1378
Pagi-pagi sekali, Lembayung datang sembari membawa sebuah kotak kecil dari emas. Ia tak mengatakan apa-apa saat menyerahkannya, lalu pergi begitu saja dari pandanganku. Menyisakan tanda tanya besar bagiku yang tengah menatap pantulan diri di depan cermin. Aku sudah menua, hampir memasuki kepala empat. Waktu bergulir begitu cepat meski Kangmas Adirangga tak lagi di sisi. Jagoan kecilku, sekarang sudah menjelma sebagai seorang pemuda tampan seperti Kangmas Hayam Wuruk. Suamiku sempat dilanda guncangan mental ketika mendengar kabar kematian bibinya, Dyah Wiyat atau Rajadewi tujuh tahun yang lalu. Serta, kembali kehilangan ibundanya setahun kemudian. Abu keduanya kini masih disimpan rapi, menunggu pembangunan candi pendharmaan mereka rampung untuk melakukan Upacara Sraddha dua belas tahun setelah kematian masing-masing.
Ia sempat bersedih selama beberapa saat, sebab ia begitu menyayangi keluarganya. Namun, atas kehadiran keluarganya yang lain—ayahanda, putra-putri, istri, serta adik-adiknya—Kangmas Hayam Wuruk dapat segera mengatasinya dan fokus kembali kepada pekerjaannya. Aku yakin, diam-diam Hayam Wuruk masih kerap bersedih atas kepergian keduanya.
Rencana Batara Saptaprabu mengenai empat mahamantri agung tidak berjalan lancar. Setelah beberapa waktu, kedudukan mahamantri agung itu diambil alih oleh Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Kekuatan internal sedikit melemah karena sebelum kepergiannya, Mahapatih Mada tak memberi kesempatan bagi kaum muda untuk unjuk bakat.
Beralih membicarakan tentang putra-putri kami, Kusumawardhani kini tengah menjadi penguasa muda di daerah Kabalan. Sedang Dhipta, tengah sibuk memerintah di daerah Wirabhumi atau Blambangan sebagai raja mandala. Keduanya masih sering mengunjungi Trowulan untuk menengok orangtuanya. Seperti kali ini, mereka datang ke keraton atas undangan Kangmas Hayam Wuruk. Aku sendiri tak mengerti kenapa harus ada undangan secara resmi. Biasanya karena ada anggota keluarga kerajaan yang berulang tahun. Namun, seingatku saat ini tak ada satu pun dari kami yang memperingati hari kelahiran.
Tak mau melamun lebih lama di depan cermin, aku langsung membuka kotak emas yang diserahkan oleh Lembayung tadi.
Di tengah riuhnya hidup, aku bertelanjang kaki, menapak di antara karang-karang tajam ditemani gemuruh riak lautan. Sebuah nama terlintas, tertulis jelas di antara langit yang membentang. Kubaca, ternyata perasaan aneh yang membara dalam relung dada ini adalah cinta. Semilir angin, kebersamaan tersulam, terombang-ambing di ujung cakrawala. Samudra bergemuruh, Sang Bagaskara tenggelam di timur; yang mana tadinya kukira tak mungkin dan sekarang segalanya mungkin bersamamu, yang mana kukira tadinya sudah tamat dan ternyata adalah awal baru.
Katanya, aku kekasih Sang Hyang—pun titisan para Dewa. Bukan, aku hanya Hamba kecil yang mengemis napas kepada-Nya, serta meminta-minta untuk menemukan teman sejati di antara kehidupan dulu, sekarang, dan nanti. Hati ini kupersembahkan kepada Dewi manis yang turun dari Nirwana, Dewi pemilik hati sekaligus teman sejati. Selamat peringatan ulang tahun pernikahan yang kesembilan belas, Gauri.
Dari Maharaja tampan yang rambutnya hampir memutih setelah bergelut dengan Sang Kala.
Aku tersenyum membacanya. Astaga, bahkan aku melupakan hari peringatan ulang tahun pernikahan kami! Hari peringatan ulang tahun pernikahan Kangmas Hayam Wuruk dan Yunda Sudewi berlangsung beberapa bulan yang lalu. Bagaimana bisa aku melupakan hari jadi kami dan begitu hapal hari jadi mereka berdua? Ah, pantas saja Kangmas Hayam Wuruk mengundang putra-putri serta sanak saudaranya. Sekali lagi, aku memutuskan untuk membaca surat cinta dari Hayam Wuruk. Bibirku berkedut, tak bisa menahan senyum. Aku ingin berteriak dengan perasaan bahagia yang membuncah ini. Dasar Kangmas Hayam Wuruk, sudah berumur tapi masih pandai menggombal. Dari mana dia belajar menggunakan kata-kata romantis itu, sih? Dari Mahaguru yang mengajarinya sastra saat kecil?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Majapahit] Forgive Me For Everything
Historical Fiction[Cakrawala Mandala Series #1] 1359 Gadis itu memiliki nama yang serupa dengan seorang tokoh cerita sejarah di Wattpad. Tidak, ia tidak pernah membacanya. Tapi, ia mengalami hal yang sama dengan tokoh cerita tersebut. Bedanya, hanya jiwanya yang mera...