-
Boleh play mulmed, biar dpt feelnya lebih.
Ada yg penting di afterwords, entar dibaca yah stlh baca ceritanya, di tonton juga supaya paham.
Gak maksa kok, terserah kalian, tapi klo bener2 mau dpt feelnya cerita ini silahkan di tonton
-"Tutup telinga kalian!!"
Hanbin menggeleng keras untuk sadarkan diri, panik mencari earphone di saku bombernya, menaikkan volume sampai batas tertinggi.
Suara apapun disekitarnya tak terdengar lagi, yang ia tangkap hanya nelayan senior tadi menampar satu persatu awak kapal yang lain untuk menyadarkan semua.
Riaknya semakin cepat, mereka berusaha lebih mendekati kapal, dari gerakan bibirnya Hanbin tau mereka masih terus bersuara.
Nelayan yang lain sibuk menghidupkan mesin kapal agar mereka bisa segera pergi dari sana. Jaringnya sudah tak mereka hiraukan, mengapung bebas entah kemana.
Meskipun lagu dari band nutcracker menumbuk tepat kokleanya, namun kepala pria Kim masih terngiang suara-suara mereka. Harmoni yang indah.
Memandangi sekitar kala mereka semakin mendekat, perhatiannya tergugah. Salah satu dari mereka tak mengikuti yang lain. Hanya diam ditempatnya juga sama sekali tak bersuara, bibirnya tak bergerak.
Kapal terguncang kemudian dengan kilat membelah kerumunan kembali menuju pantai. Mereka berhasil lolos. Keselamatan lebih penting dari apapun.
Ditengah perjalanan, ia lepas earphone-nya. Rasa penasarannya membumbung tinggi, namun tetap saja rasionalitas yang harus ia junjung teratas.
Duduk untuk rilekskan diri disamping nelayan yang terlihat seumuran dengannya. "Apa itu tadi?"
Nelayan muda menghela nafas, menatapi awak kapal yang lain, meminta izin untuk mengatakannya. Hanbin masih kebingungan.
Setelah dirasa dapat persetujuan, ia berbisik pelan di samping Hanbin.
"Siren,"
Ia mengernyit, masih penasaran. "Mereka apa?"
"Putri duyung atau semacamnya, aku juga tak paham," balasnya masih kacau setelah sempat dengar suara mereka.
"Terlihat seperti manusia, atau memang hanya orang iseng??"
"Biar jelas tanya pada pamanku, dia yang lebih tau, sudah beberapa kali bertemu dan lolos dari mereka," tunjuknya pada nelayan yang paling tua tadi.
Hanbin perhatikan pria tua itu, ia masih menghadap kebelakang. Ketempat kejadian tadi.
+++
"Itu hukum alam, siren merayu nelayan dengan suara indahnya, lalu lupa jika kapal mereka menabrak sesuatu akhirnya tenggelam,"
"Kenapa in tak pernah terdengar sampai Seoul?"
Pria tua itu menggeleng, "Akan membawa mala petaka,"
Benangnya semakin kusut, ia bahkan masih menentang keras pemikiran irasional dalam kepalanya kini.
Sembari tenteng sandalnya ia menapaki pasir putih pantai. Kapal sudah menepi, nelayan kembali tanpa hasil tangkapan apapun.
Langkahnya terhenti di dekat jendela besar kamar villa-nya. Laut hitam jadi pusat atensi, sebelum menengok kearah selatan.
Disana lebih banyak dikelilingi karang-karang besar, juga bebatuan. Hanbin menggeleng keras, jangan sampai ia ikut sinting seperti si botak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nefastus [JenBin] ✔
FanfictionIt's not just a myth. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) lil bit cringe (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020