37 | Pendopo Kesenian

10K 1.4K 69
                                    

1368

Sebagai anggota keluarga kerajaan inti, putra dan putri Kangmas Hayam Wuruk diharuskan melestarikan budaya atau paling tidak menguasai salah satu jenis kesenian. Beberapa kali dalam seminggu, para bocah menggemaskan itu akan berkumpul di Pendopo Kesenian bersama para seniman tersohor di Majapahit untuk berlatih dan mempelajari tari, serta musik baru. Tak hanya Dhipta dan Kusumawardhani yang ada di sini, melainkan putra-putri Kangmas Hayam Wuruk lainnya dari para selir. Kusumawardhani yang paling besar memimpin adimas serta adindanya. Ia adalah panutan yang amat dihormati dan disayangi oleh adik-adiknya. Juga, Kusumawardhani adalah yang paling antusias mempelajari tari-tari dan musik-musik baru dibanding yang lain. Walau masih berusia sembilan tahun, ia sangat lihai melenggak-lenggokkan tubuh, menyenandungkan tembang, dan bahkan memainkan gamelan. Semua bakat itu diturunkan oleh Ayahanda Cakradhara, Ibunda Tribhuwana, Kangmas Hayam Wuruk, serta Yunda Sudewi.

Biasanya aku, Yunda Sudewi, dan selir-selir lain akan duduk di pinggir Pendopo Kesenian untuk melihat perkembangan mereka. Namun, kali ini hanya ada aku dan Yunda Sudewi dan entah ke mana perginya yang lain. Para putra-putri dalem Kangmas Hayam Wuruk mengikuti kegiatan itu dengan saksama. Kusumawardhani menjadi perhatian utama sang seniman karena ia amat bersungguh-sungguh dalam memperdalam ilmunya dalam bidang tari tradisional. Dhipta? Jangan ditanya. Putra sematawayangku itu tak ada keahlian dalam bidang seni, malah asyik bermain kejar-kejaran dengan adik-adik lelakinya yang jauh lebih kecil.

"Yunda Sudewi, Gusti Kusumawardhani sama seperti Kangmas Hayam Wuruk yang amat mencintai tarian. Aku yakin kelak ia akan menjadi penari tersohor seperti ayahandanya," ucapku penuh kekaguman. Aku sudah bisa membayangkan saat beranjak dewasa kelak, ia akan menciptakan begitu banyak tarian atau seni musik. Aku juga membayangkan Kusumawardhani adalah salah satu anggota sendra tari pada sanggar keluargaku di masa depan. Pasti aku akan termanjakan jika setiap latihan melihat gerakan gemulainya.

Ibunda dari sang rajakumari hanya tersenyum. "Gauri, semua putra-putri Kangmas Hayam Wuruk sama hebatnya dengan Kusumawardhani. Hanya saja mereka masih terlalu kecil untuk mengerti betapa pentingnya kesenian bagi keluarga kerajaan. Ketika sedikit lebih muda, Kusumawardhani juga hanya tahu tentang bermain dan bersenang-senang."

Yunda Sudewi selalu rendah hati jika kami para selir memuji sang rajakumari. Ia tak pernah mengagung-agungkan putrinya sendiri dan selalu balik memuji kelebihan-kelebihan anak tirinya. Inilah kenapa para selir amat menghormati dan mengaguminya. Dari segi usia, Yunda Sudewi memang jauh lebih dewasa. Namun, tutur katanya yang lemah lembut yang mencerminkan bangsawan sejati itulah yang membuat kami sadar diri. Bagaimanapun ia ditakdirkan sebagai seorang permaisuri dan kami yang hanya merupakan garwa ampil, jelas tak berani menyenggol ataupun berusaha merebut posisinya.

Aku hanya mampu tersenyum. Tubuhku menegang karena tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Dhipta dan putra-putra Kangmas Hayam Wuruk yang lain. Tidak mungkin jika mereka terbang tertiup angin semilir pagi hari ini, bukan? Melihat kegelisahanku, Yunda Sudewi langsung bangkit dan menanyai para seniman tentang keberadaan mereka. Namun, mereka semua hanya mengangkat bahu. Aku dan Yunda Sudewi sama-sama terlihat panik dan takut sesuatu yang buruk terjadi kepada mereka.

"Jangan panik, Ibunda Sudewi dan Ibunda Gauri." Di situlah Kusumawardhani mulai berbicara dan meninggalkan kegiatan latihannya untuk menenangkan kami. "Tadi aku melihat Paman Restu melintas, sehingga para adimas pergi dari Pendopo Kesenian. Biasanya mereka meminta Paman Restu melatih bela diri. Bukan kali pertama, sudah sering mereka diam-diam menghilang seperti ini."

Aku mengelus dada lega. Kusumawardhani adalah satu-satunya orang di Pendopo Kesenian yang menyadari kepergian mereka, padahal ia tengah fokus pada tarian yang diajarkan oleh beberapa seniman. Ia memang benar-benar seorang yunda yang baik untuk adik-adiknya. Setelah ketegangan itu hilang, ia dan adinda-adindanya kembali berlatih hingga siang menjelang.

[Majapahit] Forgive Me For EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang