part 52

459 14 1
                                    

Carlen berjalan menuju ruangan ayahnya, di kantor. Jarang sekali Carlen pergi ke kantor ayahnya kalo bukan untuk hal yang mendesak atau sesuatu yang sangat penting.

Karyawan di kantor Rega khususnya perempuan menatap Carlen penuh kagum, mereka sangat ingin bisa menyapa dan dekat dengan anak direktur perusahaan yang sangat mempesona itu.

"Gila anak pak Rega ganteng bener, kapan ya gue bisa dekat sama dia" ucap salah satu karyawan di kantor sambil memandangi Carlen tanpa kedip

"Anak sama bapak sama-sama ganteng jadi ingin miliki dua-duanya,"

Carlen terus berjalan tanpa merasa risih dengan pandangan orang-orang disekitar yang membicarakannya. Yang ada dipikiran Carlen saat ini adalah ia harus memberi tahu keputusannya ini keputusan yang sangat berat untuknya saat ini. Dan keputusannya harus ada campur tangannya ayahnya kalo ggak semuana bsa gagal, dan ia akan meyesal seumur hidupnya.

"Carlen ini terlalu berisiko, kamu ngga bisa kayak gini kamu nggak kasihan sama mama kamu?" ucap Rega menghela nafas yang kaget mendengar permintaan putranya, menurutnya akan sangat berisiko.

Carlen menatap Rega getir, ia memang tidak akan tega melakukan itu. Tapi carlen yakin semua akan berjalan lancar, Ia percaya dengan mamanya.

"Aku sayang mama. Aku juga nggak mau kehilangan mama." Ucap Carlen, "Mama juga setuju pa, Carlen yakin mama kuat. Carlen percaya sama mama.

"Carlen bilang dia akan kuat jika sudah bertemu sama Carlen," Carlen menatap Rega dengan berkaca-kaca. Ia tahu keputusannaya bisa membahayakannya mamanya sendiri tapi ini untuk kebaikannya dan seorang yang berada dipikirannya saat ini.

Carlen sudah mempersiapkan semuanya. Hubungannya dengan Fayola yang tidak baik-baik saja. Ia yakin bisa perbaiki hubungannya dengan melakukannya hal yang sudah ia rencanakan.

Carlen sangat kangen Fayola. Ia ingin cepat menemui Fayola dan berbaikan dengannya lagi, Ia tak mau kehilangan sosok Fayola yang selama sudah menghiasi hari-harinya.

*****

Fayola menelan baksonya dengann malas. Sejak kejadian itu hubungannya dan Carlen seperti di mengapung di atas air tak ada penjelasann apapun, tak ada kabar dari Carlen lagi semuanya seakan berakhir begitu saja. Fayola sangat menyesal dengan kejadian hari itu kenapa dia harus menghindar dari Carlen, kenapa ia pura-pura tak peduli saja dengan foto itu, kenapa ia harus menangis sampai terdengar Carlen. Tingkahnya yang seperti anak kecil membuat ia benci dirinya, ia menyalahkan semuanya pada dirinya sendiri.

Fayola tak bisa menahan tangisnya karna merindukan Carlen. Tak jarang ia melakukan hal yang tak biasa yang dilakukannya. ia lebih sering video call dengan Zahra dan Atira, namun bukannya mengobrol sesuatu Fayola lebih sering melamun.

Atira dan Zalha makin tak tahu bagaimana menghadapi Fayola. Untung mereka sangat sabar menghadapi Fayola, selalu ada saat Fayola membutuhkan mereka.

"La, perasaan, lo saat putus sama kak Gavin samaDarel nggak kayak gini amat, kayak nggak ada semangat hidup lo, gue lihat lo kasian. Mendingan gue, jomblo tapi bahagia." ujar Atira

"Iya La, kita sedih lihat lo gini terus. Apa gue harus ketemu kak Carlen bilang ke dia, keadaan lo yang menyedihkan ini." sambung Zalha, ia sama dengan Atira gak kuat lihat Fayola, seperti mayat hidup.

"Emang gue menyedihkan itu dimata kalian?" tanya Fayola, suaranya terdengar parau, tak ada semangat-semangatnya.

Atira hanya menghela nafas, menatap Fayola kasian. "Gue jadi takut pacaran sama orang ganteng La, kalo ujungnya akan menyakitkan."

"Berarti sama Paul mau dong?" celetuk Zalha, berusaha meledek Atira.

"Zal, mulai dah, gue ngambek." wajah Atira di buat-buat cemberut.

"Tapi bener juga sih, kalo ada seribu cowok setipe kak Carlen dan satu cowok kayak Paul, gue akan milih... "

"Paul dong, iya kan?" Zalha antusias nendengar jawaban Atira yg ia tahu pasti jawaban Atira adalah Paul.

Fayola menatap Atira dengan malas. Tapi Fayola pasang telinga untuk mendengar jawaban Atira, klise namun ia hanya ingin tahu, siapa yang akan di pilih Atira.

"Jelas banget gue pilih kak Carlen. ngapain juga pilih Paul, kalo ada seribu kak Carlen. Itu sama aja gue pilih kerikil diantara ribuan berlian. jawab Atira menyengir, sambil mengatupkan kedua telapak tangannya, mengarah ke Fayola, meminta maaf sama Fayola.

"Gue punya ide La, dari pada elo gini terus kan menurut gue ini jalan yang terbaik buat elo sama kak Carlen," ucap Zalha 

Atira menatap Zalha seakan-akan dia tahu apa yang ada di pikirkan Fayola 

"Gue juga pikir ini ide yang bagus La, buat kebaikan elo kita sebagai teman nggak mungkin lihat elo gini terus" ucap Atira 

Fayola terlihat penasaran ide yang mereka sarankan buat Fayola, Fayola berusaha untuk menerimanya kalo ini baik buat dia dan Carlen 

"Apaan Emang?" 

"Elo putus sama Kak Carlen,"

"Elo minta maaf sama  kak Carlen" Atira dan Zalha ucap bersama dengan ide yang berbeda 

"Eh lo kok beda sih Zal," Ucap Atira 

"Kalian kenapa sih, malah buat gue bingung"

"Maaf ya La, Atira sih." ucap Zalha Zalha makin bersalah 

"Berarti La semua keputusan ada di elo sendiri bukan di kita, elo kan bukan anak kecil lagi elo sudah bisa memutuskan yang terbaik buat hidup elo" ucap Atira bijak.

"Iya La, Bener kata Atira semua keputusan ada elo, eo nggak mungkin kayak gini terus sama kak Carlen, gue yakin juga kak Carlen juga pasti bingung sama elo yang terus menghindar dari dia La."

Perkataan sahabatnya kini terngiang-ngiang di benakny sudah 2 minggu dia menghindar dari Carlen setelah dia mendapati foto yang dia dapat dari Gavin. sampai  akhirnya Fayola memutuskan ingin memaafkan Carlen dan ingin mendengar penjelasan dari mulut Carlen sendiri. Besok adalah hari kelulusan Siswa kelas tiga termasuk Carlen.









SENSE IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang