25

2.4K 325 30
                                    

Vernon menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat Alex berbaring di atas sofa. Gadis itu benar-benar mabuk dan tidak sadarkan diri hingga ia dan Joshua harus membopongnya naik lift menuju apartemen. Untung saja mereka diantar pulang oleh salah seorang teman Alex, sehingga tidak perlu menahan malu di transportasi umum. Kesyukuran Vernon yang membuatnya lega luar biasa.

Berbeda dengan Vernon yang tidak tahu harus berbuat apa kepada Alex. Yang malah membayangkan rasa malu yang hampir menemui mereka, Joshua sibuk melepas sepatu, jaket, dan kaos kaki Alex agar gadis itu bisa tidur dengan nyaman. Setelah itu ia memeriksa kantong jaket dan menemukan kunci kamar gadis itu.

"Vernon, tolong bukakan pintunya." Sahut Joshua sambil menyerahkan kunci kamar Alex. Dengan cekatan Vernon membuka kamarnya dan agak tercengang melihat Joshua menggendong Alex masuk ke sana.

"K--"

"Jangan banyak omong. Awas kalau kau bilang ke anak-anak!"

"O-oke." Vernon segera menutup mulut meski ingin sekali ia mengomentari sikap heroik Joshua. Benar-benar definisi Mr. Gentleman yang sesungguhnya pikir Vernon.

"Kau tidur duluan." Titah Joshua. "Besok kita ada perjalanan panjang ke Bern."

"Kau, bagaimana?" Tanya Vernon heran. Ia tampak tidak setuju tapi tahu Joshua bukan tipe orang yang bisa ditolak titahnya.

"Aku urus dia dulu."

"Tidak apa-apa?"

"She's my roomate. Jangan khawatir." Kata Joshua dengan datar.

Vernon akhirnya mengangguk dan bergegas ke kamarnya untuk bersiap tidur, meninggalkan Joshua yang dengan telaten memiringkan tubuh Alex agar tidurnya tidak terlentang. Bahkan Joshua menyangga tubuh Alex menggunakan bantal agar gadis itu tidak banyak bergerak saat tidur. Tentu saja Joshua khawatir kalau gadis itu muntah dan tercekik dengan muntahannya sendiri saat tertidur.

"Joshua?"

Panggilan Alex membuat Joshua mengernyit. Ia duduk di pinggir kasur, menatap Alex sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Joshua?" Panggil Alex lagi. Mata gadis itu setengah terbuka, ia tersenyum lebar lalu menangkupkan wajah menggunakan tangannya sendiri. "Aku gila, ya? Masa aku melihat Joshua di hadapanku." Racau Alex lalu tertawa kecil.

Joshua yang awalnya merasa kesal dengan kejadian hari ini merasa agak terhibur. Ia tersenyum kecil mendengar racauan Alex dan enggan beranjak meski tugasnya sudah usai.

"Kalau benar Joshua bagaimana?" Tanya Joshua usil.

Alex mendengus, ia lalu menampar pipinya. "Mimpi!"

Karena tamparan Alex cukup kuat, Joshua refleks memegang pipi gadis itu. Ia bahkan meringis saat melihat pipi Alex memerah. Ia tidak tahu kalau sikap Alex akan seperti itu. Agak lucu memang, tapi Joshua tidak mau saat bangun Alex menemukan pipinya memar.

"Kenapa mimpiku terlalu bagus?" Alex lagi-lagi meracau. Ia memegang tangan Joshua pada pipinya. "Aku boleh di dunia mimpi saja, tidak?" Tanyanya retoris seakan tengah mengobrol dengan Joshua yang lagi-lagi tertawa geli.

"Kau sangat menyukaiku, ya, Alex?" Pertanyaan itu meluncur tanpa disaring oleh Joshua. Ia merasa terkejut mendengar pertanyaannya kepada Alex yang tidak sadarkan diri.

Meski begitu, Joshua tetap penasaran dengan jawaban Alex. Ia menunggu gadis itu berhenti bergumam agar bisa mendengar jawaban dari pertanyaan yang masih bergerumul di otaknya sejak bertemu Alex kali pertama.

"Hmmm... aku sangat menyukai Joshua, tidak?" Alex bertanya retoris. Joshua masih menunggu sampai merasa jantungnya berdegup lebih kencang, entah karena terlalu penasaran atau hal lainnya.

"Kau... suka sekali at--"

CUP.

Secara tidak sadar Alex mengangkat setengah badannya. Ia mengecup bibir Joshua singkat lalu kembali berbaring seakan tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, Joshua yang sadar sepenuhnya mematung di pinggir kasur. Ia menelan ludah yang tiba-tiba terasa keras sembari melirik Alex yang tersenyum lebar di hadapannya.

"Hem... apakah aku bisa mengingat mimpi ini esok?" Alex meracau sambil memegang bibirnya. Ia lalu berkata. "Semoga aku bisa mengingatnya!"

 "Semoga aku bisa mengingatnya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Sesaat setelah mendengarkan cuitan burung yang cukup nyaring masuk ke kamarnya, Alex terbangun. Ia mengucek mata dan menemukan posisi tidur yang kurang nyaman karena adanya bantalan penyangga di punggungnya. Perlahan ia terduduk. Kepalanya masih agak terasa pening dan memorinya mulai terkumpul satu per satu.

Ia menghela napas panjang. Teramat panjang karena kecewa melihat jam weker. Hari ini ia benar-benar absen ke kampus dan sekarang Alex harus mengembalikan kesadarannya agar bisa bekerja. Ia tidak mungkin bolos kerja pula.

Jangan lupa sarapan. Kami pergi ke Bern sampai 3 hari ke depan. Take care~

-Joshua-

Note itu ditemukan Alex di atas nakas. Tertempel di dekat sebuah minuman berenergi yang diberikan Joshua kepadanya. Gadis itu mengernyit selama beberapa saat, ia mencoba mengingat malam saat mereka pulang. Apakah ia berjalan sendiri atau harus dibantu oleh Joshua dan Vernon? Dan begitu Alex menemukan memorinya, ia segera menepuk jidat.

Memalukan.

Semalam ia dibopong Joshua dan Vernon agar bisa sampai ke apartemen.

Alex meringis. Ia berteriak kecil sembari menepuk-nepuk pipinya. "Bodoh! Bodoh! Mau ditaruh ke mana mukaku!?"

Ada 15 menit Alex meratapi nasibnya; mempermalukan diri sendiri di depan dua anggota boyband yang disukainya. Karena waktu tidak bisa diputar, akhirnya Alex menyerah. Persetan dengan rasa malu yang mengulitinya. Ia harus pura-pura tidak tahu. Dan demi melancarkan aksi pura-pura tidak tahunya, Alex meraih ponsel yang juga berada di atas nakas lalu mengirimkan pesan kepada Joshua.

Alex

Maaf aku tidak bisa mengantar kalian.
Hati-hati di jalan.
Kalau sudah sampai bilang.
Have fun!

Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang