41

2.3K 298 20
                                    

Langkah Alex besar, ia berlari kecil keluar dari bus menuju stasiun Kereta Lausanne yang ramai. Orang-orang berlalu-lalang di sekitarnya, langkah mereka juga besar dengan badan yang tegap seakan menenggelamkan tubuh Alex yang kecil. Karena Alex tidak akan ke mana-mana, ia tertahan di depan mesin ticketing, wajahnya pias melongok ke dalam peron. Napasnya terengah-engah karena dari kampus sudah berlari mencari bus untuk ke stasiun.

Ya, akhirnya ia memutuskan untuk mengantar Joshua setelah disentil oleh Ella. Mungkin memang ia terlalu kaku dengan dirinya sendiri. Terlalu menahan perasaannya karena takut hal-hal tidak diinginkannya terjadi.

Alex

Kau sudah berangkat?

Pesan itu terkirim. Alex kemudian berjalan ke sisi ruangan, ia bersandar di dinding, melihat-lihat ke sekeliling. Berharap Joshua belum masuk ke peron atau kereta yang membawanya ke Zurich. Tapi harapan itu agak pupus saat Alex mendengar pemberitahuan kalau kereta menuju Zurich akan berangkat beberapa menit lagi.

Memang Alex yang terlalu banyak pikiran. Terlalu naif. Ia terkadang tidak bisa melihat kenyataan karena terkungkung dalam sarangnya sendiri, kekhawatirannya akan masa depan yang belum tentu terjadi. Tapi ia pun masih belum bisa menerima segalanya. Mengantar Joshua hari ini hanyalah sebuah langkah kecil yang bisa dilakukannya untuk mengakui bahwa ia sebenarnya juga menyukai Joshua. Sangat menyukainya dalam batasan tertentu.

Alex

Hati-hati di jalan.
See you next week.

Napas Alex terhela. Ia berniat untuk keluar dari stasiun saat sebuah tangan menahannya.

"Kau mau ke mana?"

"Joshua!? Kenapa kau--"

"Aku salah naik bus." Joshua memotong pembicaraannya.

Kalau waktu mereka banyak mungkin Alex akan tertawa, sehingga gadis itu mendorong Joshuan pelan. "Cepat! Keretanya akan berangkat sebentar lagi!"

"Oh ya?"

"Cepat!" Alex memekik tidak sabaran dan Joshua segera mengambil ponsel untuk memindai tiketnya pada sebuah mesin. Ia berjalan ke arah mesin itu, tapi sebelum melakukan pemindaian, ia kembali berjalan ke arah Alex.

"Josh! Apa--"

Cup.

"Terima kasih sudah mengantarku." Joshua berbisik di telinganya lalu berlari menuju mesin pemindai tiket.

Alex mematung. Ia memegang pipinya yang dicium Joshua beberapa detik yang lalu. Dilihatnya Joshua melambai lalu berlari memasuki peron menuju kereta yang sebentar lagi akan berangkat. Pria itu tersenyum lebar dan raganya hilang ditelan manusia yang berlalu-lalang di sekitar sana.

Jantung Alex rasanya seperti akan meloncat keluar dari tempatnya. Napasnya tersenggal dan Alex tidak tahu harus bagaimana menghadapi hari-harinya esok.

 Napasnya tersenggal dan Alex tidak tahu harus bagaimana menghadapi hari-harinya esok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang