Joshua tidak bisa melepas pandangannya dari Alex yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Kemarin mereka baru sampai di Lausanne sekitar pukul 12 malam dan sekarang ia menemukan Alex di dapur pukul 8 pagi membuatkannya French Toast. Bukan karena akan bekerja gadis itu bangun pagi, melainkan tugas kampus. Di meja dekat TV Joshua bisa melihat laptop Alex menyala dengan dua tumpukan buku di sampingnya.
Ia masih agak heran dengan kerajinan Alex yang menurutnya sangat luar biasa. Rasa heran yang tercampur dengan kagum.
"Lusa aku akan ke Zürich, lalu ke München." Kata Joshua mengusir sepi.
"Jangan lupa istirahat. Perjalananmu cukup jauh, loh." Ujar Alex penuh perhatian, ia melirik ke arah Joshua yang membaringkan kepala di atas meja makan menghadapnya. Sejujurnya, pose Joshua sekarang terlalu menggemaskan dan Alex harus menahan diri untuk tidak terlalu gugup di depan pria itu.
"Kau tidak mau ikut?"
Alex mendengus. "Kenapa tidak rekrut aku jadi asistenmu sekalian, Mr. Joshua?"
"Kalau boleh, aku akan merekrutmu sekarang juga."
Ucapan Joshua terdengar serius. Alex menarik napas panjang-panjang, ia takut oksigen di sekitarnya tidak mencukupi asupannya sekarang.
"Have fun. Sebenarnya sayang sekali kau harus membuang waktu kembali ke Lausanne dan berkunjung ke Jenewa. Harusnya dari Bern kau lanjut ke Zurich, lalu München." Jelas Alex berusaha merubah topik. Ia merasa tidak sanggup untuk melanjutkan perbincangan sebelumnya.
"Vernon bagaimana?"
"Dia, kan, sudah besar, Josh. Dia bisa pulang sendiri. Lagipula aku ada di Lausanne. Aku juga tidak masalah disuruh mengantarkan Vernon ke Jenewa."
"Meninggalkan kalian berdua?" Joshua menghela napas panjang. Entah mengapa ia tiba-tiba merasa dadanya sesak.
"Yaa... aku juga sibuk bekerja jadi, paling berduanya saat mau ke Jenewa saja." Ujar Alex yang merasa heran kepada dirinya yang merasa harus defensif. Dan kenapa Joshua terdengar sangat kesal?
"Kau suka dengan Vernon?"
Alex mengerutkan dahi. Ia berbalik menatap Joshua dengan tajam sembari melipat tangan di depan dada. "Maksudmu?"
"Ya, aku tanya, apakah kau suka dengan Vernon?" Joshua mengulang pertanyaannya.
"Aku harus menjawab seperti apa? Pertanyaanmu menjebak sekali, aku tidak suka."
"Ya jawab saja. Bukan pertanyaan sulit, kok." Kata Joshua yang ikut melipat tangan di depan dada. Ia sudah mengangkat kepalanya dari meja, menatap Alex sama tajamnya seperti tatapan gadis itu kepadanya.
"Aku suka dia sebagai idolaku. Kau tahu, kan, aku Carat?" Alex bertanya retoris.
"Kalau bukan sebagai Carat, apakah kau tetap menyukainya?"
"Tentu saja." Alex menjawab dengan cepat. "Dia asyik sebagai teman."
Dan jawaban Alex membuat air muka Joshua melembut. Pria itu tersenyum kepada Alex lalu kembali membaringkan kepala di atas meja, sedangkan Alex kembali sibuk mengurus roti mereka.
"Kau harus ingat perjanjian taruhan waktu itu." Sahut Joshua tiba-tiba membuat bulu kuduk Alex merinding. Gadis itu pura-pura tidak mendengar dan Joshua kembali menambahkan.
"Kalau aku minta kau menemaniku ke Zürich, bagaimana?"
~~~
Gerakan tangan Alex sangat cepat di depan laptopnya. Sesekali ia mengecek buku yang ada di sampingnya, membaca selama beberapa menit lalu mengetik lagi di laptopnya. Joshua memandang gadis yang tengah fokus itu, bahkan ia tampak tidak peduli dengan suara TV yang agak ribut menampilkan serial Netflix favorit Joshua. Alex seakan terserap masuk ke dalam dunianya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]
FanfictionBagaimana rasanya tinggal satu apartemen dengan Hong Joshua?