Alex tidak berhenti mengucap syukur di dalam hatinya karena hari ini sang manager floor-nya sangat baik mau memberikannya 'libur' dan tetap membayarnya setelah membawa Joshua berkeliling Palais de Rumine. Sekarang ia sedang memperhatikan Joshua yang asyik memotret pemandangan Kota Lausanne dari Sauvabelin Tower. Tempat yang sebenarnya berupa hutan kecil itu berada di perbukitan dan mereka hanya perlu mencapainya menggunakan bus selama 19 menit. Sebenarnya akan lebih cepat kalau menyewa taxi, tapi terlalu mahal.
Sauvabelin Tower sebenarnya hanya tower biasa, akan tetapi dibuat dengan arsitektur yang menarik dari kayu. Di sekitar tower pun banyak patung-patung dan spot foto yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Biasanya hutan Sauvabelin (tempat tower itu dibangun) ramai oleh turis yang senang hiking dan bersepeda. Sayangnya, Joshua tidak punya sepeda dan akan sangat lelah untuk hiking di siang hari.
"Itu Perancis, kan?" Tanya Joshua setelah puas berfoto.
"Iya. Kalau kau punya visa, kau bisa sekalian ke Perancis lewat Danau Jenewa." Jawab Alex sembari melipat kedua tangan di depan dada, ia ikut menatap ke seberang Danau Jenewa.
"Oh ya?"
"Ya, kalau malas perjalanan darat. Bahkan kau bisa ke Montreux pakai Steam Paddleboat yang tersebar di sana."
"Ah... itu sudah masuk ke dalam bucket list-ku. Sudah lama aku ingin sekali menaiki perahu itu." Kata Joshua dengan senyum yang lebar, ia membayangkan dirinya berada di atas perahu uap itu, menatap keindahan Danau Jenewa dan Pegununungan Alpen.
"Harus. Pokoknya itu harus menjadi satu hal yang harus kau lakukan selama di Lausanne." Sahut Alex. Mendengar Joshua yang semangat membuatnya jadi iri, ia juga ingin berlibur.
"Minggu depan kau mau menemaniku jalan-jalan ke pinggir Danau Jenewa? Di internet banyak sekali yang menyarankanku untuk berkunjung ke La Terrasse. Apa menurutmu tempat itu cukup oke?"
La Terrasse. Alex bergumam, ia mencoba mengingat-ngingat tempat itu. Sebuah restoran outdoor yang menghadap langsung ke Danau Jenewa. Bukan hanya mendapatkan pemandangan Gunung Alpen, di depan La Terrasse juga banyak kapal yang bersandar, cukup cantik kalau berkunjung saat senja tiba (meski tidak benar-benar melihat senja di sana).
"Aku tidak janji bisa menemanimu, Joshua, tapi La Terrasse bisa menjadi tempat yang oke. Aku sarankan makan malam di sana."
"Ah... kau bekerja, ya?"
"Kemungkinan besar." Jawab Alex kikuk. Ia mendengar nada sedih dari suara Joshua. Semenyedihkan itukah dirinya?
"Maaf, ya, aku tidak bisa sering-sering menemanimu." Kata Alex kemudian. Ia melirik Joshua yang menggaruk tengkuknya malu. Pria itu tampak tidak enak mengajaknya jalan-jalan.
"M-maaf. In case kamu libur, aku ingin kau menjadi guide-ku sesekali." Ungkap Joshua sembari membasahi bibirnya.
Alex paham. Ia mengangguk, kemudian tersenyum tipis. "Chill. Kalau aku ada waktu, akan langsung ku beritahu."
"Good! Tell me right away, k?"
~~~
Perjalanan Joshua hari ini jadi terasa amat sangat menyenangkan. Ia ingin menarik kata-kata dan pemikiran buruknya soal Alex saat itu juga. Pasalnya Alex sangat membantunya menjelajahi Kota Luasanne, bahkan menjelaskannya tentang sejarah bangunan dan apa saja yang ia ketahui tentang kota itu. Gadis itu mengaku bahwa terkadang ia memang bekerja menjadi guide, jadi pengetahuannya soal Kota Lausanne tidak perlu diragukan.
Sehingga bisa dipastikan rasa percaya Joshua kepada Alex berkembang pesat.
Seperti biasa, ia melaporkannya kepada Vernon. Berharap salah satu anggota Seventeen itu bisa menyusulnya ke Lausanne.
"Come'n Vernon! You won't missed the experience to see the Alps!"
"Nanti aku lihat. Jadwalku masih agak padat. Kenapa kau tidak mengajak Kak Mingyu atau Kak Jeonghan?"
"Dua manusia itu sudah ku ajak sebelum ke sini tapi mereka tidak mau karena lebih ingin berlibur ke LA. Dan Jeonghan tidak suka terlalu banyak jalan--sedangkan aku ingin berkeliling selama di sini." Jelas Joshua sembari mengerucutkan bibir, ia bisa mendengar Vernon menghela napas.
"Akhir-akhir ini kau menelponku setiap hari dan aku tidak bisa mengindahkannya setelah tau kau sekamar dengan penggemarmu itu, Kak. Ternyata... kau ingin meyakinkanku untuk menyusulmu, ya."
"Sekali menyelam minum air." Joshua tertawa. "Aku juga menelponmu karena masih was-was."
"Jauh pun kau menyusahiku, ya."
"Kapan lagi aku bisa menyusahkan seorang Vernon Chwe?"
"Kampre*! Jadi... Alex membawamu jalan seharian dan itu membuatmu yakin kalau dia tidak berbahaya?"
"Ya...." Joshua bergumam. "Ia bahkan agak menolak ajakanku minggu depan. Aku suka dengan caranya menjelaskan banyak hal dan ditolak seperti itu membuatku sedih."
"Hahahahaha... baguslah. Aku kemarin sangat mengkhawatirkanmu, Kak. Mendengar cerita ini membuatku yakin untuk mengindahkan panggilan dan chatmu sekali-kali."
"Ah... begitu..." Ucap Joshua menahan emosi. Ia mendesis, "Awas kau, ya!"
"Bercanda. Gonna keep in touch with ya, Kak. Aku masih takut kalau tiba-tiba teman sekamarmu itu berubah menjadi menyebalkan."
"Thanks. Cepat beritahu kalau jadwalmu sudah tidak padat! Aku tidak begitu suka jalan sendiri!"
"Iya iya... sabar menanti. Aku juga jadi ingin ke sana karena ceritamu."
~~~
Alex membaringkan tubuhnya perlahan ke atas kasur. Ia menatap ke atas plafon kamarnya, memutarbalikkan waktu di benak untuk mengingat perjalanannya hari ini keliling Lausanne. Rasa lelah yang muncul seketika hilang, ia tersenyum lebar sembari meronta pelan di kasur. "Gilaaaa gilaaaaaa!!"
Tidak pernah ia membayangkan bisa berjalan berdua dengan Joshua di Lausanne! Bahkan pria itu mengajaknya ke La Terrasse minggu depan--yang tidak bisa diiyakannya. Meski begitu ia tetap senang. Pria yang selama ini hanya bisa ia tatap lewat layar ponsel muncul menjadi roomate-nya! Mereka tinggal satu atap!
Rezeki memang tidak ada yang tahu.
Ya, walaupun Alex hanya bisa menahan rasa excited-nya sendirian. Sampai ia lupa pernah bermohon-mohon kepada Mamie Manola untuk mencarikannya roomate perempuan, sampai ia lupa rasa was-was selama ia satu apartemen dengan seorang pria. Tapi pria ini beda! Ia seorang Hong Joshua! Bagaimana ia bisa was-was? Yang ada ia harus menahan rasa untuk tidak terlalu memperlihatkan rasa senangnya kepada pria itu.
Kalau Joshua sampai tahu ia terlalu excited, ia tidak akan tahu bagaimana caranya untuk menyembunyikan rasa malunya kelak.
Pokoknya sekarang ia harus menjaga diri untuk bersikap normal seperti orang pada umumnya. Harus! Alex akan berusaha!
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]
FanfictionBagaimana rasanya tinggal satu apartemen dengan Hong Joshua?