Alex mendengarkan dengan khidmat sang pemilik apartemennya nyerocos dengan Bahasa Perancis yang teramat lancar dari balik telepon. Banyak kata yang tidak dipahami Alex karena kecepatan bicara Mamie Manola yang pikun. Perempuan berumur 70 tahun itu suka lupa kalau Alex bukan orang Lausanne asli, ia hanya anak perantauan yang melanjutkan kuliah Magister di Swiss, yang terpaksa belajar lebih dari 3 bahasa untuk bertahan hidup di Negara itu. Tentu saja ia belum menguasai semua bahasa, kecuali Jerman. Sayangnya ia tinggal di Lausanne yang lebih dominan masyarakatnya menggunakan Bahasa Perancis.
"Mamie," Alex menginterupsi. "Laki-laki? Aku harus share dengan laki-laki?"
"Iya, kau tidak masalah, kan? Lagipula kalian berdua orang Asia. Aku yakin kalian bisa dekat dengan cepat."
"Mamie," Panggil Alex lirih. Ia tidak tahu Mamie Manola ingat ia perempuan atau bukan, berhubung namanya sangat genderless. Tapi sudah berulang kali Alex mengingatkan Mamie Manola kalau ia tidak bisa share apartemen dengan seorang pria.
"Tidak bisakah kau carikan aku roomate perempuan? Apa kau tidak takut kalau aku dilecehkan oleh pria?" Tanya Alex berusaha memanipulasi Mamie Manola agar perempuan itu berubah pikiran.
Tapi Mamie malah tertawa. "Hei, kau lupa, ya? Lausanne bukan kota yang tepat untuk orang brengsek! Kau harus punya catatan kriminal yang bersih sebelum ke sini!"
"Tapi, Mamie..."
"Sudahlah. Kau akan menyukai roomate barumu. Dia tampaknya sangat baik. Besok aku sudah panggil Hélène untuk membersihkan kamar bekas Stephanie. Lusa, dia akan datang. Kau jangan lupa menjamunya, ya." Jelas Mamie Manola lalu mematikan sambungan telepon.
Dengan lemas Alex menjatuhkan diri ke atas sofa yang berada di ruang tengah. Ia tidak tahu harus bagaimana apalagi Mamie Manola adalah salah satu pemilik gedung apartemen yang mau memberinya diskon pelajar. Ini salahnya pula karena tidak mendaftar di asrama kampus--karena ia merasa sudah terlalu tua untuk tinggal bersama para mahasiswa baru. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa beranjak dan harus menghadapi kenyataan.
Kalau sudah dihadapi dengan keadaan begini, Alex jadi menyalahkan dirinya sendiri yang harusnya paham dengan situasinya sebagai pelajar internasional. Ya, bukankah share apartemen dengan lawan jenis adalah hal yang lumrah di dunia ini? Mengapa ia harus mengelak dan takut?
~~~
Kedatangan Alex yang lemas membuat Mia bertanya-tanya. Gadis asli Lausanne itu segera menghampiri Alex yang tengah memperbaiki dasi kupu-kupunya, bersiap untuk melakukan handling over dari shift pagi para pramusaji tempatnya bekerja. Sebelum Manajer datang, Mia langsung bertanya kepadanya.
"Kau baik-baik saja?" Bisik Mia.
Alex menghela napas. "Kau tahu? Mamie Manola memaksaku tinggal dengan seorang pria."
Kedua mata Mia terbelalak. Bukannya ikut bersedih, gadis itu malah tersenyum penuh arti kepada Alex. "Hei, bukankah itu bagus? Kau bisa berkenalan dengannya, kalau untung bisa pacaran!"
"Pacaran?" Alex mencibir. Ia bahkan terlalu sibuk untuk menjalin hubungan. Terakhir kali ia berpacaran adalah beberapa bulan lalu, dengan seorang pria asal Spanyol yang kemudian memutuskannya karena jarang bertemu.
"Bukankah kau dari awal sudah niat untuk berpacaran selama tinggal jauh dari keluargamu?"
Ditanya begitu oleh Mia, membuat Alex sangsi kepada dirinya sendiri. Alex yang dulu terlalu naif, ternyata. Karena dikekang oleh orangtuanya, ia sampai memiliki keinginan untuk berpacaran di negeri antah berantah. Agar lebih bebas dan tentu saja, mendapatkan pria bule yang tampaknya bisa memahami dirinya lebih. Sayang beribu sayang, keinginan dan rencana memang tidak bisa direalisasikan semuanya.
"Aku tarik kata-kataku lagi. Aku tidak mau pacaran!" Ucap Alex tegas membuat Mia melongos tidak percaya.
Sebelum Mia membalas ucapannya, manajer mereka sudah bersiap di sisi counter bar. Alex dan Mia cepat-cepat bergegas untuk melakukan handling over. Jangan ditanya, bekerja sebagai pramusaji di restoran bintang 5 memang super ribet. Terlalu banyak hal-hal yang harus diperhatikan, bahkan hal kecil yang kalau dilewatkan pun sebenarnya tidak masalah. Tapi mau dikata apa? Swiss terkenal akan sekolah hospitality dan tourism-nya, yang merambah pada hotel dan restoran yang ada di sana. Semuanya jadi serba perfect.
Apalagi Kota Lausanne, tempat nomor satu kampus Hospitality terbaik yang ada di dunia. Kampus dimana Alex melanjutkan studi magisternya.
~~~
Somewhere else
Suara tawa Vernon menggelegar. Ia sempat bertanya tiga kali, memastikan apa yang dikatakan Joshua sesuai dengan apa yang ia dengar. Begitu yakin kalau Joshua memang akan tinggal di Lausanne selama 2 bulan, di sebuah apartemen bersama untuk menunaikan impian tertundanya untuk berkeliling Eropa, Vernon tertawa makin kencang. Bukan karena impian gila temannya itu, ia tertawa kepada Joshua yang terlanjur membayar biaya apartemen sebelum tahu kalau ia akan memiliki roomate perempuan.
"Kau benar-benar teledor, Kak. Bagaimana? Apa kau mau pindah saja? Mencari apartemen lain?"
Joshua menggeleng. Napasnya terhela berat. "Apartemen ini bagus sekali, harganya juga murah. Aku tidak mungkin membuang uangku. Tinggal di sana tidak murah, Vernon."
"Aku tahu." Vernon terkekeh. "Tapi, apakah aman? Maksudku, apakah kau benar-benar tidak akan dikenal di kota itu?"
"Tidak tahu." Joshua mendesah. Ia tahu, kehidupannya sebagai idol terkadang menyusahkan. Ruang geraknya tidak banyak, apalagi boyband-nya sudah mulai dikenal hingga ke berbagai belahan dunia. Benua Eropa salah satunya.
"Kalau kenapa-napa, mending kau batalkan saja, Kak. Aku tidak mau melihat namamu terpampang di situs Naver sebagai Idol yang tinggal bersama perempuan selama berlibur." Jelas Vernon sedikit bercanda.
Dengan kesal Joshua meremas bahu Vernon. "Kau bisa berkata hal yang lebih positif, Vernon?"
"M-maaf..."
"Kalau uangku bisa balik semuanya aku tidak akan berpikir dua kali untuk membatalkannya. Tapi lihat nanti, aku akan mencoba melobi pemilik apartemenku untuk mendapatkan kamar lain."

P.sHello!
I have a lot of story that will be uploaded one by one and this is (one of) my favorite story that located in Lausanne, Switzerland. Mungkin ada banyak hal yang tidak sesuai, tapi aku mencoba mencocokkan beberapa nama toko/restoran/tempat wisata yang ada di sana.I wish you enjoy your time while reading this. Thank you!!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]
FanfictionBagaimana rasanya tinggal satu apartemen dengan Hong Joshua?