Sekembalinya dari Bern, Alex menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia juga kembali memasang beberapa pernak-pernik Seventeen yang sempat ia sembunyikan di kamarnya. Tetapi, beberapa photo card Joshua masih ia simpan di dalam laci. Rasanya aneh melihat pria itu di kertas mahal karena terlalu sering melihatnya secara langsung. Apalagi kalau mengingat kelakuan Joshua saat ia hendak menaiki kereta pulang ke Lausanne. Entah Alex harus bagaimana dengan perasaannya yang mulai goyah.
Ternyata benar kalau fantasi menjadi nyata bisa membuat kehidupannya kacau.
Joshua
Sebentar lagi kami sampai
Alex menarik napas panjang. Baru saja mendapatkan waktu tenang tanpa rasa takut dan gugup memikirkan Joshua, malam ini ia malah akan bertemu kembali pria itu di apartemen. Itu pun kalau Joshua belum tidur karena Alex masih bekerja dan akan pulang larut.
Alex
Oke. Jangan lupa beristirahat!
Hati-hati di jalan.Joshua
Masih bekerja?
Alex
Iya. Ini istirahat sebentar.
Joshua
K. Semangat!
Diberi semangat lewat kata-kata di weverse saja bisa membuat Alex senang bukan main. Apalagi Joshua memberinya semangat secara langsung via pesan kepadanya. Hanya kepadanya. Tentu saja Alex senang, ia bahkan hampir berteriak di depan lokernya. Untung saja ada beberapa teman kerjanya di sana, jadi ia buru-buru memasukkan ponsel ke dalam tasnya dan bergerak ke pantry untuk beristirahat.
~~~
"Hai, Alex!"
Suara Vernon menyapanya dengan riang. Pria itu masih tampak segar, ia duduk di sofa sembari melakukan sesuatu di depan laptopnya. Ada beberapa perlatan yang Alex yakini sebagai alat untuk membuat musik karena ia melihat microphone dan Audio Interface di sana.
"Oh, hai. Nggak tidur?" Sapa Alex sembari berjalan mendekatinya. Ia melirik isi laptop Vernon yang berupa software audio. Di samping laptopnya terdapat kertas dengan banyak coretan.
"Di kereta aku dapat banyak ide. Rasanya nggak bisa tidur kalau belum ngerjain lirik ini." Jelas Vernon. "Maaf, ya, mungkin aku agak sedikit ribut."
"It's ok. Lakukan apa yang ingin kau lakukan." Ujar Alex kemudian beranjak membuka pintu kamarnya.
Vernon mengangguk-angguk, ia memperhatikan Alex yang masuk ke kamarnya dengan santai. Karena Alex membuka kamarnya cukup lebar, ia jadi bisa melihat sesuatu yang berbeda di sana. Kamar Alex terakhir kali dimasukinya cukup polos, tapi sekarang kamar itu agak ramai dengan tempelan beberapa poster dan gantungan kertas di lampu tumblr yang ia biarkan menjuntai di plafon kamarnya.
Kedua mata Vernon menyipit. Ia berdiri untuk melihat kamar Alex lebih dekat.
"Is this your room?" Serunya menggelegar. Terlalu terkejut melihat kamar Alex yang penuh dengan Seventeen.
Alex menggaruk tengkuknya. "This is me anyway."
"Gila."
"I know."
"Bukan begitu. Ta-tapi... wow."
"Is that bad?" Alex meringis. Ia tidak tahu teranyata reaksi Vernon akan seperti itu, padahal pria berwajah macam Leonardo DiCaprio yang berdiri di depan kamarnya itu tahu kalau ia adalah seorang Carat.
"Not bad. Aku hanya tidak menyangka kau yang serius dan terlalu cinta bekerja ini memang sangat-sangat menyukai kami. Aku pikir kau hanya 'fans' biasa." Vernon mengangkat kedua tangannya ke udara, menggerakkan kedua jarinya seperti tanda kutip saat menyebut kata fans.
"Karena aku tidak punya waktu libur yang banyak, hiburanku cuma menonton acara kalian. Jadi, beginilah."
Meski agak heran, Vernon mengangguk-angguk. "Aku pikir, Joshua akan terkejut melihatnya."
"Biarkan saja."
"Kau yakin? Nanti kalian punya hubungan yang awkward."
Alex menghela napas panjang. "Bukannya lebih baik begitu, ya? Daripada dia tahu ketika kami sudah sangat dekat." Katanya membuat Vernon terdiam.
Apa yang dikatakan Alex ada benarnya. Vernon tahu itu. Meski ia tidak mempermasalahkan hubungan Joshua dan Alex, tapi ia paham dengan perasaan perempuan di hadapannya itu. Apalagi saat pertama kali ia bertemu dengan Alex. Kata-kata Alex tidak pernah dilupakannya.
"Karena... menyukai seseorang yang jauh, yang tidak pernah menyadari kalau kau hidup di dunia ini... ternyata lebih menyenangkan."
"Menurutmu, Hong Joshua itu seperti apa?"
Out of the blue. Tiba-tiba Vernon bertanya. Alex memiringkan kepala, ia melihat Vernon penuh tanya.
"Ya, jawab saja. Menurutmu dia bagaimana?"
"Hmm... yah," Alex tersenyum kecil. "Dia orang yang baik sekali. Ternyata memang dia penyabar meski terkadang agak suka memaksa, sih. He is the real gentleman, like what you always said."
"Kau tidak menjilat, kan?"
Refleks Alex menepuk bahu Vernon pelan. "Aku tidak menjilat, ya."
"I'm joking! Aku tahu itu." Ujar Vernon berpura-pura kesakitan. Ia mengelus bahunya membuat Alex merasa tidak enak sehingga gadis itu ikut mengelusnya secara hati-hati. Vernon terkekeh dan Alex, meski tidak tahu apa yang lucu, ikut tertawa.
Di malam yang makin larut itu keduanya asyik bersendau gurau. Alex bersyukur di dalam hatinya bisa menemui Vernon yang ternyata sangat ramah. Pun juga dengan Joshua, meski ia masih berusaha untuk mengelak perasaannya yang makin membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]
FanfictionBagaimana rasanya tinggal satu apartemen dengan Hong Joshua?