Ternyata sifat Alex berbeda dengan apa yang dikhawatirkan Joshua. Semakin hari, Joshua bisa melihat kalau Alex tipe yang serius dan tidak peduli dengan kehadirannya--mungkin agak peduli karena Joshua sering mendapati Alex menatap dirinya secara intens. Ia bahkan sempat tidak bertemu dengan Alex berhari-hari karena ia sibuk berkeliling Lausanne dan tertidur pulas di malam hari. Alex sendiri selalu pergi kampus di pagi hari, pulang untuk berganti baju dan segera pergi bekerja. Ia seakan hanya mampir di apartemen untuk tidur. Tapi Joshua tidak tahu apakah jadwal itu paten setiap hari atau akan berbeda saat weekend.
Agak tidak mungkin kalau Alex tidak ada waktu untuk beristirahat.
Saat Joshua terbangun di hari sabtu, ia bisa melihat bias cahaya lampu tumblr dari kamar Alex. Mungkin gadis itu sedang menikmati hari liburnya dan ia tidak ingin mengganggu. Jadi Joshua bergegas membuat sarapan karena hari ini ia ingin mengunjungi Aquatis, sebuah Aquarium besar di Lausanne yang tampak menarik. Padahal di LA dan Seoul ada Aquarium semacam itu, tapi Joshua tidak ingin menyesal melewatkannya.
Joshua bersenandung, ia memainkan lagu dari ponsel sembari membuat sarapan berupa french toast dan segelas susu yang ia beli dari Coop.
Rasanya memang berbeda saat tinggal di Negara lain. Joshua merasa sangat fresh bahkan berharap bisa hidup begini setiap hari, minus Alex karena kalau harga apartemen murah, ia sepertinya lebih memilih untuk hidup sendiri.
"P-pagi." Sahut Alex dengan suara serak, gadis itu mengucek kedua matanya dan menutup pintu kamarnya dengan rapat.
Melihat Alex segera membungkam senandung Joshua. Ia mematikan lagu yang terputar di ponsel.
"Kenapa?" Tanya Alex heran. Ia berjalan ke dapur untuk minum dan menggambil sebuah apel untuk dimakan langsung tanpa ia potong.
"T-tidak apa-apa. Hari ini kau libur?" Joshua kikuk, ia berusaha merubah topik. Akan tidak nyaman kalau ia berkata jujur perihal alasannya mematikan lagu. Sumpah, ia tidak ingin Alex mendengar suaranya.
"Hmm..." Alex bergumam, ia bergerak membuka balkon hingga udara segar bisa langsung masuk ke apartemen mereka, bonus suara cicitan burung yang membuat Joshua tergugah. "Aku harus bekerja." Kata Alex lalu menggigit buah apel. Ia terdiam di depan balkon, memperhatikan jalanan Kota yang sudah ramai.
"Lagi!? Kau tidak ada istirahat?"
"Ada." Kata Alex sekenanya. Nyawanya belum terkumpul 100%. Padahal kalau ia sadar, ia mungkin akan histeris di dalam hati karena Joshua tampak khawatir dengan keadaannya sekarang.
"Besok, ya?"
"Mungkin."
"Kata Mamie, restoranmu tutup saat weekend. Kau bekerja di banyak tempat, ya?"
Banyak tanya. Tapi lagi-lagi karena Alex tidak sadar, ia menjawab pertanyaan Joshua seakan itu adalah pertanyaan lumrah. "Kalau weekend, aku suka mengambil part time. Lumayan untuk jajan."
"Kau serius tidak lelah?"
Alex menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hmm... tidak juga. Sebenarnya kelasku di kampus tidak begitu padat, aku sering tidur di asrama temanku. Jadi... ya, aku punya waktu istirahat."
"Hah?"
"Well, its hard to explain but... aku ada waktu untuk beristirahat. Jangan khawatir." Kata Alex sekenanya. Agak sulit menjelaskan keadaannya kepada Joshua.
