17

779 134 79
                                    

Jaewon menekan flush di toilet, siulan terdengar keluar dari bibirnya kala menaikkan resleting celana.

Ia cuci tangan di wastafel, sembari memuji diri sendiri tampan kala hadap ke cermin tepat didepannya.

Raba saku celananya untuk cari sesuatu saat berjalan keluar toilet, tapi tak kunjung ketemu. Maka ia berhenti melangkah dan mengingat-ingat.

"Ah ponselku tertinggal," ia kembali kedalam toilet untuk mengambil ponselnya.

Ingin kembali keruang tengah, namun saat melewati jendela yang terhubung ke kolam renang di belakang, ada sesuatu yang berenang disana.

Hampir saja ia memekik kala makhluk itu melompat keatas air lalu menyelam lagi. Segera ia bungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangan.

"Putri duyung?!" bisiknya bertanya tak percaya pada apa yang mata kepalanya saksikan barusan.

Pandangannya menyisir sekitar, tak ada balok kayu atau apapun yang bisa ia gunakan untuk melumpuhkan makhluk aneh disana.

Lalu ia berhenti pada gorden yang setengah tertutup di jendela sebelahnya. Perlahan ia lepaskan pengaitnya tanpa menimbulkan suara agar tak berisik dan sampai didengar oleh yang ada di kolam renang.

Berjalan mengendap dekati kolam, waktunya tepat, kala dia membelakangi posisi pria Jung segera ia lempar gorden keatasnya layaknya tengah menjaring ikan.

Makhluk itu meronta, memekik, menggeram, bahkan mendesis. Menimbulkan riak keras di air kolam renang juga suara gaduh yang mengisi sepinya malam.

Ia berusaha melepaskan diri dari lilitan gorden, tapi semakin ia bergerak, gorden itu semakin membelit tubuhnya sebab ia meronta dengan brutal.

"Hanbin!!!" refleks pria Jung tentu memanggil sang empunya villa.

+++


"Tolong rahasiakan ini,"

Sorot pria Kim letih sekali, menatapi satu persatu dari tiga orang yang berada disana. Jaewon masih sibuk mengompres lehernya dengan air hangat, sesekali ia meringis.

Pak Han juga istrinya hanya terdiam cemas di posisinya kala dengar permintaan Hanbin. "Hanbin-ah, Jennie--akan terus disini?" tanya pak Han.

Ia mendesah kasar, "Tentu tidak, dia harus pulang,"

"Serius?" Jaewon menatapnya dengan curiga.

"Iya! dan hyung harus minta maaf padanya" Hanbin menekan setiap kata di kalimatnya. Ia geram pada Jaewon, tapi cekikan Jennie tadi dirasa sudah cukup untuk memberi pria itu pelajaran.

Hanbin mengarahkan telunjuknya pada pria Jung yang tengah selonjorkan kaki di salah satu sofa panjang ruang tengah.

"Dan untuk masalah Yuna, aku terkejut mendengarnya," netranya memicing mengahakimi lawan bicaranya.

Pasangan suami istri disana pamit pulang sebelum mendengar masalah kedua pria itu lebih lanjut. "Kami pamit duluan, ini sudah larut, dan untuk Jennie, kami akan menjaga rahasianya,"

Sepeninggal mereka, Jung Jaewon menegakkan punggung yang tadi ia sandarkan, "Itu--ah, ngg..., aku tidak, sengaja(?)" ucapnya terbata tak yakin sendiri.

Hanbin mengernyit tajam, "Menghamili seorang gadis lalu menggugurkannya, hyung bilang tidak sengaja?!" ia tak habis fikir dengan pola kerja otak pria Jung.

Ia angkat kedua tangannya di udara, menyerah pada Hanbin. "Okay kuakui perbuatanku bejat,"

"Ya memang! lalu bagaimana dengan Jisoo? kuyakin hyung belum memberitau tentangnya pada Yuna,"

Nefastus [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang