Bab 1: Reuni

15.2K 804 15
                                    

"Aku suka kamu, Jeonghan."

Alis Jeonghan terangkat tinggi mendengar ucapan itu. Dia baru saja menerima pengakuan suka dari seorang pria yang kini berdiri gugup menghadapnya. Merasa syok, kedua bola matanya bergerak naik-turun, menelanjangi lelaki itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Apa? Kau gila?" itulah ucapan pertama yang Jeonghan lontarkan sebagai reaksi.

Lawan bicaranya semakin menunduk malu. Wajahnya menampakkan semburat merah yang pekat. Melihat reaksi itu, Jeonghan mulai tertawa terbahak-bahak, seolah baru saja menyaksikan sebuah lelucon yang sangat lucu. Masih dengan iringan tawa yang belum sepenuhnya reda, dia mengajukan pertanyaan lain, "Kau suka aku?"

Sang pengagum hanya mampu memandang lantai, menjadi pengecut yang tak bernyali untuk menatap wajah rupawan bak malaikat di depannya. Seperti sengaja menambah rasa grogi pria itu, Jeonghan berjalan mendekat. "Kau tertarik padaku? Kenapa? Karena aku begitu tampan?"

Lagi-lagi pemuda itu tidak menjawab. Bagaimana bisa dia menjawab, jika hampir tiada lagi jarak di antara mereka? Jeonghan bahkan mulai menyentuh wajah pemuda itu dengan jemari lentiknya, merambatkan kehangatan yang membuat sekujur tubuhnya bergidik.

Namun pria itu lupa, bahwa kenyataan tidaklah selalu semanis mimpi, ketika asa di dalam dirinya tandas karena tangan hangat itu menampar pipinya. Seperti mengempaskannya dari langit berbintang ke alas bumi yang berduri.

"Jangan mimpi. Menjijikkan," bisikan ketus itu mengendap di pendengarannya.

Tanpa setitikpun perasaan bersalah, Jeonghan beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Sama sekali tidak sudi memikirkan betapa sakit hati pria yang ditolaknya mentah-mentah.

Saat itu Yoon Jeonghan tidak sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan besar. Kesalahan yang membawa petaka bagi hidupnya di masa depan. Karena setelah kejadian itu, sinar mata sang pengagum mulai memancarkan kegelapan...

-
-
-

10 tahun kemudian

Suasana ruangan terasa mencekam. Ekspresi pucat pasi menghias wajah tiap insan yang hadir di sana. Seorang pria berwajah tampan mendesis geram. Dengan kasar, dibanting kertas yang dipegangnya ke atas meja.

"SELALU!" serunya emosi, "SELALU GAGAL!"

Semua orang yang hadir di sana menunduk takut. Tak berani menatap wajah atasan mereka yang kini menjelma seperti iblis.

"Kenapa kita selalu gagal memenangkan tender jika bersaing dengan mereka? Apa bedanya kita dan mereka?!" bahu dan bibir tipisnya bergerak naik-turun, pertanda dirinya mulai kehilangan kesabaran.

"T-tuan, masalahnya...persiapan mereka sudah sangat matang, dan semua orang mengakui kalau proposal penawaran mereka memang sangat menarik," jawab seorang pria paruh baya yang duduk di dekatnya.

"Lalu? Itu sama saja mengatakan kalau kalian tidak punya otak!" bentaknya. "Anda sudah berapa lama bekerja di perusahaan ini?!"

Tidak ada lagi yang berani menyela ataupun membela diri. Lelaki itu menghempaskan tubuhnya pada kursi dan mengerang frustasi seraya menyibak rambut pirangnya.

"Saya tidak mau tahu, target kita harus tercapai! Sisa waktu kita hanya satu minggu! Sampai target kali ini gagal juga, kalian bisa saya pecat! Paham?!"

Malang benar nasib para pekerja itu, memiliki seorang atasan keji seperti Yoon Jeonghan. Namun apa daya, mereka harus melaksanakan perintah atau karir mereka menjadi taruhannya. "Baik pak!" sahut mereka serentak, meski dalam hati kompak mengutuk atasan tak berperasaan itu.

Seusai rapat dibubarkan, Jeonghan tidak beranjak sedikitpun dari kursinya. Sebaliknya dia meremas dokumen di tangannya hingga tak lagi mulus seperti sedia kala.

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang