18

733 128 50
                                    


"Minta maaf pada Yuna, dan ceritakan semua pada Jisoo, maka kau akan baik-baik saja,"

Jaewon menggeret lengan Hanbin agar merapat padanya untuk dibisiki, "Lama-lama gadis itu bisa jadi guru spiritualku,"

"Hyung memang butuh itu," ia mencebikkan bibir dengan remeh untuk meledek pria Jung.

Cuaca mendung mengiringi kepulangan Jaewon ke Seoul. Hanbin dan Jennie hanya mengantarnya sampai di depan resto. Lagipula, tak mungkin kan mereka ikut sampai ke Seoul.

"Yasudah aku duluan, Jennie, senang bertemu denganmu dan juga mendapat cekikanmu," Jung tersenyum canggung.

Jennie malah tersenyum manis sekali, seakan cekikannya itu bukan masalah. "Sama-sama," jawabnya singkat

Pria Jung melambai pada keduanya kala mulai memasuki dermaga. Sampai ia naik ke kapal dan mulai menyebrang mereka masih disana.

Rintik gerimis bertemu dengan ombak laut di senja hari ini. Jennie menengadah pandangi langit hingga tetesan air mengenai wajah cantiknya.

"Ayo masuk," ajak Hanbin dengan genggam tangannya masuk kedalam resto.

"Jane harus pulang," katanya setelah terduduk di ruang pribadi pria Kim yang ada disana.

"Iya, kita tunggu hujannya reda baru pulang ke villa,"

"Tidak Hanbin, Jane harus pulang malam ini," setelah paham ekspresi apapun yang hiasi wajah Kim Hanbin seketika memudar.

Terganti dengan sorot datarnya, pandangi Jennie yang mengalihkan pandangan keluar jendela, sibuk memperhatikan hujan yang bertambah intensitasnya.

Pria itu menunduk sedikit sebab sirennya lebih pendek, "Hujannya mulai deras, sepertinya akan ada badai, besok saja pulangnya Jane," bujuknya lembut.

Namun manik biru itu segera hunus pupil legamnya, disertai gelengan kuat tanda tak setuju. "Tidak, harus malam ini, Hanbin,"

Untuk beberapa saat hanya keheningan yang ada diantara keduanya. Suara air dan beberapa dentingan alat masak menjadi pengiringnya.

Jennie tak berniat buka suara lagi, begitupun si pria yang tak tau mau menanggapi apa. Mereka sama-sama gusar untuk hal yang berbeda.

Sama berkecamuk didada tapi tak mampu mengelak dan pastikan apa sebenarnya itu. "Apa--ada masalah?" tanya Hanbin dengan pandangan kosong.

Mulut siren terbuka tapi terlihat ragu untuk mengutarakannya. Malah berakhir ia hanya menggeleng pelan, "Perasaan Jane a-- seperti ada sesuatu yang salah,"

Ia resahkan sesuatu yang belum pasti, sedangkan si pria gusar akan dirinya sendiri yang akan kembali hidup di villa sendirian tanpa adanya Jennie.

Dia sudah terlalu terbiasa, akan presensi Jennie disekitarnya. Tapi ini bukan berarti akhirnya, kan? mereka masih bisa bertemu di sisi selatan pantai seperti sebelumnya.

Tapi ekspresi sang pria kembali segar setelah ingat sesuatu. Ia bangkit dari duduk dan berlutut didepan kursi yang diduduki sirennya.

"Kali ini aku akan turuti semua yang kau inginkan," antusiasnya memberi penawaran menarik untuk Jennie.

"Benarkah?" ia anggukkan kepala untuk menjawab. "Sebelum kau pulang, pasti akan sulit untuk begini lagi,"

"Termasuk makan ikan yang ada di akuarium sana?" Jennie kira pria Kim akan menolak sebab ia sudah memicing duluan.

Tapi malah, "Makan saja, kau habiskan ikan disana juga tak apa," hal itu malah buat Jennie terkekeh geli sebab Hanbin menanggapi candaannya dengan serius.

Nefastus [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang