing masing dan berharap esok hari adalah hari yang indah.













Continue....

Akza & AzzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang