49

2.4K 290 38
                                    

"Josh."

Alex memanggil, keduanya bergandengan tangan berjalan di trotoar. Salah satu tangan Joshua juga memegang stang sepeda, mendorongnya perlahan sekalian membiarkan waktu mereka lebih lama di jalan. Ia melihat Alex yang baru saja memanggilnya itu dengan penasaran. "Hm?"

"I know this might sounds... weird? Ah... I don't know what to mention but... what are we actually?"

Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Alex. Setelah berusaha menahannya berhari-hari, ia akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan pertanyaan berbahaya itu. Dadanya berdesir, ia membuang muka ke arah lain dan memasang telinga baik-baik. Tentu saja Alex berharap lebih, tapi pikirannya selalu menciptakan adegan buruk agar ia tidak terlalu sedih kalau jawaban Joshua mengecewakan.

"Kau maunya bagaimana?"

Hilang sudah rasa takut untuk memandang Joshua. Alex berbalik, dahinya mengkerut. "Apa?"

"Iya." Kata Joshua. "Kau maunya bagaimana?"

"A-aku...." Alex merasa lidahnya kelu. Dengan kikuk ia menggaruk leher menggunakan tangannya yang bebas. "I actually cannot give my own kisses to anyone freely."

"Tentu saja. Itu memang tidak boleh." Timpal Joshua.

"You steal my kisses."

"Tidak."

"You were."

"Tapi kita saling suka." Kata Joshua agak melotot. Alex jadi kesal. Ia mendengus lalu menarik tangannya agar bisa berjalan lebih cepat. Alex tidak tahu apa yang Joshua pikirkan. Memang betul mereka saling suka, tapi apakah berciuman tanpa status adalah hal yang lumrah?

Kan, tidak mungkin Alex mencium siapa pun yang ia suka secara bebas. Begitu pula Joshua.

"Alex! Iyaa... aku paham." Joshua berlari kecil menghampirinya. Pria itu agak kewalahan karena sepeda Alex masih harus didorongnya.

"Paham apanya?" Tanya Alex kesal sembari melipat kedua tangan di dada. Ia menatap Joshua tajam sembari menghentikan langkah.

"Kau mau kita berpacaran, kan?"

Alex memutar kedua bola matanya. Joshua benar tapi cara penyampaiannya sangat menyebalkan. Ia lalu kembali berjalan dengan langkah besar. Tidak peduli dengan sahutan Joshua yang kewalahan di belakangnya. Apa yang keluar dari mulut Joshua melukai hatinya. Pernyataannya seakan menafsirkan bahwa Alex sangat ingin status itu--meski pada dasarnya juga benar--tapi yang diinginkan Alex adalah Joshua juga mengakui kalau ia sangat menginginkannya sebagai pacar.

Perempuan memang sekompleks itu.

"Alex!" Joshua memanggilnya. Pria itu terengah-engah menuntun sepeda.

"Biar aku yang bawa." Kata Alex hampir menyingkirkan tangan Joshua dari stang sepeda tapi pria itu malah menggenggam tangannya di sana.

"Kau mau jadi pacarku, kan?"

Wajah Joshua penuh peluh. Ia masih agak terengah-engah dan raut wajahnya sangat tidak tenang. Alex jadi iba dan baru menyadari satu fakta kalau ia baru saja membuat idolanya kewalahan. Tapi apakah Joshua masih cocok disebutnya sebagai idolanya? Biasnya?

"Uhm? Kau mau, kan?"

Napas Alex terhela. "I won't let us sleep together, Josh, if I won't say Yes."

Joshua tersenyum lebar. Ia mengacak puncak kepala Alex gemas. "I know it."

"Josh, kau polos atau bagaimana, sih? Mana mungkin aku menolak. Aku hanya ingin memperjelas hubungan ini saja." Keluh Alex meski sekarang hatinya mengembang, ia senang bukan main dan tetap berusaha menjaga image untuk tidak berteriak.

Joshua Hong is My Roomate! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang