3

1.1K 185 51
                                    

-
Feelnya bakal lebih dapet kalo sambil dengerin mulmed
-

Hanbin menyumpah serapahi diri sendiri, bisa-bisanya ia turuti keinginan membuncah di dadanya kini.

Kaki telanjangnya menapak langsung pasir putih pantai. Seperti biasa, lautnya tenang dan kelam. Ia yakin 1001 rahasia selain siren masih tersembunyi didalam sana.

Disinilah pria Kim kini, bagian selatan pantai. Lumayan jarang ada warga sekitar yang berkunjung kemari. Terlalu berbatu dan banyak karang tinggi menjulang di sekeliling tepinya.

Ia bersumpah kalau sampai ini tak berhasil, ia akan segera tenggelamkan diri dibawah selimut sebab sudah menuruti sisi tak waras pada dirinya.

Hela nafas singkat, "Mati saja kau Kim Hanbin, bisa-bisanya menuruti hati begini," kutuknya pada diri sendiri.

Selalunya ia lebih dahulukan otak daripada hati, jika kecewa otaknya tak mungkin sakit, berbeda dengan hati.

Menyisir sekitar dengan pandangan ragunya, kemudian menekan layar ponsel sebelum terdengar lagu dari sana.

Ini cara memanggil mereka, menurut yang ia baca dari internet. Hanbin yakin lagu ini hanya unggahan dari orang yang kebanyakan didongengi ketika masih kecil oleh neneknya.

Tapi masalahnya disini, pria itu tengah mencobanya sekarang. Lalu tak ada apapun yang datang sampai lagunya habis. Ia berdecak, menyesal tadi abaikan sinyal penolakan dari otaknya.

Satu lagi, Kim Hanbin adalah orang yang pantang menyerah. Walau ia harus berdebat lagi dengan hati juga otaknya kali ini.

Keesokannya, sehabis mendaki ia kembali ke sisi selatan pantai. Kali ini dengan sepatu membalut kedua kakinya.

Jujur, matanya mengantuk. Lelah seharian ia berkeliling lalu menutup hari dengan mendaki bukit disana. Memang tingginya tak seberapa, tapi kan tetap saja.

Lagunya ia bunyikan lagi, sekarang diiringi senandung dari bibirnya. Saking sering ia dengar sampai hafal tanpa disadari. Hampir menutup matanya kala riak air terdengar.

Manik legamnya langsung terbuka lebar, tak ada apapun, nihil. Hanya ikan kecil, mungkin.

Dengan bahu merosot ia kembali ke villa. Sudah, cukup. Ia tak mau lagi berakhir gila disana, akibat tiap malam selalu kesisi selatan pantai.

Dan benar, ia habiskan sisa hari di Mungap-do sesuai tujuan awalnya pergi kesana. Bahkan kameranya sudah dipenuhi koleksi foto baru.

Jaewon sudah rewel menelfon sebab makanan di apartement habis dan minta Hanbin cepat kembali.

"Dulu hyung suka makan rumput kan? dicoba saja lagi sekarang, walau tak enak setidaknya perutmu kenyang," dengan ponsel ia apit diantara bahu dan telinga kirinya.

"Yak! sial--"

Hanbin langsung memutus, masih sayang telinganya. Tak ingin pendengaran suci miliknya ternodai umpatan pria Jung lagi.

Naikkan kamera, arahkan pada sunset terakhirnya di Mungap-do. Satu hal yang harus ia lakukan nanti malam.

Setidaknya ia harus coba sekali lagi. Kalau sama seperti yang sudah-sudah. Ia akan terima bahwa petemuannya dengan kawanan siren itu hanya kebetulan juga mereka sebenarnya tak ada.

Bibirnya ikut menyenandungkan lagu itu. Kali ini Hanbin nikmati hembusan angin yang belai kulit wajahnya. Juga menerbangkan surai legamnya.

Tanpa hasil apapun lagi. Lagunya sudah hampir habis, tak berniat matikan suaranya. Masih berbunyi kala ia berbalik hendak pulang ke villa.

Nefastus [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang