7

907 157 40
                                    


Mengendap-ngendap berusaha agar langkah kakinya tak terdengar. Meraba dinding disampingnya untuk sampai pada tangga.

Suasana sekitar ruang tamu rumahnya yang gelap membuatnya lebih mudah. Baru saja tangannya meraih pegangan tangga, lampunya tiba-tiba menyala.

Membeku ditempat, tanpa niat menoleh kebelakang, sudah tau apa yang akan dihadapinya kini.

"Jung!" panggil suara berat dibelakangnya.

Mau tak mau ia harus berbalik juga jika tak ingin dicoret namanya dari kartu keluarga. "Ayah? kenapa belum tidur?" disertai cengiran idiotnya segera alihkan topik.

"Duduk," titah sang ayah singkat, cengirannya langsung luntur.

Dengan berat hati ia menurutinya untuk menduduki sofa yang berseberangan dengan ayahnya.

"Sampai kapan kau akan begini terus?"

Helaan nafas berat berasal dari pria Jung. Bahasan ini tak pernah selesai dan selalu ia hindari.

"Minggu depan--" belum kalimat Jung Jaewook usai, sudah terpotong sebab wanita yang senang Jaewon pulang berteriak dari arah tangga.

"Jae!" tergesa dengan piyama melekat di tubuh menuju ketempat suami dan putra bungsunya.

Jaewon bangkit dari duduknya dan langsung mendapat pelukan erat dari wanita itu. Menepuk pundak putranya lumayan keras.

"Kemana saja sih? 2 bulan ibu tak melihatmu, aigoo..., rindu sekali,"

Melonggarkan pelukan mereka, "Ibu, seperti tidak biasa saja, pasti tau kemana aku pergi,"

"Menyusahkan Hanbin saja yang kau bisa, heh?" mencubiti lengan pria Jung pelan.

"Eh kau belum makan kan? sini-sini ibu buatkan doenjang jjigae," tambahnya berlalu duluan ke arah dapur.

Suara ayahnya menginterupsi sebelum ia mengekori sang ibu. "Pertimbangkan lagi perjodohan dengan putri tuan Kim," tegasnya dan berlalu kedalam ruang kerja.

Akhirnya topik itu kembali didengar olehnya, mengacak rambutnya frustasi dengan sedikit jambakan sebelum langkahkan kaki ke dapur.

+++


"Hanbin!"

"Ya?!" sahutnya dari pintu depan segera hampiri kakak perempuannya di dapur villa.

"Tolong belikan noona apapun yang bisa dimakan,"

"Apa?" tanya pria Kim kebingungan.

Dara berdecak, dan masih terus membuka-tutup kulkas, "Yak! kenapa tak ada makanan sih disini?" wanita itu kadang berubah jadi cerewet ketika tengah lapar.

"Baru saja pindah, aku belum membeli semuanya lah,"

"Siapa suruh pindah ketempat terpencil begini," omelnya, tuhkan jadi semakin menyebalkan noona-nya ini.

"Didepan ada toserba, ya bukan toserba juga sih, setidaknya ada makanan,"

"Yasudah, ayo pergi kesana," katanya sebelum melesat kembali kekamar untuk ambil dompetnya.

Jiyong dari pagi tadi sudah ada di bangunan yang rencananya akan dijadikan restoran seafood oleh Hanbin.

Pria Kwon harus segera kembali ke Manila, jadi ia akan mengurusi masalah adik iparnya dengan cepat.

Hanbin sudah kesana tadi, tapi Dara terus merengek saat menelfonnya. Maka dari itu ia kembali ke villa.

"Kenapa jalan kesana?" tanya Dara lihat adiknya malah kebelakang.

Nefastus [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang