Bergantian pandangi antara lengannya yang mengeluarkan darah sebab tercakar Jennie, dan siren itu yang seperti ingin menyerangnya.Air laut itu hanya merendam tubuh Hanbin sampai batas bahunya. Ia tau ini beresiko, tapi pria itu rasa tindakannya akan menenangkan Jennie.
Kala siren mendekat ia bukannya mundur ke pantai, malah ikut memangkas jarak. Tangan siren itu sudah terangkat bersiap kembali memberi perlawanan padanya.
Jarak keduanya sudah dekat, Hanbin langsung memeluknya. Semakin mengeratkan pelukannya disaat cakar panjang Jennie menggores punggungnya berkali-kali.
Ia meringis rasakan perih, yakin dibelakang sudah banyak mengeluarkan darah. Mengingat seberapa tajam kuku si siren.
"Jane," bisiknya persis di rungu Jennie.
"Ini aku, Hanbin," lembut sekali ia berusaha menyadarkan Jennie.
Serangannya melambat setelah dengar bisikan dari si pria. Hanbin terpejam seraya mengernyit kesakitan.
"Kau melukaiku, Jane"
Berhenti. Jennie berhenti dan terdiam membeku dalam pelukan Hanbin. Ketika pelukan dilonggarkan, pupil si siren bergetar, perlahan ia terlihat seperti Jennie yang biasa Hanbin temui. Jennie, yang terakhir kali menciumnya.
Tapi cengkeraman gadis itu di bisepnya kembali raih atensi si pria. "Sakit," rintihnya.
Lalu Hanbin lihat di sekeliling mereka, air lautnya tidak jernih. Darah yang tadi ia lihat masih menggenang disana. Malah semakin banyak.
Jennie hanya meringis dan mengeluh kesakitan dengan raut putus asa di hadapan Hanbin.
Tak mungkin ia bertanya langsung pada siren itu. Hanbin menyelam sebentar kebawah air untuk lihat apa yang terjadi sebenarnya disana.
Manik legamnya seketika melebar dua kali lipat. Ada tombak menancap secara melintang di ekornya, lebih dekat ke pinggul atas Jennie.
Kalau itu manusia, mungkin diantara pinggang dan lututnya, kira-kira di paha posisinya. Ditambah ada luka gores juga lecet di sirip dan beberapa bagian ekor serta pinggul sampai punggungnya.
"Bagaimana bisa?! siapa yang melakukannya?!?" ujarnya marah, setelah naik ke permukaan.
Siren menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam erat, "Hanbin, sakit!!" pekiknya lagi. Ekornya masih bergerak acak dibawah sana.
"Bantu Jane,"
"Ya apa Jane? bantu apa??" ia semakin panik melihat Jennie mulai lemas, seperti kehabisan darah sebab terus keluar dari tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nefastus [JenBin] ✔
FanfictionIt's not just a myth. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) lil bit cringe (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020