33

707 138 80
                                    


Luar biasa cemas, segera ia melangkah dekati posisi sang adik dengan Syrene berada didalam gendongannya. Tangan mungil itu masih terus berada didadanya sendiri.

Namun baru setengah perjalanan, kaki telanjangnya berhenti melangkahi pasir pantai pribadi pria Kim itu. Seharusnya ia sadar sedari awal bahwa tangisan Jennie bukan untuk kesedihan.

Ia malah mendapati Kim Hanbin dengan kondisi sangat tak baik baru saja naik ke permukaan. Membuat Jennie beringsut mendekat ketika Hanbin rentangkan tangannya lebar.

Syrene menurunkan tangannya dan minta diturunkan dari gendongan. Kakak Jennie menuruti keinginannya. Seketika ia menapak pasir, kedua kaki kecilnya yang belum stabil mulai berlari.

"Yaaah...., aaaaa...," ia memanggil sang ayah sembari berlari sempoyongan.

Pelukan kedua orang tuanya terlepas, Hanbin bergantian pandangi sirennya juga si putri kecil. Dengan sekuat tenaga ia berusaha bangkit dan menangkap tubuh Syrene.

Menciumi seluruh sudut wajah menggemaskan putrinya dengan haru. Bahkan ia tak peduli jika kini pakaiannya basah kuyup dan compang-camping.

Setelah puas, ia menurunkan lagi putrinya. Hanbin cukup terkejut, ini pertama kali ia lihat Syrene menggeram. Bahkan bocah itu mengendus udara dengan hidung mungilnya.

Begitupun dengan Jennie yang sama lakukan hal seperti buah hatinya. Hanbin melepas bajunya dan segera menutupi tubuh Jennie yang mulai menjadi manusia.

Jennie perlahan bangkit meski baju Hanbin tak menutupi tubuhnya dengan benar. Kalian tau? sepertinya ini insting alami mereka.

Beberapa kali Syrene mencoba mundur dari Jennie, sebelum Jennie, "Mama, Syrene...," lirihnya mengarahkan telunjuk pada diri sendiri.

Barulah ia mulai tenang, akhirnya Jennie bisa mendekati putrinya. "Mama?" tanya Syrene tak yakin ia sampai melirik Irene juga sang ayah.

"Mama Jane," timpal Hanbin mengabaikan terpaan angin dingin kencang yang menerpa tubuh basahnya di tengah malam ini.

Jennie yang sudah tak karuan menahan rindu pada putri kecilnya, segera mendekati juga membawanya dalam dekapan erat dan hangat.

Meski ia basah, kehangatan pelukan seorang ibu memang tak ada tandingannya. Jennie menitikkan air matanya lagi, sementara Syrene terdiam.

Dada keduanya yang menempel berdekatan berdetak seirama. Semua tak dapat menahan suasana haru disana. Hanbin sudah beberapa kali menyeka air matanya sendiri.

Irene yang entah bagaimana ikut merasakan kehangatan dari suasana disekelilingnya, bahagia bisa melihat keluarga kecil sang adik yang bertemu kembali.

"Mama?" tanyanya lagi kali ini dengan suara cempreng khas anak kecil.

Jennie dengan keras mengangguk mengusap kening sampai rambut bergelombang putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Mamamamama--," mulailah racauan Syrene yang mengulang kata sampai berkali-kali.

Mamanya gemas sekali, ia tersenyum senang, "Iya-iya, ini Mama Syrene," lalu ia ciumi kedua tangan mungil sang putri yang sempat ia genggam tadi.

"Jane," sapa Irene pelan tak ingin mengganggu momen bahagia ini.

"Irene," Jennie bangkit dan membiarkan putrinya bersama pria Kim. Ia segera dekap erat tubuh kakaknya, segera pecah lagi tangisannya. Irenn sudah banyak berkorban membantunya.

Irene menepuk punggung adiknya dengan penuh perhatian, adik kecilnya kini sudah dewasa. Menemukan cintanya juga telah memiliki putri kecil menggemaskan.

Nefastus [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang