"Aku suka kak Jungkook!"
"Tapi gue suka kakak lo."
"Ih nggak boleh! Aku aja!"
"Haha sekolah aja yang bener, bocah ... ntar juga lo dapet cowok ganteng pas masuk kuliah."
"Nggak!! Aku maunya kak Jungkook aja!"
Jungkook nyelonong pergi, tanpa merespon ucapan Rose, tentu pergi dengan wajah dinginnya.
Lagi-lagi diabaikan, lagi-lagi dicuekin. Dua tahun mencintai, sepertinya bukan benteng yang kuat untuk mengurung hati Jungkook. Ungkapan cinta yang terus Rose ungkapkan hampir tiap menitnya itu hanya ibarat angin lalu belaka. Buktinya, dengan tanpa rasa bersalah, Jungkook yang baru saja menolak ungkapan cintanya, kini bercengkraman mesra dengan Kakak Rose. Alice.
Rose melangkah kearah sejoli itu, dengan segelas es sirup yang tadi Jungkook mau buat, namun tak diteruskan karena kehadiran Rose. Bahkan keberadaan Rose membuat rasa haus lelaki itu hilang? Wah ... hebat sekali.
"Sirupnya,"
Lagi-lagi Rose diabaikan, Jungkook dan Ally—panggilan sayang untuk Alice—mereka sedang asik menonton film dari kaset yang Jungkook bawa. Rumah mereka memang sangat dekat, hanya berbatasan gerbang masing-masing dan jalan raya khusus penghuni komplek.
Dilirik sinis keduanya yang masih fokus pada film horor di televisi, Rose mendesis kesal saat lengan Jungkook dengan perlahan merangkul Ally. Tangannya yang gatal ingin mencakar, hanya mengambang di atas angin karena tidak mungkin tega mencakar Jungkooknya. Cih! Dasar modus!
Segera saja Rose mendudukkan diri untuk membelah kemesraan keduanya, ia duduk di antara Jungkook dan Ally tanpa permisi. Membuat keduanya memekik kesal atas kehadiran Rose.
"Adek! Awas ih!"
"Awwwww!" Pekik Rose dramatis, ia jatuh kelantai dengan tidak etis karena didorong paksa oleh sang Kakak.
Saat tak ada rasa iba dari dua manusia kejam itu, Rose berdiri dan bertolak pinggang. Percuma! Apapun ekspresi yang coba ia perankan, tak akan pernah membuat duo pecinta horor itu beralih perhatian. Sial! Bahkan Rose tak bisa dan tak mampu menonton film horor. Mendengar suara jump scare yang jelas selalu ada di film horor saja berhasil membuat Rose melonjak dengan wajah pucat. Satu lagi perbedaan antara ia dan Jungkook yang sangat terlihat jelas. Selera film saja beda, bagaimana bisa selera hati akan sama?
Rose menghentak-hentakkan kakinya kesal, menangkap lirikan dari Ally yang kini menjulurkan lidah untuk mengejeknya. Sialan memang wanita bertahta ratu itu, ya ratu. Dalam segitiga rantai kehidupan, Ally adalah puncak tertinggi, ia sangat beruntung karena memiliki segalanya. Kampus terbaik bahkan tempat kerja yang baik, cantik, memiliki banyak teman, disukai banyak orang. Bahkan disukai oleh lelaki jelmaan dewa macam Jungkook.
Anggap saja Jungkook berada pada kelas kedua, seorang Dewa yang menyimpan rasa pada ratu penguasa. Benar-benar bucin kelas Dewa yang sebenarnya, tapi Jungkook tak pernah mengutarakan langsung, bahkan tak mau berpacaran dengan siapapun. Giliran Rose mengejar ditolak mentah-mentah, piye jan mas, mas. Koe pengin lajang seumur urip ta?
*Gimana sih mas, mas. Kamu ingin lajang seumur hidup kah?
Oke, dan Rose adalah kasta rendah, kasta rakyat biasa yang menyukai Dewa rupawan. Dua tahun membucin, nyatanya belum pernah mendapat lampu hijau. Anggaplah dulu Jungkook menolak atas dasar usia, di mana Rose masih duduk di kelas 1 SMA. Tapi kan sekarang Rose sudah kelas 3, sebentar lagi pun ia akan lulus! Hishh!! Alasan klise, 'kamu masih bocah' padahal perbedaan usia mereka hanya 5 tahun.
Menurut penelitian, perbedaan usia yang ideal untuk sebuah pasangan bersama adalah 5 tahun. Bukankah harusnya mereka cocok?
"Hello!!!! Tae-tae datang!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentagon ✔
Fanfiction⚠️ Konten Dewasa "Aku cinta kak Jungkook!" "Tapi aku cinta Alice." Lagi-lagi di tolak, lagi-lagi disakiti, dan lagi-lagi Alice. Dua tahun mencintai Jungkook sepertinya bukan benteng yang kuat untuk meluluhkan hati sang tetangga. Ungkapan cinta yang...