1360
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Semua telah siap di Pendopo Agung ketika wara-wara kedatangan kaisar dan putranya terdengar. Pada detik-detik terakhir aku baru tahun bahwa Permaisuri Ki tidak mengikuti perjalanan diplomasi menuju Majapahit. Dari rumor yang beredar, kudengar hubungan Permaisuri Ki dengan Kaisar Thogon tengah tak baik saat ini. Mereka bahkan sampai pisah ranjang, tapi aku tak tahu penyebab pastinya. Kudengar pula, sebenarnya Kaisar Thogon ini sangat mencintai Permaisuri Ki. Yah, aku kecewa karena tidak bisa melihat rasa cinta itu secara langsung karena ketidakhadiran sang permaisuri.
Aku berdiri di samping Kangmas Hayam Wuruk, bersamaan dengan Yunda Sudewi dan Kusumawardhani dalam gendongannya. Kami mengenakan pakaian yang sama mewahnya. Mahkota Kangmas Hayam Wuruk dan Yunda Sudewi bersinar terang. Sedangkan sebagai seorang selir, aku tak memiliki mahkota semewah itu. Aku cukup tahu diri, enggan berseteru dengan sang permaisuri seperti kebanyakan kisah keluarga kerajaan yang beredar. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan bahagia dan damai di tempat ini.
"Itu dia, rombongannya sudah datang," bisik Kangmas Hayam Wuruk pelan.
Lamat-lamat, netraku menangkap sebuah tandu besar yang kutebak merupakan kendaraan Kaisar Thogon yang mulai menua. Ada belasan prajurit yang mengikuti langkahnya. Para dayang tak luput dari pandangan, beberapa pelayan tampak membawa kotak berukiran khas Cina—atau Mongol, aku tak tahu yang mana. Pun tak ketinggalan kendi-kendi dari keramik yang mereka bawa. Sungguh indah, persembahan yang mereka bawa sungguh memukau dan menyilau mata. Tak jauh dari tandu Kaisar Toghon, terdapat seorang lelaki muda yang menaiki kuda gagah. Pakaiannya tak kalah mewah dari sang kaisar, maka kutebak lelaki itu adalah sang putra mahkota. Setelah kuamati, wajah Kaisar Thogon tak jauh berbeda dengan potret pemimpin kerajaan kuno di Asia Timur yang beredari di internet. Bagai ada magnet, aku tertarik untuk melihat rupa penunggang kuda tersebut. Terlena, aku tak bisa berkata-kata. Sungguh, aku terkejut sekaligus terpukau oleh ketampanannya. Mataku tak berhenti menatapnya, hingga rombongan dari Dinasti Yuan turun dan menghampiri kami.
"Paduka Maharaja, Hamba perkenalkan Kaisar Thogon Temür dari Dinasti Yuan beserta Putra Mahkota Biligtü Khan," ujar Nergüi yang memperkenalkan dirinya sebagai penerjemah. Dirinya adalah orang Mongolia yang sudah lama tinggal di Jawadwipa. Kedua belah pihak saling memberi hormat. Namun, aku seperti orang yang tak pernah diajari tata krama. Mematung sembari menatap lekat-lekat Putra Mahkota Biligtü. Melihatnya membungkukkan tubuh—entah berapa derajat—dengan sangat elegan, benar-benar mengingatkanku pada sosok itu.
Serius, siapa pun tolong tampar aku. Itu bukannya Taehyung? Kim Taehyung yang terkenal itu? Kenapa dia bisa jadi seorang putra mahkota dari Dinasti Yuan? Tolong jelaskan padaku! Iya, benar itu Kim Taehyung. Wajahnya sama sekali tak berbeda. Ya Tuhan, terima kasih sudah menakdirkanku hidup sebagai Gauri karena akhirnya aku bisa melihat salah satu idolaku secara langsung.
"Selamat datang di Majapahit, Kaisar Toghon dan Putra Mahkota Biligtü. Saya harap Anda sekalian bisa menikmati keindahan alam Wilwatikta ini," ujar Kangmas Hayam Wuruk hangat yang langsung diterjemahkan ke dalam bahasa Mongol oleh Nergüi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Majapahit] Forgive Me For Everything
Historical Fiction[Cakrawala Mandala Series #1] 1359 Gadis itu memiliki nama yang serupa dengan seorang tokoh cerita sejarah di Wattpad. Tidak, ia tidak pernah membacanya. Tapi, ia mengalami hal yang sama dengan tokoh cerita tersebut. Bedanya, hanya jiwanya yang mera...