"Kau sudah ke mana saja di Lausanne?" Tanya Alex mengubah topik. Ia menatap Joshua yang sudah menyiapkan sarapannya di piring dan beringsut duduk di depan meja makan.
"Aku pergi ke beberapa museum--banyak sekali museum di sini. Aku juga ke Katedral Lausanne, Place de la Palud... sisanya berkeliling foto-foto bangunan tua." Jawab Joshua tampak senang mengingat-ngingat perjalanannya di Lausanne. Thanks to Alex, beberapa lokasi ia raih menggunakan sepeda dan bisa menghemat pengeluarannya untuk hal-hal yang lebih penting.
"Uhmmm... Lausanne memang lebih ke ancient history, sih. Besok-besok kau harus ke Danau Jenewa. Bukan ke Lausanne kalau kau belum naik perahu berkeliling danau!"
"Minggu depan aku ingin ke sana." Kata Joshua. Alex mengangguk-angguk. Keduanya terdiam, sama-sama menikmati sarapan dan udara segar dari balkon.
"Hari ini aku akan ke Aquatis."
"Hah? Untuk apa?" Alex heran. Aquatis bukan tempat yang ia sarankan bagi turis meski tempat itu juga menarik.
Menurut Alex, Aquatis kalah dengan aquarium-aquarium di negara lain. Aquatis baginya hanya aquarium raksasa yang menawarkan keindahan yang tidak akan tertancap lama di otak. Lagipula Aquatis terlalu mahal untuk turis.
"Hanya ingin."
"Terlalu mahal. Aku pikir di Korea Selatan punya aquarium raksasa yang lebih keren dari Aquatis dan sebagai orang yang pernah bekerja sambilan di sana, aku menyarankanmu untuk tidak membuang-buang uang." Jelas Alex serius. Joshua mengerucutkan bibir.
"Begitu, ya?"
"Lebih baik kau ke Palais de Rumine hari ini. Kau bisa menyewaku untuk tur privat." Kata Alex sembari tersenyum kepada Joshua. Di dalam hati ia memuji ide jeniusnya sendiri. Sekali menyelam minum air. Hari ini ia memang akan bekerja sambilan di museum kecil itu.
"Museum kecil itu?"
"Ei... kau belum lihat di dalamnya ada apa."
"Katanya tidak ada penjelasan Bahasa Inggris jadi aku malas ke sana." Keluh Joshua sembari mengunyah sarapannya.
Alex mendengus. "Makanya hari ini kau bisa menyewaku sebagai guide. Aku, kan, bisa Bahasa Perancis!"
~~~
Joshua setuju akan ide itu. Apalagi Alex mengiming-iminginya dengan perjalanan lain setelah mengunjungi Palais de Rumine. Gadis itu berjanji akan membawanya berkeliling kota sebagai guide pribadinya hari ini. Tentu saja gratis kecuali di Palais de Rumine karena ia harus membayar jasa gadis itu lewat konter yang ada di sana.
Begitu sampai di Palais de Rumine, Alex mengajaknya bertemu dengan seorang pekerja yang Joshua yakini sebagai manager. Dengan bahasa Perancis yang terdengar fasih di telinga Joshua, Alex bercerita mengenai rencananya dengan pria itu kepada manager sekaligus meminta izin untuk pulang cepat demi bisa membawa roomate-nya berkeliling kota.
"Oui. Temanmu tidak perlu membayar kalau begitu." Kata Manager floornya.
Alex membelalakkan mata. "Apa aku tidak dibayar hari ini?"
"Jangan khawatir. Kami tetap membayarmu. Bawa temanmu jalan-jalan, jadi guide yang baik untuk menjelaskan keindahan Kota Luisanne, ya." Jelas pria yang tingginya semampai itu. Alex tersenyum lebar, ia memeluk Manager Floornya dengan erat sembari mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih! Aku akan bekerja keras!"
"Oui! Selamat bersenang-senang, Alex!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]
ФанфикBagaimana rasanya tinggal satu apartemen dengan Hong Joshua?