BAB 3 - Fraeclarus

1.5K 311 50
                                    

"Eh Bunga!" panggil seseorang dari belakang ketika Bunga tengah berjalan di koridor sekolah.

Bunga menoleh dan melihat Sandra dan kedua temannya tengah berdiri di sana. "Sandra," balas Bunga dengan menatap gadis itu.

Sandra melangkahkan kakinya hingga berdiri tepan di depan Bunga, gadis itu tersenyum pada Bunga. "Selamat ya, akhirnya lo jadian sama Rangga. Gua gak suka sama hal itu, jadi lo tunggu aja hubungan lo sama Rangga akan hancur," ucap Sandra dengan tersenyum sinis.

"Kok lo ngomongnya gitu sih san?" tanya Bunga.

"Karna gue gak suka sama hubungan lo berdua. Gue cinta sama Rangga, dan gue akan rebut dia dari lo," jawab Sandra dengan menunjuk Bunga.

Sandra pun melangkahkan kakinya dan menyenggol bahu Bunga hingga gadis itu sedikit terdorong ke belakang.

Kedua temannya pun melakukan hal yang sama kepada Bunga. Bunga menatap kepergian mereka bertiga dengan tatapan yang juga tidak suka.

Bunga harus lebih waspada dengan Sandra dan kedua temanya. Dia tidak bisa terus terusan di ancam seperti ini. Apa lagi Sandra akan merebut Rangga dari dirinya.

"Bunga lo nggak papa kan?" tanya Salma yang baru saja datang menghampiri Bunga.

Bunga menggeleng cepat. Salma telah mendengar sekaligus melihat sendiri ucapan dari Sandra. Bunga terlihat diam dan memikirkanya. "Bunga, lo gak perlu takut sama ancaman Sandra tadi. Dia bilang akan rebut Rangga dari lo, tapi lo tau sendiri kan kalau Rangga gak suka sama Sandra," ucap Salma dan Bunga tersenyum.

"Iya sih, gue juga punya lo yang akan dukung gue sama Rangga," balas Bunga dengan tersenyum.

Salma membalas senyuman dari Bunga. Dia merangkul sahabatnya itu. "Yaudah yuk ke kelas, gue mau pinjem buku fisika lo hehehe," ucap Salma dengan menyengir.

Bunga tau, Salma pasti akan mencontek jawaban milik Bunga. Sudah biasa, dan Bunga sudah sangat hafal dengan sikap Salma karena sudah tiga bulan mereka bersahabat.

Setelah sampai di kelas. Salma langsung meminta buku Bunga. Bunga pun memberikannya dengan senang hati. "Thank you Bunga," ucap Salma dengan tersenyum. "Iya," balas Bunga.

Salma pun duduk di kursinya yang ada di sebelah meja Bunga. Salma langsung menulis dengan cepat jawaban Bunga di bukunya sebelum Pak Narto datang.

"Ih Salma udah duluan aja nyonteknya," ucap Via yang baru saja datang. "Iya dong. Salma gitu loh," balas Salma.

Bunga yang mendengarnya hanya tersenyum saja. "Bunga, gue juga boleh nyalin jawaban lo ya, plisss. Cuma nomor dua sampe lima belas kok," ucap Via dengan memohon pada Bunga.

"Eh vi, masa cuma kok dari awal sampe akhir. Namanya cuma itu dari nomor sepuluh sampe lima belas," sahut Salma dengan menulis tanpa menoleh pada mereka berdua.

"Emang lo udah buat nomor satu?" tanya Via pada Salma karena tak terima dengan ucapan Salma. "Ya elah gitu aja di tanya. Ya belum lah," jawab Salma dengan menyengir.

Bunga tertawa kecil mendengar ucapan mereka berdua. "Udah vi, salin aja nggak papa kok," ucap Bunga dengan tersenyum.

"Makasih ya Bunga," balas Via dan menarik kursinya untuk menyalin di meja Salma. Mereka berdua adalah sahabat Bunga, namun sering sekali bertengkar.

Bunga yang tak ada kegiatan pun memilih bermain dengan ponselnya. Dia membuka aplikasi instagramnya dan melihat lihat postingan publik hari ini.

Tringgg...

Tak lama bel sekolah berbunyi, Salma dan Via belum selesai menyalin jawaban Bunga. "Eh gimana nih, gue masih nomor delapan lagi," ucap Salma dengan panik.

Fraeclarus [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang