36 | Saptaprabu

9.2K 1.5K 23
                                    

1364

Setelah Mahapatih Mada resmi berhenti dari jabatannya sebagai patih amangkubhumi, Kangmas Hayam Wuruk langsung mengumpulkan Batara Saptaprabu atau Dewan Kepercayaan Raja. Semacam dewan pertimbangan agung, Kangmas Hayam Wuruk kerap meminta pendapat Batara Saptaprabu saat memutuskan hal-hal penting. Seperti saat ini contohnya, Sri Rajasanagara tengah melakukan pertemuan agung bersama delapan kerabat dekatnya.

Ada Cakradhara atau Kertawardhana yang tak lain merupakan ayahanda Kangmas Hayam Wuruk yang memerintah di Tumapel. Ada Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibunda sekaligus raja ketiga sebelum Hayam Wuruk yang kini menghabiskan masa senjanya di Kahuripan. Ada Rajadewi dan Wijayarajasa, bibi dan paman Hayam Wuruk yang memerintah di Wengker. Ada Rajasaduhiteswari atau Dyah Nertaja, adik perempuan Hayam Wuruk yang memerintah di Pajang, beserta suaminya Singhawardhana. Ada Rajasaduhitendudewi, sepupu sekaligus adik angkat Hayam Wuruk yang memerintah di Lasem. Dan yang terakhir adalah suami Indudewi, Rajasawardhana. Tak luput, ada Yunda Sudewi yang keberadaannya tak kalah penting. Meski tak masuk dalam Dewan Saptaprabu, nyatanya pendapat serta masukan darinya sebagai seorang permaisuri sangat diperhitungkan, sedangkan aku tak ada minat dan hak untuk bergabung dengan mereka. Aku memilih menemani Dhipta dan Kusumawardhani yang tengah menerima pendidikan dari seorang mahaguru yang dulunya mengajar Kangmas Hayam Wuruk.

Mereka berdua sangat ajaib, masing-masing sudah lancar menulis aksara Jawa Kuno dan Sansekerta saat berusia tiga tahun. Kini mereka tengah mempelajari sastra dasar sebelum masuk ke dalam sastra yang lebih rumit serta mempelajari tata cara pemerintahan di Majapahit. Sebenarnya Kangmas Hayam Wuruk telah menjodohkan kedua bocah mungil ini dengan sepupu mereka sendiri. Kusumawardhani dengan Wikramawardhana yang setahun lebih tua di atasnya, sedang Dhipta dengan Nagarawardhani yang seumuran. Fokusku kembali tertuju kepada Kusumawardhani dan Dhipta. Hingga umur sepuluh tahun, mereka akan menerima pendidikan bersama. Baru setelahnya, Dhipta akan menerima pendidikan yang berbeda. Tidak mungkin ia ikut mempelajari hal yang seharusnya hanya diterima penerus takhta. Hanya Kusumawardhani sebagai putri mahkota yang berhak. Yah, meski tak menutup kemungkinan bahwa suatu saat Dhipta akan menerima sebuah wilayah kekuasaan dari Kangmas Hayam Wuruk dan menjadi raja mandala di sana.

Mahaguru mengidungkan karya sastra yang paling populer sepanjang masa. Karya sastra yang menceritakan lima saudara lelaki yang melawan sepupunya sendiri yang berjumlah seratus, para Kurawa. Kebaikan melawan kebatilan, begitulah pesan moralnya.

"Prabu Puntadewa adalah anak dari Batara Darma, dewa keadilan. Oleh sebab itu, seumur hidup ia tak pernah berbohong sekalipun. Adik dari Prabu Puntadewa adalah Prabu Werkudara yang merupakan anak dari Batara Bayu. Ia juga dikenal dengan nama lain Bayusuta. Yang ketiga adalah Prabu Janaka atau Arjuna, putra dari Batara Indra. Dalam kisah pewayangan, ia berselisih dengan Karna, saudara seibu mereka. Yang terakhir adalah si kembar Prabu Nakula dan Prabu Sadewa yang merupakan putra dari Batara Aswin. Meski mereka berdua bukan anak dari Dewi Kunti, nyatanya mereka bisa tetap akur hingga ajal menjemput," jelas Mahaguru panjang lebar.

Mata Dhipta langsung berbinar-binar. "Prabu Janaka terdengar sangat mengagumkan."

"Apakah ksatria di cerita Mahaharata lelaki semua? Tak ada yang perempuan?" tanya Kusumawardhani sembari memainkan jemarinya.

Mahaguru lantas tersenyum dan menggeleng. "Tentu tidak, ada Dewi Srikandi yang begitu hebat seperti Gusti Kusumawardhani."

"Siapa itu Srikandi?" Kusumawardhani kembali bertanya. Binar matanya dipenuhi semangat seperti Dhipta. Ah, mereka berdua begitu menggemaskan.

"Srikandi ialah reinkarnasi Putri Amba yang tewas karena dipanah oleh Bisma dari Kerajaan Ngastina. Kakak perempuannya, Drupadi menikah dengan Prabu Puntadewa sedang dirinya sendiri menikah dengan Prabu Arjuna. Dewi Srikandi adalah seorang prajurit perempuan yang sangat cantik. Ia begitu mumpuni dalam hal panahan karena berguru pada suaminya sendiri. Ia bahkan menjadi senapati Kerajaan Madukara saat Perang Baratayudha."

[Majapahit] Forgive Me For EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang