Vernon tertawa terbahak-bahak bersama Jeonghan yang melakukan Video Call-an bersama Joshua di kamarnya. Ia bercerita perihal Alex yang sangat senang saat ia mencetuskan ide (yang hanya kelakar sebenarnya) untuk belajar Bahasa Perancis. Di video itu Joshua bisa melihat kawasan asrama mereka yang terang benderang karena lampu, sedangkan ia berada di kamar dengan cahaya mentari di sore hari. Maklum, Korea dan Swiss berbeda 7 jam. Di sana sudah pukul 11 malam.
"Lihat, ia bahkan membelikanku buku panduan dasar Bahasa Perancis." Kata Joshua sembari memperlihatkan buku yang tadi dibelikan Alex di toko buku yang mereka kunjungi di Rue Centrale.
"Woah! Kau harus belajar, Kak! Tidak enak kalau ia sudah membelikanmu buku." Sahut Vernon dengan kedua mata terbelalak.
"Sampai seniat itu." Kata Jeonghan sembari memggelengkan kepala.
"Kan!? Aku padahal hanya bercanda."
"Dia orangnya sangat serius, ya? Pasti tipe-tipe Manager-nim yang selalu menganggap serius kata-kata kita." Ujar Jeonghan disusul tawa Vernon.
"Ah! Betul! Aku ingat pernah bilang mau Belajar Bahasa asing, manager-nim langsung banyak tanya, 'mau bahasa apa?' 'Mau les bahasa di mana?' Padahal aku hanya bercanda." Vernon bercerita membuat Joshua dan Jeonghan tertawa mengingat sifat salah satu manager mereka.
"Sepertinya begitu. Bayangkan! Aku hampir tidak pernah melihatnya istirahat! Kerjaannya hanya ke kampus dan tempat kerja, begitu saja diulang-ulang hampir seminggu ini."
"Apa ia tidak lelah?" Tanya Jeonghan retoris. Joshua mengedikkan bahu.
"Tapi... bukannya bagus? Ia kan, penggemarmu, jadi kau tidak perlu khawatir soal privasimu di apartemen, Kak." Kata Vernon yang langsung disetujui Joshua.
"Ei... itu bisa jadi alibi juga. Jangan sampai ketika kau tidur, diam-diam ia ke kamarmu?"
"Kamarku selalu ku kunci." Kata Joshua mengelak Jeonghan yang mulai jahil menggodanya.
"Memangnya kau tahu di kamarmu aman atau tidak? Jangan sampai ada kamera tersembunyi di sana!"
"Jeonghan, jangan menakutiku!"
"Kau tidak tahu, kan? Aku hanya mewanti-wantimu saja Hong Joshua!"
"Jangan begitu, dong!"
"Tapi... Kak Jeonghan ada benarnya juga, sih, Kak."
"Vernon!"
~~~
Pikiran Joshua tidak tenang. Akibat Jeonghan ia jadi sibuk di kamar, memastikan seluruh perabot dan sudut kamarnya bersih dari kamera tersembunyi. Selama satu jam ia mengobrak-abrik kamar itu dan syukurnya kecurigaan Jeonghan tidak terbukti. Sudah jelas kalau Jeonghan hanya menggodanya saja. Sahabatnya itu memang sangat evil dan ia yakin Jeonghan kini sedang tertawa bersama Vernon membayangkan dirinya yang sibuk mencari kamera tersembunyi di kamarnya.
Dengan loyo Joshua keluar kamar. Ia tiba-tiba lapar padahal sebelum pulang ke apartemen, Alex sudah mengajaknya makan di sebuah restoran humburger yang cukup terkenal di Lausanne, Inglewood. Restoran yang menyajikan berbagai macam menu Burger dan Cheesecake. Tempat yang sepertinya akan didatanginya lagi di lain waktu.
"Oh... hei, Joshua." Sapa Alex yang tengah memasak di dapur. Jarang sekali ia melihat Alex memasak, biasanya gadis itu memasak di pagi hari saat ia masih tertidur.
"Kau lapar juga?"
"Aku, kan, tadi hanya makan Cheesecake." Alex mengerucutkan bibir, agak sangsi mendengar pertanyaan Joshua yang seakan menuduhnya sebagai orang yang selalu lapar.
"Oh, iya. Aku lupa. Tumben... kau mau masak apa?" Tanya Joshua kemudian menghampiri Alex yang sibuk memotong bawang bombay.
"Super-easy-Pasta. Kau mau?"
"Tentu saja! Ada yang bisa ku bantu? Kau tahu, kan, aku juga suka memasak?" Tanya Joshua retoris, ia sudah siap membantu Alex dengan mengenakan apron dan mencuci tangannya.
Alex terperangah. Ia tahu benar fakta itu, tapi disebutkan langsung oleh Joshua membuatnya ingin menampar dirinya sendiri. Joshua seperti sengaja menyindirnya dan itu memalukan.
"Hmm... tolong cincang Capers, Bawang Putih dan Parsley. Nanti aku akan rebus Pastanya." Pinta Alex menahan dirinya untuk tidak merasa malu. Joshua segera bergerak dengan cekatan, kemampuannya menggunakan alat masak ternyata sangat mumpuni.
Seperti kemampuan teman-temannya di kampus, Joshua sudah terlihat seperti mahasiswa EHL yang tengah menempuh kuliah perhotelan. Ya, meski hanya mencincang saja.
"Setelah ini... ngapain?"
"Kau bisa panggang roti di microwave?"
"Panggang!?" Joshua terkejut, pasalnya Alex bilang mereka hanya akan membuat easy dish, tapi mengapa harus sampai memanggang roti segala!?
"Bukan memanggang roti dari awal." Alex menahan tawa. "Roti tawar ini dipotong kecil-kecil, terus panggang sebentar di microwave."
"A... ah... oke." Ucap Joshua menahan malu. Tanpa banyak tanya ia segera memotong roti tawar menjadi seukuran dadu kemudian mengambil baking pan dan menyebarkan potongan roti di atas benda itu. Tidak lupa ia menuangkan sedikit minyak di atas roti agar tidak gosong saat dipanggang.
"Nama menu makan malam kita apa? Pasta with toast and capers?" Tanya Joshua sembari menunggu roti matang.
Alex yang tengah mengaduk kuning telur mengerjapkan mata beberapa kali. Ia menatap Joshua tidak percaya. "A-apa?"
"Nama menu ini? Pasta with what?"
"Hm... whatever you wanted to called it. Untukku ini hanya pasta tanpa nama." Kata Alex yang hatinya sempat melambung karena Joshua menyebut 'makan malam kita' yang entah mengapa terdengar menyenangkan di telinganya.
"Bagaimana kalau Pasta Toast and Capers a la AlexShua?"
"EEE??"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.