BAB 8 - Fraeclarus

545 207 7
                                    

Amel berjalan di koridor rumah sakit dengan sangat senang, dia membawa makan siang untuk Gavin yang ia masak sendiri.

Tanganya membuka kenop pintu ruangan Gavin dengan pelan supaya tidak mengganggu Gavin. "Sayang aku baw-" ucap Amel terpotong karena tak ada Gavin di dalam, bahkan mejanya juga kosong.

"Gavin!" panggil Amel dan mencari Gavin di ruanganya, Amel takut Gavin bersembunyi namun ternyata tidak, Gavin benar benar tidak ada.

Amel pun keluar dari ruangan Gavin dan langsung berdiri di depan meja resepsionis rumah sakit untuk menanyakan Gavin.

"Pak Gavin kemana ya? Kenapa gak ada di ruanganya?" Tanya Amel pada suster yang berjaga.

"Maaf mbak Amel, Pak Gavin tidak masuk hari ini" jawab suster itu. "Apa?!! Gak masuk?" tanya Amel memastikan kembali dan suster itu mengangguk.

Amel menggigit ujung jarinya dan melihat rantang yang ia bawa sekarang, tak ada gunanya siang ini. Padahal gadis itu sudah memasak dengan susah payah hanya untuk Gavin, namun laki laki itu tidak masuk.

Gadis itu punya ide yang bagus, dia meletakan rantang yang ia bawa di atas bangku panjang di koridor dan mengambil ponselnya dari tasnya.

Amel menelfon Gavin, namun dia tak kunjung mengangkatnya. "Gavin angkat dong" ucap Amel pada dirinya sendiri dan mencobanya lagi.

"Lah kok malah sibuk sih, lagi telfonan sama siapa dia?" Tanya Amel pada dirinya sendiri ketika mendengar operator mengatakan nomor Gavin sedang berada di panggilan lain.

"Ih masa gue harus ke rumahnya, males banget ketemu sama tante Yola" lanjutnya dengan memanyungkan bibirnya.

Dia pun mengambil rantangnya kembali dan berjalan keluar dari rumah sakit. Amel akan pergi ke rumah Gavin setelah ini. Amel tau pasti Gavin berada di rumah, Gavin tak suka bepergian keluar rumah selain urusan pekerjaannya.

•••

"Oh jadi Bunga tau kalau papanya bohongin dia gitu?" tanya Via pada Rangga setelah menceritakan semuanya.

Mereka berhak tau apa masalah yang sedang di hadapi oleh Bunga. Cepat atau lambat pasti mereka akan tau setelah ia dan Bunga menyembunyikannya rapat rapat.

"Iya" jawab Rangga.

"Wajar aja kan kalau Bunga kecewa. Emang siaa yang mau di bohongin iya gak?" Ucap Wira.

Wira sangat benar, tak ada orang yang mau di bohongi. Pasti mereka akan sangat kecewa. "Ya iya lah Wira. Gue juga gak mau kalau lo bohongin gue" ucap Via dengan tersenyum.

"Ke-pd an lo vi. Wira itu sukanya sama Salma bukan sama lo, siap siap aja sakit hati" balas Bayu dan membuat semuanya terdiam.

Terbongakar sudah perasaan Wira kepada Salma di depan orangnya langsung. "Salma, lo harus tau kalau Wira ini penganggum berat lo. Di kamarnya itu banyak banget foto foto lo yang cantik cantik tau gak" lanjutnya membuat Wira ingin membunuh Bayu hingga laki laki itu tak berbicara lagi.

"Sal... Aduhhh" Rintih Bayu kesakitan ketika Wira menginjak kakinya supaya tak mengeluarkan sepatah kata lagi.

"Bay lo kenapa?" Tanya Salma ketika melihat Bayu kesakitan. "Nggak tau nih, kayaknya ada yang ngelempar batu ke kaki gue deh sal" jawab Bayu dengan serius membuat semua tertawa.

"Mana ada batu di dalam kantin oon!" Sahut Romy dengan tertawa.

Lagi pula Bayu sangat bodoh mengatakn hal itu. Dia bisa mengatakan kalimat lain selain batu. Tak mungkin bisa pula orang melemparkan batu ke kakinya karena kakinya tertutup meja yang di kelilingi oleh empat siswa laki laki dan dua siswi perempuan.

Fraeclarus [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang