BAB 11 - Fraeclarus

452 172 4
                                    

Malam telah tiba, tak terasa tinggal beberapa menit lagi hari akan segera berganti. Hembusan angin menerpa wajah Rangga di tepi pantai itu.

Sejak tadi pagi di masih berada di pantai untuk mencari keberadaan kekasihnya itu. Bahkan dia tidak ikut rombongan untuk pulang.

Rangga lebih memilih duduk di atas pasir menunggu kabar tentang perkembangan pencarian Bunga dari tim SAR.

"Ga, makan dulu lah. Dari tadi siang lo belum makan apa apa" ucap Wira ketika menghampiri Rangga.

Wira, Tomy dan Bayu memilih menemani Rangga di sini. Mereka mendirikan empat tenda di sana. Mungkin mereka akan tinggal di tenda sampai Rangga mau ikut pulang.

"Gue gak nafsu makan. Gue gak mungkin makan di saat Bunga belum ada kabar" balas Rangga dengan menatap ombak di depannya.

Rangga sangat berharap Bunga selamat, dan ombak membawanya menepi dan mempertemukannya dengan dirinya.

Gue tau perasaan lo ga. Lo pasti sedih dan hancur banget lihat Bunga tenggelam di depan mata lo sendiri. Ucap Wira dalam hatinya.

"Gue gagal ra, Gue gagal jadi pelindung Bunga. Gue udah ingkari janji gue sama dia" ucap Rangga pada Wira.

Tatapan Rangga masih kosong, laki laki itu duduk di sana sudah berjam jam dengan tatapan kosong. Sesekali ia memanggil nama Bunga dan bercerita kepada dirinya sendiri.

•••

"Gavin sih pengen ikut Om Fendi ke sana. Tapi Gavin juga punya kerjaan yang gak bisa Gavin tinggalin di rumah sakit" ucap Gavin pada Fendi, teman papanya.

Fendi hanya mengangguk pelan. Malam ini mereka bertemu kembali, setelah siang tadi. Mereka sangat akrab layaknya seorang ayah dengan putranya.

"Lain kali saja jika kamu bisa. Kamu harus lihat hotel yang om bangun di sana" balas Fendi dengan menepuk pundak Gavin.

"Iya om" ucap Gavin dengan tersenyum.

Baru saja Gavin pulang dari rumah sakit, dan di jalan ia bertemu dengan Fendi. Karena ada waktu luang akhirnya mereka melanjutkan obrolan tadi siang yang sempat tertunda karena Fendi harus meeting.

Gavin meminum minumannya dengan memikirkan topik apa lagi yang akan ia bahas dengan Fendi. "Gavin, papa kamu kapan pulang? Om udah lama banget gak ketemu sama papa kamu" Tanya Fendi.

"Gavin sendiri gak tau om. Kalau Gavin telfon pasti bilangnya gak lama lagi, tapi sampai sekarang belum pulang juga. Bahkan rencana Gavin mau nyusul papa ke Singapura tapi ya belum ada waktu yang pas aja" jawab Gavin.

"Kalau kakek kamu apa kabar?" Tanya Fendi.

Gavin tersenyum dengan menunduk. "Begitulah om, udah sakit sakitan. Tubuhnya sudah di makan usia jadi gak kayak dulu lagi" jawab Gavin dan Fendi mengangguk.

Fendi mengenal Amdan sebagai dokter yang sangat baik. Bahkan dia telah mengobati ayahnya sendiri dari penyakit kanker hatinya. Dan akhirnya beliau meninggal karena termakan usia.

"Om sendiri punya istri kan? Sepertinya Gavin belum pernah bertemu dengan istri om" Tanya Gavin.

Fendi mengangguk pelan dengan tersenyum. Dia berusaha kuat ketika mendengar pertanyaan tentang almarhumah istrinya itu. "Kamu tidak akan bisa bertemu dengan istri saya. Dia sudah tiada sejak dua dua tahun yang lalu karena kanker darah yang ia derita. Gavin, sepertinya orang orang yang saya sayangi harus mengidap penyakit keras seperti kanker itu. Pertama ayah saya dan kedua istri saya" jawan Fendi.

"Om, Gavin minta maaf. Gavin gak bermaksud mengingatkan itu pada om lagi" ucap Gavin kerena melihat Fendi sangat berat mengatakan hal itu.

Gavin tau bagaimana hancurnya Fendi ketika istrinya tiada. Gavin bisa melihatnya karena ia sering menyaksikan sendiri keluarga pasiennya yang tidak tertolong menangis karena belum bisa terima kenyataannya.

"Iya nggak papa Gavin, om sedih karena belum bisa menemukan amanah dari istri om" balas Fendi. "Apa itu om?" Tanya Fendi.

"Istri om minta sebelum ia tiada, supaya om menemukan putrinya dan memastikan kalau dia bahagia. Namun sampai sekarang om belum menemukannya, bahkan om sudah menyuruh beberapa anak buah om buat ikut mencari juga, namun tetap belum ketemu" jawab Fendi.

Beberapa jam setelahnya, hari telah berganti. Dan matahari pun mulai terbit dari tempat persembunyiannya beberapa jam yang lalu, menyinari seluruh dunia.

Di tepi pantai sana, Rangga masih diam menatap ombak yang tak membawa apa apa sejak tadi malam. Laki laki itu tak tidur sama sekali, tidak makan dan tidak minum juga.

Bunga, kamu di mana sih sayang? Kamu baik baik aja kan, maafin aku bunga. Maaf aku nggak jaga kamu baik baik. Ucap Rangga dalam hatinya.

Wira yang baru keluar dari tendanya langsung melihat Rangga yang masih duduk diam di tempatnya. "Tuh anak gak tidur semalem?" Tanya Wira pada dirinya sendiri dan berjalan menghampiri Rangga.

"Ga udah ga, gue yakin Bunga nggak kenapa napa. Pasti sebentar lagi tim SAR akan menemukan Bunga" ucap Wira dengan merangkul sahabatnya itu.

"Sampai kapan gue nunggu kabar dari tim SAR, sampai kapan?. Kayaknya gue harus ikut turun untuk mencari Bunga, gue gak bisa diem di sini sedangkan keadaan Bunga sekarang belum ditemukan" balas Rangga.

Wira hanya mengangguk saja. Dia akan membiarkan Rangga untuk ikut mencari Bunga. Lagi pula Wira tidak bisa melarang Rangga karena perbuatan Rangga tidak salah.

"Nanti gue temenin lo buat ikut cari Bunga ga" ucap Wira dengan tersenyum.

Rangga pun menoleh ke arah Wira dan tersenyum balik. "Thanks ra" balas Rangga, Wira mengangguk membalasnya. Dia akan ikut mencari Bunga karena dia juga khawatir pada Rangga, Wira takut nanti Rangga kenapa napa.

"Rangga!!!" Panggil seseorang dari belakang.

Rangga menoleh dan melihat seorang pria dengan wanita tengah berjalan ke arahnya. "Om" balas Rangga dengan mencium telapak tangannya.

Dia adalah Tomy, Tomy datang ke sana. Seharusnya kemarin ia datang, namun saat di perjalanan ia di telfon untuk hadir di rapat kantor. Jadi baru sekarang ia bisa datang.

"Rangga, di mana Bunga?" Tanya Tomy dengan khawatir.

Rangga hanya menunduk, susah sekali untuk mengatakan bahwa Bunga belum juga di temukan. "Rangga jawab pertanyaan om. Di mana Bunga? Dia baik baik aja kan?" Tanya Tomy.

"Bunga" Jawab Rangga. "Bunga belum ditemukan om" lanjutnya membuat Tomy sangat khawatir pada putrinya itu.

Ningrum hanya bisa mendampingi Tomy saja. Biarkan Tomy yang bertanya semuanya pada Rangga. "Rangga, selama beberapa hari ini Bunga tinggal di mana? Dia gak pulang ke rumah setelah kejadian di mall itu." Tanya Tomy.

"Bunga tinggal di rumah om nya. Om Wawan dan Tante Lita" jawab Rangga dan Tomy sedikit lega. Setidaknya dia sempat baik baik saja, namun sekarang dia sedang tidak baik baik saja. 

•••

Jangan Lupa Vote dan Comment
Original by Dila Nur Hikmah
Kamis, 23 July 2020

Jangan Lupa Vote dan CommentOriginal by Dila Nur Hikmah Kamis, 23 July 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No Copy!!!
PLAGIAT harap Minggat!!!


Fraeclarus [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang