part 36

2.1K 83 5
                                    


Happy Reading🍟


"Gue pergi. Bye"

Menatapnya pergi. Punggungnya semakin menjauh dan tak terlihat lagi, dia benar-benar pergi.

Pertemuan singkat itu membuatnya, merasakan ada rasa bahagia sesaat namun, dirinya harus bersedih lagi. Getir kini menghiasi suasananya, seharusnya dia tak mengikuti tubuh lelaki itu untuk bersandar bersamanya. Seharusnya dia tidak melangkahkan kakinya ke tempat ini.

Setetes air mata kini membasahi pipinya, Fayola mengelapnya dia tidak mau lagi ada air mata atau menangisi laki-laki itu.

Perasaan sepihak, membuatnya semakin hancur.

****

Langkahnya di iringi hembusan angin yang seakan mengantarkannya pada kepedihan. Mengada-ada adalah satu-satunya jalan untuk bisa berlari dari kisah yang  berakhir menyedihkan.

Tubuhnya gemetar membayangkan kisah pilu yang terus menyelimuti dirinya, kisah yang tak sanggup dia genggam. Berkorban perasaan sendiri itu sulit, tak ada yang di harapkan.

Bayang gadis itu kini berputar-putar di kepalanya. Carlen menhela nafas. hatinya perih, dadanya terasa sesak meninggalkan gadis itu sendiri.

Dan menyesali perbuatannya haruskah, dia bersikap dingin padanya, mengapa hanya diam saja lalu pergi, mengapa dia harus senaif itu seharusnya dia bilang saja kalo dirinya merindukannya, begitu rindu.

Carlen mengacak-acak rambut merasa kesal pada diri sendiri, "Arghh... "

Yang dia lakukan sudahkah benar, dia tak mau semua akan berlanjut lalu akan berakhir sangat menyakitkan lebih baik dia akhiri saja semuanya diawal dari pada harus berakhir di akhir, berakhir saat semuanya begitu dalam, dan gadis itu merasakan sakit. Iya menyudahi semua pikirannya.

Dia saat seseorang membuyarkan semua pikiran itu, bapak jenggotan itu menegur Carlen karna tak memperhatikannya.

"Carlen! Lagi ngelamun apa?"bentak guru Carlen

Dirinya kembali fokus pada pelajaran, mungkin tak seperti biasanya. dia males-malesan selalu bolos dalam pelajaran, tapi kali ini dia benar-benar berusaha menegerti apa yang guru itu ajarkan di depan.

Selesai kelas dia tak pernah langsung pulang dia selalu pergi ke perpustakaan, belajar begitu keras entah apa yang di tujunya kenapa dia berubah tentu saja laki-laki itu berubah untuk bisa mendapatkan nilai bagus di ujiannya. Tapi, apa itu hanya alibinya melakukan semua ini.

Atau ada hal lain?

Carlen menatap gadis itu, yang sedang berjalan ke arahnya sambil memegang buku, gadis manis berambut panjang, mata bulat hitam itu tersenyum pada Carlen. Carlen membalas senyumannya.

"Ini buku yang kamu cari. "Gadis itu menyodorkan buku yang di bawanya pada Carlen.

"Thanks ya, Put,"ucap Carlen,

Mata Carlen kini berpusat pada buku yang di bawakan gadis itu padanya. gadis yang bernama Putri itu kini duduk di hadapan Carlen yang terhalang meja panjang. menatap Carlen yang sibuk dengan bukunya.

Putri tak mau mengganggu laki-laki tampan yang ada di hadapannya apalagi kalo sedang baca buku. Bayangin coba cowok nakal kalo udah baca buku tuh buat cewek-cewek ada kesan magicnya gitu. Bener gak?

Itu yang di rasakan Putri saat ini, sesekali dia mencuri pandang pada Carlen tanpa laki-laki itu tahu dan tersenyum simpul, detak jantungnya berdetak tidak normal.

"Put!"panggil Carlen

"Iya."Sahut Putri dengan lembut

Cowok itu mengkerut dahinya, dan menatap gadis di hadapannya,

"Put, kok gue nggak ngerti yang bagian ini, padahal udah baca referensinya"

Carlen menanyakan  pelajaran fisika pada Putri, karna dia tahu Putri adalah murid terpandai di kelasnya apalagi tentang Fisika, dirinya sangat paham dan menyukai pelajaran Fisika.

"Oh yang itu,"ucap putri melihat materi yang belum di pahami Carlen.

Putri dengan sigap mengajari Carlen. Sampai Carlen mengangguk paham pada dirinya, dan tersenyum padanya.

"Oke sip gue udah paham,"ucap Carlen, tersenyum pada Putri

Putri juga ikut tersenyum saat menatap senyuman Carlen. Putri kembali pada tempat duduknya dan fokus pada buku yang dia baca tadi.

Putri memang sekelas sama Carlen tapi, selama ini dia tidak pernah mengobrol sama Carlen sampai sedekat ini, menemaninya di perpus dan mengajari dia. Dia merasa senang dengan hal itu.

Gadis yamg selalu menghabiskan waktu di perpustakaan sangat mengingat bagaimana dirinya bisa sedekat ini dengan Carlen, mengingat hal itu dirinya bisa senyum-senyum sendiri.

Awal kedekatannya dengan Carlen yang dia anggap nggak sengaja itu kini begitu penting baginya, dia bersyukur bisa bertemu dengan Carlen di perpustakaan ini, yang jadi awal tempat bersejarah bagi putri bisa ngobrol dengan Carlen saat itu.

Saat Carlen bertanya padanya, tentang buku yang bagus untuk belajar Fisika, sambil tersenyum,  senyuman manis itu terus terngiang padanya, dan sampai saat ini dia mendapati Carlen yang sering tersenyum padanya.

Carlen dengan perasaannya. Tak ada rasa atau desiran yang mengganggu dirinya saat bersama dengan Putri, senyuman yang selalu menghiasi lengkuk pipinya saat bersama Putri, bukan hanya bersama Putri saja pada gadis lainnya dirinya memang sering seperti itu. Tidak tahu juga mungkin itu sudah jadi kebiasaan. Toh senyum juga kan ibadah jadi tak ada yang janggal memberikan seseorang senyuman.

Carlen menghela nafas kesal, seperti ada yang menganggu di kepalanya dia belum fikirannya pada gadis mungil itu masih saja terngiang di kepalanya. Tenggorokannya mulai mengering dia haus.

"Put, gue mau ke kantin beli minum titip nggak?"

Putri menjawabnya dengan patah-patah karena saking senangnya ada cowok yang perhatian padanya,

"Boleh deh, lemon tea ya,"jawab putri

Next part🔜

Gimana part ini suka nggak?

Yang mau next ceritanya

Comment!

(spam next aja🙊)

Vote!

Follow yang belum follow.







SENSE IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang