__H a p p y R e a d i n g__
"Selamat menejmput ajal sayang," Dinda tersenyum picik.
BRAAKK. Sebuah suara benda jatuh memantul keras, membuat Dinda dan yang lain langsung menoleh ke sumber suara.
"Angkat tangan!!" sekelompok polisi bersenjata lengkap muncul dari balik tong minyak, menodongkan senjata mereka, menghentikan aktifitas semua orang termasuk Dinda yang masih tercengang dengan situasi.
"Ashhhhh sialan!" Dinda belum sempat menyuntikan cairan itu di lengan Lisa, tapi sebuah pertolongan datang, di luar dugaan.
"Jangan bergerak atau saya tembak!" jelas sang ketua polisi, mengunci sasaran kalau-kalau Dinda berbuat nekat.
"Cihhhhh...coba saja tembak saya," S
"Maka saya akan menyuntikan obat ini di lengan Lisa!" Dinda mengarahkan kembali jarum suntikan itu di lengan Lisa.
"Tante," panggil Lisa tiba-tiba.
"Lisa mau ngasih tau sesuatu sebentar boleh?" tanya Lisa menatap Dinda sama sekali tidak terlihat raut ketakutan di wajah Lisa.
"Mau ngomong apa kamu?" tanya Dinda.
"Mau bujuk saya supaya nggak bunuh kamu? Nggak ya!"
"Enggak. Lisa nggak mau bujuk tante. Sebenarnya Lisa nggak masalah di suntik air putih itu," ucapan Lisa barusan langsung di sambut raut wajah Dinda berubah pucat.
"A...air putih???" Dinda gelagapan, mata Dinda beralih menatap suntikan yang berada di tangannya, air putih?
Beberapa jam yang lalu sebelum penyekapan.
Seorang wanita memakai topi yang menutupi separuh wajahnya terlihat tengah menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa. Terdapat sebuah tanda lahir besar di wajahnya, sepertinya tanda itu hanya di buat-buat, yang jadi masalah adalah kenapa wanita itu naik ke rooftop gedung Rihana Group.
"Mbak Nandin?!" sebuah suara di depan sana menghentikan langkahnya, itu Lisa, kenapa Lisa juga ada di atas sini, sepertinya mereka berdua sudah mengatur pertemuan ini.
"Lisa," seperti yang Lisa katakan, wanita bertopi itu adalah Nandin, Nandin mencoba mengatur nafasnya yang memburu tak karuan.
"Mbak kenapa ngajak aku ketemuan di sini, dan wajah mbak...."
"Aku nggak bisa lama-lama Lis, aku di awasi orang suruhan Bu Dinda, susah payah aku datang ke sini tanpa diikuti mereka, tapi sebentar lagi mereka pasti akan tau keberadaan aku. Ada hal penting yang mau aku bilang,"
Nandin menceritakan secara detail, pertemuannya dengan Dinda di ruang Direktur sore itu, pertemuan yang membuat Nandin terus di awasi gerak-geriknya oleh Dinda, Lisa mengangguk-angguk mencoba memahami situasi yang terjadi.
"Terus kenapa mbak kasih tau hal ini ke aku?" tanya Lisa tak mengerti.
"Maaf Lis, aku....awalnya aku emang mau melakukan semua itu tapi, aku nggak bisa, aku nggak mau kamu kenapa-napa, makanya aku memutuskan untuk ngasih tau kamu,"
"Tapi mbak operasinya Rena gimana?" tanya Lisa prihatin.
"Aku nggak tau, tapi aku akan berusaha cari uang yang halal, bukan dengan cara begini, aku nggak mau jadi kakak yang jahat, aku nggak mau Rena sedih kalau tau aku sejahat ini. Lagi pula setelah aku pikirkan berulang-ulang, aku nggak punya alasan untuk membawa kamu ke dalam masalah, kamu terlalu baik Lis, kamu orang yang sangat baik,"
"Pokoknya kamu harus pergi sejauh-jauhnya, untuk saat ini, biar Bu Dinda nggak nemuin kamu, aku yakin dia berniat jahat sama kamu. Aku akan batalin semua ini dan mengembalikan uang Bu Dinda, tapi Lis, meskipun aku nggak mau ngelakuin itu buat dia, Bu Dinda akan cari orang lain untuk melenyapkan kamu, dia licik Lis," Nandin menjelaskan seringkas-ringkasnya agar tidak membuang banyak waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Yang Hilang✔
Novela Juvenil[WAJIB TINGGALKAN JEJAK!] 1500 kata per part. Judul awal : LOST Ref 1 : Arrogant Actor Ref 2 : Gadis Yang Hilang Lalisa Cassandrra, seorang gadis dari keluarga biasa yang memilih bekerja menjadi seorang asisten artis bernama Awan Mahendra karena su...