35

862 134 51
                                    

Syrene hari ini sedang merajuk. Susah sekali untuk disuruh makan dan mandi. Bahkan sudah siang begini ia masih ada diatas ranjang.

Menghadap ke headboard duduk bersila punggungi sang ayah. Ketika ayahnya mengajak mandi atau makan, ia akan menggeleng tanpa menoleh pada Hanbin.

"Rene.., ayo dong, mandi ya? sudah siang," bujuknya entah untuk yang keberapa kalinya.

"Syrene..," panggilnya masih berusaha sabar.

Lalu Syrene menoleh cepat menampilkan wajah setengah kesal dan setengah menggemaskan dimata pria Kim.

Hanbin menghampirinya, bersandar di headboard ranjang dengan santai, masih berusaha mengajak Syrene untuk mandi.

Bocah itu malah menundukkan kepalanya kini, enggan bersitatap dengan sang ayah. Tangan Hanbin bergerak meraih karet rambut diatas nakas dan mengumpulkan rambut putrinya yang semakin panjang menjadi satu cepolan tinggi.

"Lene mau mama!" ketusnya justru semakin menambah kadar kegemasan bocah Kim.

Jennie pulang, jadi putrinya mogok melakukan rutinitas pagi hari ini. Hanbin tersenyum tipis, baru menyadari ini adalah sebab anaknya sulit sekali diatur pagi ini.

"Kita kan jemput mama nanti malam," bocah tiga tahun itu mengangguk masih dengan raut kesalnya.

Pipinya sampai terlihat semakin mengembang akibat bibirnya cemberut begitu. "Tapi Lene mau sekarang!"

"Tidak bisa, ini masih siang sayang.., kalau ada yang lihat mama nanti bagaimana?" nah kalau sudah kalimat ini tercetus oleh sang ayah ketika putrinya merajuk, Syrene tak akan bisa mendebat lagi. Ia sudah tau dan paham keadaan mereka bagaimana.

Walau awalnya ia masih butuh beradaptasi dengan sang ibu, Syrene jadi lebih lengket pada Jennie ketimbang Hanbin selama dua tahun mereka menjalani kehidupan seperti ini.

Sebab Jennie akan sering pulang, bolak-balik laut dan darat. Sedangkan ayahnya? ia bisa lihat setiap hari di villa. Sebenarnya Syrene sudah punya kamar sendiri, tapi kalau Jennie sedang tak ada, ia akan tidur bersama Hanbin.

"Toast!" ketusnya lagi, jika sudah kesal begini, Syrene akan meminta sesuatu tapi tak jelas mengatakan apa yang diinginkannya. Jadi ayah Kim harus super-duper peka menghadapinya.

Jika tidak, akan semakin menjadi rasa kesal bocah itu nanti. "Mau toast?" anggukan kecilnya membuat senyum tipis sang ayah kian melebar.

Kim mengangkat putrinya dan menurunkannya dari ranjang. "Telur!" lagi-lagi ketus nadanya, hih! kalau bukan ingat Jennie akan marah padanya, sudah Hanbin gigiti itu pipi gempal, saking gemasnya.

Nefastus [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang