4

4.2K 456 9
                                    

Kalau sudah masuk hari Senin, hidup Alex terasa lebih hectic. Meski sebenarnya tiada hari tanpa ke-hectic-an. Di pagi buta, gadis itu sudah bangun untuk mandi dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Ia sampai lupa kalau sekarang ia tidak tinggal sendiri. Saat memasak Nasi Goreng untuk sarapan, ia sempat berpikir membuatkan Joshua menu yang sama. Tapi urung, mengingat stok bahan makanannya makin berkurang--apalagi semalam Ramyeon-nya sudah berkurang satu. Ya, meski menyukai Joshua, Alex tidak bisa tidak irit. Bagaimana pun juga ia harus menggunakan otaknya untuk bertahan hidup.

Sebagai seorang mahasiswi magister di EHL atau kepanjangannya, École Hôtelière de Lausanne, Alex berusaha tampil prima dan memperhatikan grooming--sebagaimana dunia hospitality sangat memperhatikan aspek itu. Alex sebenarnya suka hal yang abstrak dan bebas, tapi kalau sudah berhubungan dengan kewajibannya sebagai Mahasiswi EHL dan pekerjaannya sebagai pramusaji di restoran bintang 5, Alex akan berubah menjadi sangat rapih dan necis. Ah, satu lagi, Alex suka kebebasan tapi tetap menerapkan banyak aturan dalam kehidupannya.

Sarapan Alex sudah jadi, ia segera menyantap dalam kurun waktu yang sangat cepat kemudian gadis itu bergegas pergi dengan tas selempang dan dua buku tebal berjudul 'Management of Accommodation' dan 'How to Start an Accommodation Business'. Dua buku yang sudah di-review-nya sebagai tugas minggu ini.

Belum ada 5 menit keluar dari apartemen. Alex kembali masuk. Ia melakukan sesuatu di dapur, mengambil sticky notes dari kamarnya dan menuliskan sesuatu di sana. Dengan agak ragu, Alex menempelkan sticky notes itu di atas meja makan kemudian bergegas pergi. Kali ini benar-benar pergi karena ia tidak ingin ketinggalan Metro yang akan membawanya ke Kampus dengan harga murah.

~~~

Joshua terbangun dengan segar. Ia sudah menghabiskan banyak waktu dengan tertidur setelah perjalanan panjang Seoul - Lausanne. Ia sempat mengalami Jet Lag sampai harus mengkonsumsi obat pereda sakit kepala semalam. Untung saja sekarang ia merasa sudah agak lebih baik. Sembari mengumpulkan nyawa, Joshua kembali me-review memorinya kemarin.

Alex!

Nama itu membuat kepalanya berdenyut. Ia menghela napas panjang, menyiapkan diri untuk bertemu dengan gadis itu. Dengan sedikit malas, ia membua pintu kamarnya.

Kosong melompong. Hanya suara cuitan burung yang terdengar dari sela-sela ventilasi balkon. Joshua terdiam beberapa saat, ia tampak was-was memperhatikan ke sekeliling. Ia bahkan memicingkan mata, melihat ke bawah pintu kamar Alex, memastikan apakah bayangan Alex ada atau tidak di sana.

Nihil.

Tubuh Joshua terasa lebih rileks. Ia ingat pernyataan Alex semalam. Gadis itu jarang berada di apartemen. Sebuah pernyataan yang membuat Joshua ingin sujud syukur. Setidaknya ia bisa bernapas bebas tanpa rasa takut dikuntit. Karena sudah santai, Joshua bersenandung ke dapur. Ia merasa haus luar biasa dan minum air keran sebanyak 3 gelas penuh.

Perut Joshua tidak lama berbunyi. Ia lapar. Mengingat ia belum membeli bahan makanan yang bisa ia stok selama beberapa minggu ke depan, Joshua mencoba mengecek ponsel, mencari restoran terdekat untuk menyantap sarapan. Ada banyak. Saat ia beringsut duduk di dekat meja makan, ekor matanya melihat sticky notes berwarna kuning tertempel dekat piring yang sudah di-wrap dengan rapih.

Di atas piring itu ada dua Sunny Side Up dan sepotong roti tawar. Joshua menelan ludah, makanan itu menggugah seleranya. Ia yakin Alex memasakkan sarapan itu untuknya. Dengan penuh harap, Joshua mencabut sticky notes kuning itu dan membaca tulisan tangan Alex yang agak berantakan.

Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang