BAB 18 - Fraeclarus

394 121 3
                                    

HAPPY READING

***

Seperti ucapan Fendi kemarin bahwa jika keadaan Bunga hari ini membaik maka dia di perbolehkan untuk pulang.

Dan baru saja dokter memeriksanya, keadaannya sudah semakin membaik. Hanya butuh istirahat dan minum obat teratur saja. Dan kini Bunga sudah diijinkan untuk pulang.

"Bisa sayang?" Tanya Bunga ketika ingin mandiri berpindah ke kursi roda.

Kaki Bunga masih sakit untuk berjalan karena saat itu kakinya terbentur sesuatu ketika dia tenggelam. Dan alhasil kakinya sakit untuk berjalan dan ada luka yang lumayan besar. "Bisa kok pa" jawab Bunga dan berhasil duduk di kursi roda.

Fendi tersenyum karena Bunga adalah gadis yang mempunyai sifat pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Disaat kondisinya yang seperti ini, dia tak mau merepotkan siapa siapa, dia ingin semuanya mandiri namun kondisinya tak mendukung sekali. Hanya beberapa saja yang bisa Bunga lakukan sendirian.

"Jono, tolong barang barang nya bawain ke mobil ya" ucap Fendi pada Jono, supirnya.

"Baik tuan" balas Jono dan membawa dua tas besar berisikan pakaian Bunga dan Fendi selama menginap di rumah sakit.

Fendi mendorong kursi roda Bunga keluar dari kamar inapnya. Saat ini mereka berdua akan langsung pergi ke makam Mentari.

Fendi membantu Bunga masuk ke dalam mobilnya dan melipat kursi roda untuk di masukan kedalam bagasi mobil.

"Makasih pa" ucap Bunga dan Fendi mengangguk.

Fendi masuk ke dalam mobilnya dan melajukan nya pergi dari rumah sakit. Fendi membawa mobil sendiri, sedangkan Jono membawa mobil Fendi yang lain untuk membawa barang barang Bunga langsung ke rumahnya.

Bunga sangat bahagia, hari ini dia bisa menengok makam mamanya. Mungkin dia tidak akan bisa bertemu dengan mamanya lagi untuk selamanya di dunia.

Tak lama mobil Fendi berhenti di depan pemakaman umum. Fendi turun dan mengambil kursi roda Bunga di bagasi dan membantu Bunga untuk duduk.

"Bunga seneng banget pa, akhirnya Bunga bisa jenguk makam mama untuk pertama kalinya" ucap Bunga dengan tersenyum dan menangis.

Bahagia dan rasa sedihnya bercampur menjadi satu saat ini. "Kamu yang kuat ya sayang. Papa yakin kamu bisa" balas Fendi supaya Bunga tak menangis lagi.

Fendi pernah meminta kepada Bunga supaya dia terus tersenyum dan bahagia. Fendi tak kan membiarkan air mata Bunga terbuang sia sia jika tidak di perlukan.

Namun saat ini, air matanya adalah air mata bahagia. Fendi mendorong kursi roda Bunga hingga sampai dalam saja. Sedangkan untuk menuju makam Mentari, Bunga harus berjalan dengan dibantu Fendi.

"Papa bantu ya" ucap Fendi dan Bunga mengangguk.

Bunga berjalan dengan kaki pincang karena masih sangat sakit. Bahkan saat telapak kakinya menginjak tanah, rasanya sangat sakit .

Entah kenapa bisa seperti itu. Bunga tidak lumpuh atau patah tulang namun kakinya membentur benda yang sangat keras saat dia tenggelam hingga menyebabkan kakinya seperti itu.

Kata dokter itu hanya sementara saja. Jika Bunga terus meminum obatnya dan berusaha untuk berjalan kembali maka rasa sakit itu bisa terkalahkan dengan semangat Bunga.

Mereka melewati beberapa gundukan tanah hingga Fendi berhenti di depan satu gundukan tanah dengan rumput hijau dan batu nisan bertuliskan Mentari Ayuningsih.

Fraeclarus [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang