Alex berbaring di atas kasur, memandang layar ponsel yang menampakkan ruang chatnya bersama Joshua di KakaoTalk. Baru beberapa menit yang lalu ia mengirimkan pesan kepada Joshua tentang keinginannya untuk pergi ke Korea Selatan pada Musim Dingin setelah menghitung kasar segala jadwal, uang, dan tetek-bengeknya (termasuk pengurusan Visa) selama beberapa hari ini. Pesan yang bahkan belum dibaca oleh Joshua, yang membuat Alex uring-uringan karena ekspetasinya berharap Joshua membalas pesannya dengan cepat tidak terwujud.
Jantung Alex bahkan berdegup kencang saat mengirimkan pesan itu, membayangkan betapa excited-nya Joshua mengetahui keinginannya tersebut--yang harus pupus karena Joshua belum kunjung membalasnya padahal ia sengaja terjaga sampai pukul 3 dini hari agar Joshua bisa membaca pesannya pagi-pagi di Korea sebelum beraktivitas.
Kekecewaan pun menyeruak di hati Alex sampai ia melempar ponselnya ke sisi kasur lalu berbaring menghadap jendela yang tertutup tirai. Lagi-lagi ia memikirkan kehidupan percintaannya yang terasa aneh bin ajaib sampai ia kembali ragu.
Apa benar aku berpacaran dengan Joshua Hong!?
Ini bukan mimpi, kan?
Atau aku sudah gila?
Tuhan...
Lalu ponsel Alex pun berdering. Pemikirannya tentang keraguan itu sirna tergantikan oleh layar ponsel yang menampilkan nama Joshua. Degup jantung Alex pun meningkat. Hal yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
"Halo! H-hai... Joshua?"
"Mon belle," sapa Joshua yang terdengar seperti menahan tawa, agak terkejut karena Alex terdengar sangat bersemangat menerima panggilannya, "kenapa belum tidur? Besok tidak bekerja?"
"Besok aku harus ke kampus untuk bertemu dosen. Tapi agak siangan jadi... don't worry."
"Glad to know that." Ucap Joshua yang merasa terhibur dengan info itu. Sangat terhibur karena jarang-jarang Alex bisa terjaga di malam hari untuk dirinya karena perempuan itu lebih sering tidur untuk memupuk energi sebelum bekerja rodi pada hari setelahnya.
Selama berpacaran jarak jauh dengan Alex, Joshua sebenarnya tidak mempermasalahkan kesibukan perempuan itu yang tidak pernah berubah bahkan sejak mereka bertemu pertama kali di Lausanne. Joshua sendiri juga sibuk dengan kegiatannya yang tidak ada istirahatnya sejak kembali dari Benua Eropa, comeback, pemotretan majalah, konser di dalam negeri dan luar negeri, variety show, dan banyak lagi. Tapi ia masih bisa menjaga diri, kesehatannya bahkan dipantau oleh seseorang dari agensi. Tidak seperti Alex yang membuatnya khawatir dari kejauhan.
Daripada takut Alex tidak memberinya kabar, Joshua lebih takut perempuan itu kenapa-kenapa.
"Yeah, so..."
Joshua tertawa kecil, teringat alasan panggilan teleponnya malam ini.
"Januari tahun depan. Aku tunggu." Kata Joshua tanpa ragu, menggetarkan hati Alex yang merasa wajahnya memanas sekarang. Rasanya sangat senang dan ingin melihat Joshua secara langsung, memeluk pria itu dengan erat.
Sayangnya Alex hanya bisa membenamkan wajah pada bantal. Menahan rasa rindu yang menggebu saat mendengar suara manis Joshua pada loudspeaker ponsel. Ia bahkan tidak bisa berbicara, membiarkan Joshua tertawa di seberang sana.
"I miss you, a lot." Kata Alex lirih, mengerucutkan bibir di depan layar ponsel yang gelap.
"Me too. Rencanamu bikin aku tidak sabar ingin cepat-cepat tahun depan."
"Maaf, ya, harus menunggu lama." Ujar Alex tidak enak hati, diam-diam menyalahkan diri yang dari kemarin tidak kepikiran ide cemerlang Ella--kesibukannya sudah terlalu mendarah daging sampai ia merasa tidak punya waktu kosong barang sedetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya tinggal satu apartemen dengan Hong Joshua?