Part 11 || Museum ||

709 36 0
                                    

Part ini diketik oleh almaharani23
Dicopy secara keseluruhan oleh author_project
Ke dalam project ke 3 kelompok 5 ( SAC )




*╭▭⎼▭⎼▭⬚۪۪✧۫۫᭢₍📖⁾۪۪✧۫۫᭢⬚▭⎼▭⎼▭╮*
                  
   HAPPY READING

*╰▭⎼▭⎼▭⬚۪۪✧۫۫᭢₍📖⁾۪۪✧۫۫᭢⬚▭⎼▭⎼▭╯*

Setelah sampai di kamar hotel, El langsung mendudukkan dirinya di sofa depan tv. Ia menatap Zia dengan tatapan datar dan mata elangnya. "Duduk," ujar El dengan intonasi suara yang rendah.

"El gue bisa—"

"Duduk."

Zia menelan Saliva nya susah payah, dengan patuh ia mendudukkan diri di single sofa di hadapan El. Wanita itu menundukkan kepalanya, tidak berani menatap El saat ini.

"Jadi, jam berapa lo keluar hotel?" tanya El memulai.

"Jam sepuluh, maaf El. Gue cuma mau jalan-jalan."

"Jalan-jalan lo bilang? Zi, lo tau paniknya gue saat tau lo nggak ada di kamar ini?"

Zia menggelengkan kepalanya.

"Kenapa lo nggak bangunin gue?" tanya El lagi.

"Gue nggak mau ganggu lo, El. Lo capek—"

"Nggak ada kata capek buat gue kalau itu nyenengin lo."

Zia mengulum bibirnya, semakin menundukkan kepalanya dengan sengaja takut El melihat rona merah di wajahnya. Degup jantungnya pun semakin berdetak kencang. Ini gue kenapa sih? Tanya Zia dalam hati.

El menghembuskan nafasnya. "Gue beneran nggak mau terjadi apapun sama lo, sama bayi yang ada di kandungan lo. Gue nggak mau kalian kenapa-napa," tutur El lagi.

"Iya, maafin gue."

"Dan terakhir, siapa cowok tadi? Kenapa gue ngerasa lo sama dia kenal? Apa memang?"

Zia menggigit bibir bawahnya, ia bimbang ingin berbicara bagaimana. Jika dijawab jujur apakah El akan marah? Tapi kalau berbohong ... sepertinya opsi pertama lebih baik. "Dia ... mantan gue."

El mengangkat sebelah alisnya. Mantan?

"Lo keluar cuma buat ketemuan sama dia?"

Zia mengangkat kepalanya dan langsung menggeleng cepat, memberitahu bahwa itu tidaklah tepat. "Nggak! Bukan gitu, gue cuma mau liat pemandangan."

El menatap penuh selidik kepada Zia. "Nggak mungkin," katanya kemudian.

"Gue serius, El."

Zia mendongakkan kepalanya, menatap El yang berdiri dari duduknya. "Lo mau kemana?" tanya Zia.

"Gue capek, mau kekamar," jawab El singkat lalu meninggalkan Zia yang masih duduk di sofa.

Melihat El seperti itu, Zia merasa sedikit sedih. Air matanya bahkan sudah menggenang di pelupuk. "Ini gue kenapa cengeng banget si?!" amuknya dengan mengusap air mata gusar. "Apa karena gue lagi hamil? Cengeng banget!" lanjutnya kesal lalu berdiri, menyusul El memasuki kamar.

Tidak ada yang bersuara, El pun kini sudah membaringkan tubuhnya di kasur dengan memunggungi Zia. Wanita itu beberapa kali menoleh kepada punggung lebar El, ragu untuk memanggil. Saat Zia sedang fokus, El membalikan tubuh, mata Zia membola ia segera menutupkan matanya berpura-pura terlelap saja.

Secret Ruined || End ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang