Hembusan angin membelai kulitnya juga terbangkan anak rambut hitamnya. Suara deburan ombak tak mampu buat dadanya berhenti berkecamuk.
Netra kelam itu menyisir sekitar dengan picingan disana, gelap. Hanya ada perahu nelayan di tengah laut bagian barat sana.
Kakinya seperti biasa, menyentuh langsung pasir putih pantai. Sesekali ombak menyapanya dengan pelan. Bulan kedua ia disini, dan selalu seperti ini sejak saat itu.
Seminggu kemarin, dengan geram memecahkan layar tv yang ada di dalam kamar villa-nya. Setelah pulang dari selatan pantai kala tengah malam, dan Jennie belum muncul juga.
Rambut halus disekitar bibir juga dagunya mulai tumbuh setiap hari. Rutinitas kehidupannya kacau. Bahkan resto tak pernah ia kunjungi juga pedulikan lagi.
Semuanya ia serahkan pada Song Yunhyeong, hanya satu pesannya; "Jangan hubungi keluargaku di Manila atau Jaewon hyung apapun yang terjadi,"
Pria Song hanya mampu menurutinya juga meng-handle semua urusan di resto tanpa banyak bertanya dan menuntut lagi.
Tak pernah absen, setiap hari di setiap malamnya ia selalu kesana, sisi selatan pantai, dengan menenteng plastik berisi permen jelly ditangannya.
Setelah keluarganya kembali ke Manila, ia bergegas pulang ke Mungap-do, teramat merindukan sirennya. Saat sampai di villa, ada bibi Han kebetulan sedang bekerja.
Dia mengatakan hal yang sama seperti Yunhyeong saat ditelfon waktu itu. Jennie mencarinya dalam keadaan baju yang basah kuyup.
Malamnya pria Kim langsung mengunjungi sirennya di selatan, berdiri di sisi agar ombak dapat mengenai kakinya yang memijak pasir putih.
Memanggil nama makhluk luar biasa itu, sekali, dua kali, kemudian berkali-kali. Tapi? nihil. Tak ada yang datang, termasuk Jennie.
Memutuskan untuk pulang dan kembali lagi besok malam. Sampai ia bernyanyi seperti saat pertama kali waktu itu. My Jolly Sailor Bold, di hari kedua-pun sama seperti kemarinnya.
Dan berlalu sampai kini sudah dua bulan Jennie tak pernah muncul ketika Hanbin datang.
Malam ini mendung, sepertinya akan hujan atau mungkin yang lebih parah malah terjadi badai. Ia duduk disana, memeluk lututnya yang tertekuk keatas.
Setia memandangi hamparan laut hitam sebab malam hari. Membiarkan pakaiannya basah sesekali terkena ombak atau cipratan air.
"Kumohon Jane..," lirihnya merapal nama siren tak menyerah.
Rintik gerimis bertemu dengan kulitnya, mengecup lembut kesenduan yang lingkupi jiwa hampa Kim Hanbin yang hampir meledak.
Melepas bajunya sendiri, menyelam kedasar untuk pastikan gadis itu datang malam ini. Kali ini ia harus tenggelam sampai kehabisan nafas lalu tak sadarkan diri dibawah air.
Kemudian Jennie akan datang untuk menyelamatkannya seperti malam itu lagi. Dalam air, kepalanya menoleh kesana kemari.
Tapi hanya ada air dan beberapa ikan kecil si sekelilingnya. Oksigennya semakin menipis. Nekatnya ia malah semakin berenang menuju ke tempat yang lebih dalam lagi.
Ia tersedak air laut, tak bisa. Tak bisa lagi menahan nafas, Jennie tetap tidak datang. Hanbin segera naik ke permukaan, dan meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
Pria Kim terbatuk beberapa kali, kepalan tangan memukul dadanya sendiri untuk mengeluarkan air yang sempat masuk kesana tadi.
Pandangannya mengedar, ia berenang cukup jauh dari pantai. Dan kini gerimis sudah berubah menjadi hujan dengan intensitas sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nefastus [JenBin] ✔
FanfictionIt's not just a myth. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) lil bit cringe (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020