1361
Bulan demi bulan berlalu sejak kelahiran Dhipta dan kini keluargaku hendak berkunjung. Sudah lama rasanya aku tak bertatap muka dengan mereka. Yang kulakukan hanya mengirim utusan untuk berkirim surat dengan ayahanda, ibunda, Yunda Rindi, Arangga, serta kedua adik kembarku. Maka dari itu, hari ini aku sangat antusias untuk menyambut mereka. Aku telah meminta juru masak kerajaan untuk menghidangkan makanan terbaik. Karena mereka akan menginap di sini, maka aku menyiapkan kamar-kamar terbaik sebagai tempat peristirahatan keluargaku.
Kini, aku tengah berjalan kembali ke ruangan setelah mengantar Dhipta bermain dengan Kusumawardhani. Dhipta yang masih berusia lima bulan itu tampak bahagia bermain dengan kakak perempuannya. Yunda Sudewi dengan baik hati menyuruhku kembali ke ruangan untuk beristirahat, sedang dirinya beserta para dayang—termasuk Lembayung yang kusuruh bersiaga di sebelah Dhipta setiap saat, memani kedua keturunan maharaja. Dhipta bukanlah seorang bayi yang rewel, aku sama sekali tidak pernah bosan terjaga untuk menemaninya. Namun, entah mengapa setelah melahirkan tubuhku jadi mudah kelelahan. Mungkin Gauri menderita anemia sehingga kehilangan banyak darah saat melahirkan membuat kondisi tubuhnya tidak stabil. Hmmm ... Kangmas Hayam Wuruk sebenarnya telah memintaku untuk berlibur ke suatu tempat demi memulihkan kesehatanku. Namun, aku masih berat meninggalkan Dhipta.
Sebelum memasuki ruangan, aku mendengar suara dayang-dayang yang tengah membicarakan suatu hal dari dalam bilik. Tak ingin mengejutkan mereka, aku lebih memilih menunggu sembari mendengarkan hal yang tampaknnya begitu menarik terlontar dari mulut mereka.
"Kamu tahu, di Gunung Kawi ada seorang dukun sakti yang mampu memberi kita pusaka apa pun. Yah, hanya orang-orang dengan ilmu tinggi, serta bangsawan yang mampu memiliki pusaka itu. Aku heran mengapa Baginda Maharaja tergila-gila pada Gusti Gauri. Apa beliau juga memiliki pusaka?" ucap salah satu dari mereka. Jantungku berdebar kencang. Mereka tengah membicarakanku dan apa tadi? Pusaka? Seperti lagu wajib Indonesia Pusaka?
"Bisa jadi aura kecantikan yang dipancarkan Gusti Gauri itu berkat pusaka yang dimilikinya. Perihal tergila-gilanya Prabu Hayam Wuruk, aku sudah yakin itu disebabkan oleh pusaka Gusti Gauri. Tidak mungkin seorang perempuan biasa dari keluarga temenggung bisa menarik hati seorang penguasa Majapahit seperti demikian," lanjut lawan bicaranya. Otakku berputar keras. Pusaka? Sebenarnya apa yang dimaksud oleh kedua dayangku itu?
"Aku jadi penasaran pusaka seperti apa yang dimiliki oleh Gusti Gauri. Apakah keris atau perhiasan?" Ah, aku paham tentang apa yang mereka bicarakan! Pusaka yang mereka maksud tak lain adalah aji-aji. Sebuah benda keramat yang memiliki kesaktian mandra guna. Bisa didapatkan dengan bersemedi atau melakukan ritual puasa. Mirip seperti apa yang aku baca di novel-novel horror mengenai dukun dulu.
"Aku tidak tahu, belum pernah melihat pusaka beliau. Kira-kira apakah Gusti Gauri juga mendapat pusakanya dari Ki Walang di lereng Gunung Kawi?"
Setelah merasa cukup mendengarkan pembicaraan mereka berdua, aku memasuki ruangan. Mereka langsung diam seribu bahasa dan menunduk penuh hormat. Aku berpura-pura tak mendengarkan ucapan mereka sesaat yang lalu. "Keluarlah dari ruangan ini, aku ingin beristirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Majapahit] Forgive Me For Everything
Ficción histórica[Cakrawala Mandala Series #1] 1359 Gadis itu memiliki nama yang serupa dengan seorang tokoh cerita sejarah di Wattpad. Tidak, ia tidak pernah membacanya. Tapi, ia mengalami hal yang sama dengan tokoh cerita tersebut. Bedanya, hanya jiwanya yang mera...