4

1.2K 180 58
                                    

Lugas dan pasti tanpa keraguan ia lontar sebaris kalimat yang buat Hanbin rasakan hal aneh mulai menghantam dadanya dengan keras.

"Karena aku menyukaimu,"

Angin malam berhembus, gesekan antara ranting-ranting pohon yang menimbulkan suara keresak halus. Kalimat itu berdengung di kokleanya.

Kelopak mata Jennie mengerjap lentik tepat hunus pupil legam Kim Hanbin. Sekitar 4 detik, matanya sama sekali tak berkedip.

Suara ombak memecah hayalnya, raup wajah dengan kedua telapak tangan.
"A--apa?" tanya dengan gagap untuk memastikan.

Siren itu tadi tertunduk tatapi air laut, dengan ragu ia angkat lagi kepalanya berhadapan dengan pria Kim.

"Aku menyukaimu," cicitnya.

Ia merinding kala dengar itu untuk kedua kalinya. 'Suka' dalam artian apa disini? Hanbin bingung.

"Hanbin," ia sudah tau suara siren itu indah, tapi apa harus sampai memanggil namanya-pun akan terdengar seperti melodi begini?

"Ya?"

"Aku ingin melihat matamu lebih dekat, boleh?" pintanya dengan perizinan halus.

Tanpa jawaban, Hanbin hanya lebih menundukkan wajahnya. Dan Jennie langsung lebih mendongak. Jarak mereka hanya terpaut sejengkal sampai mampu rasakan hembus nafas masing-masing.

"Aku suka matamu,"

"Kenapa?" masalahnya manik pria Kim itu seperti mata orang Korea lainnya, berwarna hitam umum.

"Hitam kelam, aku seperti tenggelam didalam sana,"

Apa itu pujian? kalau iya, terimakasih.

Ganti Hanbin yang menumbuk balik tepat di manik birunya. "Aku juga suka matamu,"

"Apa karena warnanya biru?"

"Bukan, tapi itu juga termasuk salah satu alasannya sih,"

"Lalu?"

"Aku suka caramu menatapku,"

Tunggu, apa?!

Tidak. Keduanya seketika mengurai jarak. Jennie terlihat gugup, entah karena kalimat Hanbin atau apa.

Sebenarnya Hanbin paling benci jika ditatapi sensual oleh wanita. Tapi sekarang apa? bagaimana tatapan polos Jennie yang seperti bocah 5 tahun itu bisa membuatnya senang?

Nefastus [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang