45✓

107 8 0
                                    


Selamat membaca

🍂🍂🍂🍂🍂

Akza terkejut saat mendapati Kenzi tertidur dengan kaki yang berada di atas jok mobil, dan tanpa jilbab. Entah kenapa, saat itu Akza sudah tidak bisa menahan emosinya pada teman kecilnya itu.

" Zi, bangun zi."
Ucap Akza pelan untuk membangunkan Kenzi.

" Engh...."
Lenguh Kenzi ala orang bangun tidur.

" Kenapa kamu lepas jilbabnya zi? Kamu ga sopan. Masa tidur kakinya naik ke atas kaya gini sih?"
Omel Akza pada Kenzi.

" Za, ga usah marah marah napa, Aku ga kuat pake jilbab, panas tau, terus tadi aku ngantuk plus cari posisi nyaman buat tidur, eh dapetnya kaya gini."
Jawab Kenzi dengan suara parau ala orang bangun tidur.

" Nyesel aku zi, ngagumin kamu waktu kamu pake jilbab tadi."
Ucap Akza ketus namun lirih pada Kenzi.

" Hah, apa za, kamu ngomong apa?"
Tanya Kenzi sambil membenarkan posisi duduknya dan memasang telinga dengan benar.

" Gak, gak papa."
Jawab Akza datar dan meninggalkan Kenzi, lalu berjalan untuk menuju bagian mobil tempat ia menyetir.

Sebenarnya, saat Kenzi baru saja memakai jilbab di rumah Akza tadi, Akza sempat kagum melihat wajah Kenzi yang tambah cantik saat mengenakan jilbab. Ya, siapa yang tidak mengakui kecantikan Kenzi jika ia memang memiliki wajah bak Dewi yang turun dari surga.

Namun, saat Akza barusaja melihat Kenzi yang sudah melepas jilbabnya dan mengangkat kakinya tidak sopan, Akza segera membuang jauh jauh rasa kagum untuk Kenzi yang sudah ia miliki sebelumnya.

🍂🍂🍂🍂

Azza sedang duduk di bangku marmer yang dekat dengan tempat parkir kendaraan ustadz dan ustadzah. Ia sedang murojaah hapalan juz limanya yang sudah tertunda hampir tiga Minggu, karena Akza yang berlahangan hadir untuk menyemak Azza tiap malam, karena papanya sakit.

Azza memutuskan mengulang hapalannya di dekat parkiran karena tempat itu jarang di datangi para santri yang sedang belajar malam. Jadi, ia bisa fokus untuk menghapal.

Namun di tengah tengah murojaah yang sudah ke sekian kalinya. Ia kembali terpikirkan ucapan Kenzi. Yang mengatainya perempuan murahan, perusak hubungan orang, perebut hati orang, kecentilan, dan cacian lainnya. Karena ucapan Kenzi itu, Azza menjadi teringat juga ucapan Nessa yang mengatainya perusak hubungan orang, dan menyebutnya pelakor dengan fasih.

Ya Allah... Mengapa hamba mencintai hamba Mu yang sudah di miliki oleh hambaMu yang lain ya Allah...
Hamba sudah melepas Gibran dan mulai membuka hati untuk ustadz hamba sendiri, yaitu ustadz Akza, namun mengapa engkau memberi cobaan pada hamba dengan cobaan yang berat ini ya Allah...
Batin Azza dalam hatinya di tengah tengah murojaah hapalannya. Dan tanpa ia sadari air matanya jatuh membasahi pipi mulusnya. Tunggu. Azza bilang jika ia mencintai? Hatinya bilang ia pernah mencintai Gibran, namun sekarang mulai melupakan dan mulai membuka hati untuk Akza.

Ya Allah, hamba jujur padamu ya Allah. Hamba benar benar mencintai ustadz hamba sendiri ya Allah... Rasa sakit yang hamba rasakan saat ini membuat hamba jujur padaMu ya Allah... Berilah senantiasa kekuatan pada hamba dalam lika liku mencintai hambaMu ya Allah...
Batin Azza lagi dalam hatinya yang paling dalam.

Tiba tiba seseorang menyadarkan Azza dari lamunannya.

" Za, ngapain Lo disini sendiri?"
Tanya Ziyya yang tiba tiba datang dan duduk di bangku marmer berdampingan dengan Azza.

Azza langsung menghadapkan wajahnya pada Ziyya yang duduk disampingnya, lalu Azza languang memeluk Ziyya erat dan langsung menangis sejadi jadinya di pelukan Ziyya.

Akza & AzzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang