Kalah telak karena ternyata Vernon tidak sepemberani yang diduga Alex adalah hal yang menyebalkan. Padahal hanya sebuah Tobbogan Run tapi pria itu berteriak kencang hampir sepanjang trek seluncuran itu. Ya, meski Alex pun pada awalnya berteriak seperti Vernon saat menaiki seluncuran yang sama. Sedangkan Joshua, seperti yang diduga Alex, tidak berteriak sama sekali saat menaiki Tobbogan Run. Malah pria itu asyik memotret pemandangan di sekitar trek.
"Kenapa wajahmu masam sekali, Alex?" Tanya Vernon sembari berkacak pinggang. Keduanya menunggu Joshua selesai mengitari trek seluncuran. Pria itu masih asyik memotret.
"Tidak apa-apa." Jawab Alex meski dalam hatinya ia mencak-mencak kepada Vernon. Coba saja pria itu tidak berteriak, mungkin ia akan menang telak.
"Serius?"
Alex menatap Vernon. "Apa aku tampak seperti orang yang kesal?"
Vernon mengangguk. "Apa kami membuatmu kesal?" Tanyanya kemudian.
Kepala Alex bergerak ke kanan dan ke kiri meski pertanyaan Vernon ada benarnya. Ia kesal karena kalah taruhan dengan Joshua. Ia kesal karena Vernon ternyata penakut. Tapi apa daya? Ia juga salah karena ikut taruhan.
Meski masih heran dengan wajah masam Alex, Vernon kembali bertanya. Ia penasaran sekali dengan hubungan Joshua dan Alex akhir-akhir ini.
"Kalian makin dekat." Kata Vernon tiba-tiba sembari menyikut Alex.
"Apa?"
"Kau dan Joshua."
Lidah Alex terasa kelu. Secara tidak sadar keduanya melihat ke arah Joshua yang sebentar lagi akan tiba di pemberhentian trek. Joshua sadar tatapan keduanya, ia sampai melambaikan tangan dan dibalas oleh Vernon dan Alex.
"Akhir-akhir ini kalian seperti makin dekat. Aku jadi penasaran, apakah perasaanmu baik-baik saja? Apa kau bisa menahannya di depan Joshua?" Tanya Vernon sedikit berbisik dan Alex bisa mendengarnya dengan jelas. Tiba-tiba jantungnya jadi berdegup kencang karena pertanyaan itu.
"I'm trying. Dan... aku sudah beritahu kepadanya soal diriku yang nge-fans lumayan berat kepadanya." Jawab Alex yang mencoba tenang. Vernon membelalakkan mata di sampingnya.
"Dia tahu? Dia tahu kalau kau sangat menyukainya?"
Alex mengangguk. "Aku sudah beritahu semuanya."
"Bagaimana reaksinya?"
"Seperti yang kau lihat, Vernon." Alex menghela napas. "Aku memang tidak berharap ia menjauh, tapi aku juga tidak berharap kami bisa sedekat ini."
Vernon menutup mulutnya. Ia tampak terkejut dengan pernyataan Alex tapi tidak bisa ia pungkiri bahwa Joshua memang tampak santai-santai saja. Tidak seperti waktu pertama kali bertemu Alex--Joshua mencak-mencak ketakutan sampai Vernon khawatir bukan main. Mungkin Joshua merasa Alex tidak seberbahaya sasaeng-sasaeng-nya.
"Kau kenapa, Vernon?" Joshua yang baru saja menaiki Tobbogan Run berlari kecil menghampiri keduanya. Ia heran melihat wajah Vernon yang kelihatan terkejut.
"A... ti-tidak apa-apa. Aku hanya terpukau melihat pemandangan dari atas sini." Kata Vernon mencoba mencari alasan yang tepat. Ia menyikut Alex yang akhirnya ikut membelalakkan mata melihat pemandangan Bern dari puncak Gurten.
"Woah! Apa karena musimnya sedang bagus, ya?" Alex bertanya retoris.
Joshua ikut memandang ke arah pandangan Alex dan Vernon. Ia mendapati pemandangan indah Kota Bern di siang hari yang sepoi-sepoi. "Kalau malam pasti lebih bagus, ya?" Tanyanya.
"Ya, sepertinya."
"Memangnya kau belum pernah mendapatkan pengalaman itu?" Tanya Vernon penasaran.
Alex menggaruk tengkuknya. "Tidak semua hal sudah ku rasakan, ya. Lagipula aku tidak pernah bermalam di Gurten. Selain mahal, hawanya juga terlalu dingin. Aku tidak kuat."
"Betul juga." Vernon terkekeh dan Joshua hanya bisa menandang kedua orang itu bergantian. Ia tidak punya bahan pembicaraan karena apa yang dikatakan Alex ada benarnya. Selain itu, entah mengapa ia merasa agak tidak suka melihat Alex dan Vernon bercengkrama bersama. Rasanya was-was dan Joshua tidak menyukainya.
~~~
Orang berlalu-lalang dengan langkah besar dan cepat di Stasiun Kereta Bern. Mereka tidak peduli dengan sekitar dan bergerak melangkahkan kaki menuju tujuan masing-masing. Di tengah langkah besar orang Eropa yang terkenal dengan keteraturan, Alex memandang dua orang di hadapannya dengan senyum tipis tersungging di wajah. Dua orang yang dulu hanya bisa dilihatnya di layar laptop, yang kini malah berdiri di hadapannya secara nyata.
"Aku pamit, ya." Ucap Alex sembari menengok ke jam dinding yang ada di salah satu sisi stasiun. Beberapa menit lagi keretanya akan tiba dan ia tidak ingin telat untuk pulang ke Lausanne.
"Terima kasih sudah menemani kami jalan, sekaligus menjadi pemandu selama seharian ini." Kata Joshua dengan senyum yang hampir membuat Alex pingsan. Senyum yang terlalu manis.
"Terima kasih juga sudah memberikanku liburan gratis." Seloroh Alex sembari memutar kedua bola matanya. Joshua tertawa, itu pujian sekaligus sindiran kepadanya.
"Hati-hati di jalan, Alex." Ujar Vernon sembari mengangkat tangan kanannya.
"Thanks." Kata Alex sembari ber-high five dengannya.
"Kalau sampai, hubungi aku, ya." Kata Joshua yang secara tidak sadar memegang lengan Alex erat. Dadanya sempat panas melihat kedua orang itu ber-high five. Perasaan janggal yang lagi-lagi tidak disukainya.
Alex melirik Vernon sekilas. Keduanya sadar akan sikap Joshua tapi berpura-pura tidak tahu. Dan karena Alex merasa udara di sekitarnya menipis, ia buru-buru memundurkan langkah hingga tangan Joshua lepas dari lengannya. "Aku segera pergi, ya! See you tomorrow night!" Serunya riang sembari melambaikan tangan.
Vernon dan Joshua balas melambai. Alex pun berlari kecil, mengikuti langkah besar orang-orang Eropa di sekitarnya kemudian hilang dibalik keramaian memasuki peron yang akan membawanya ke kereta menuju Lausanne.
Begitu raga Alex menghilang dari pandangan, Joshua merasa perutnya disikut oleh Vernon.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Apa-apaan skinship itu! Kau bisa membuatnya gila, Kak."
"Kau sendiri ngapain high five high five segala?" Joshua mendelik tapi Vernon balas menatapnya dengan tajam. "Lalu aku harus bagaimana? Memeluknya?"
"Jangan!"
"Bilang saja kalau kau cemburu."
"Tidak!"
Vernon menyeringai. Joshua yang biasanya memiliki perangai yang tenang agak gelagapan sekarang. Pria itu menyikut Joshua lagi. "Bilang saja, Kak. Aku tidak masalah."
"Ku bilang tidak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Hong is My Roomate! [Complete]
FanfictionBagaimana rasanya tinggal satu apartemen dengan Hong Joshua?