"They that love beyond the world cannot seperated by it. Death cannot kills what never dies."
ーWilliam Penn
***
Aku memasuki pekarangan keraton, sama seperti saat pertama kali mendatanginya bersama anggota keluargaku. Bedanya, kali ini aku sendirian sembari menikmati semilir angin yang berembus dan membuat selendang yang kukenakan sedikit melorot dan menyapu kulit halus ini. Kaki ini menyusuri jalan menuju ruanganku dengan niat hati ingin mengunjungi taman pemberian Kangmas Hayam Wuruk yang sudah lama tak dikunjungi. Sesampainya di tempat itu, terlihat sebuah punggung tegap dan tubuh gagah seorang lelaki yang membelakangiku. Menyadari langkah ini semakin mendekat, ia menoleh dan tersenyum lebar.
"Kau mengurai rambut hitam legammu yang panjang?" tanya lelaki bermahkota itu sembari mengamit lenganku.
Menoleh, aku menatap rambutku yang dikibarkan oleh angin. "Ya, aku mengurainya, Kangmas. Terlintas dipikiranku bahwa diri ini harus tampil berbeda untuk bertemu denganmu."
Ia memegang rambutku, lalu menyelipkannya di belakang telingaku. Wajahnya telihat beratus kali lebih tampan dibanding saat terakhir kita berjumpa. Rahangnya masih tetap tegas, matanya masih menyorotkan tatapan yang sama. "Bagaimanapun keadaannya, kau tetap cantik. Istriku begitu cantik."
Aku tersenyum malu-malu mendengarnya, menggenggam tangannya semakin erat. Seakan-akan takut akan kehilangannya sekali lagi. Sedetik kemudian, terdapat kesedihan di tatapan matanya. "Mengapa kau datang begitu lama? Aku sudah mulai bosan menunggu dan merindukanmu. Puluhan tahun aku mengamatimu dalam diam, menunggu di petilasanku. Namun, tak sekali pun kau pernah berkunjung."
"Maaf," lirihku. "Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan sebelum berani menyetor muka di hadapan Kangmas."
"Sebegitu pentingkah daripada suamimu sendiri?" tanya lelaki itu sembari memajukan bibirnya, membuatku gemas.
"Ya. Begitu penting daripada nyawaku sendiri."
Kami terdiam beberapa saat sebelum seekor kupu-kupu melintas dan membuyarkan kami yang masih tersihir dengan keadaan, saling menatap dengan penuh cinta. Sekian lama memendam kerinduan dan kini semua telah terbayarkan.
"Yah, hal itu sudah tak penting sekarang. Mari kita melangkah menuju lembaran baru. Kau masih ingat janjimu, bukan?" tanya lelaki yang menyebut dirinya sebagai suamiku itu.
Aku mengangguk. "Janji puluhan tahun silam itu masih terekam jelas di memoriku."
"Baguslah jika seperti itu. Sekarang, maukah kau pergi bersamaku menuju lembaran baru?" tawarnya sembari menampilkan senyuman lebar.
Alisku saling bertautan. "Hanya berdua?"
"Tidak," balasnya, lalu memanggil seorang bocah laki-laki yang tengah bermain tanah dan cacing di taman ini. "Putraku!"
Bocah lelaki itu melemparkan segala yang tengah digenggamnya dan berlari menuju pelukan suamiku. "Ayahanda!"
Suamiku menggendong bocah itu yang langsung menatapku dan mencebik kesal. "Ibunda lama sekali!"
"Maaf, Sayang. Bukankah yang terpenting kita bisa berkumpul kembali sekarang? Waktu selama itu takkan sia-sia karena kita bertiga bisa bertemu kembali. Ibunda menyayangimu dan ayahandamu."
"Aku pun mencintai Ibunda!"
Aku menatap mata suamiku yang luas seperti lautan. Ia terkekeh, "Kau masih menanyakan bagaimana perasaanku? Tentu saja aku akan menepati janji untuk selalu mencintaimu."
Kami bertiga berjalan mendekati seberkas cahaya yang sangat menyilaukan. Aku bisa pergi dengan tenang sekarang dan Suhita yang cantik pasti telah selesai menebar abuku di Watu Ulo, menemani Kangmas Adirangga, ayahanda dan ibunda, Candra dan Kartika, serta Arangga.
Terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk belajar banyak hal di masa Majapahit, wahai Sang Hyang Adi Buddha.
***
TAMAT
***
Cerita ini tidak memiliki ekstra bab, tetapi silakan cek cerita berjudul Lelara ing Ati ini di profilku. Lelara ing Ati (LIA) akan menjadi buku kedua di seri Cakrawala Mandala sekaligus lanjutan Forgive Me For Everything. Jika ada yang ingin ditanyakan mengenai cerita ini atau fakta-fakta sejarah lainnya, silakan berkomentar. Bab Penutup dan tanya jawab akan diposting sesegera mungkin. Oh ya, Lelara ing Ati sekarang sudah sampai bab sebelas, lho.
***
7 November 2020 oleh Roserian Blue
KAMU SEDANG MEMBACA
[Majapahit] Forgive Me For Everything
Historische Romane[Cakrawala Mandala Series #1] 1359 Gadis itu memiliki nama yang serupa dengan seorang tokoh cerita sejarah di Wattpad. Tidak, ia tidak pernah membacanya. Tapi, ia mengalami hal yang sama dengan tokoh cerita tersebut. Bedanya, hanya jiwanya yang mera...