19. Full Time

1.3K 57 2
                                    

Hari itu cuaca cerah. Suara burung bersautan di pagi hari. Awan yang merentang bagai kapas. Langit yang biru bagai lautan. Matahari yang bersinar menampakan sang surya. Hari minggu. Hari untuk berlibur dan bersantai di rumah bersama keluarga.

Delisa masih tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 7. Ia masih setia menutup dirinya dengan selimut.

Tiba-tiba, Devian masuk ke kamarnya. Ia menatap Delisa cukup lama. Ia tak tega untuk membangunkannya karena tadi malam Delisa begadang karena mengerjakan pr sekolah saat dia tidak masuk.

Devian mengelus kepala Delisa. Ia tersenyum. Cantiknya. Batinnya. Setelah itu ia berniat untuk keluar dari kamar, namun Delisa sudah terbangun.

"Devian, kenapa disini?" tanya Delisa.

"Mau bangunin lo ngajak sarapan." jawab Devian.

Delisa lalu melihat jam di handphonenya. Ia kesiangan. Padahal harus bangun jam 6 buat menyiapkan sarapan.

"Oh iya lupa, aku siapin ya sarapannya." ucap Delisa.

"Jangan, gue udah buat nasi goreng tadi." cegah Devian. Delisa tertunduk malu. Harusnya ia yang membuatkannya bukan Devian.

"Udah, lo buruan mandi, abis itu sarapan." pinta Devian. Delisa mengangguk lalu beranjak ke kamar mandi.

***

"Gimana, enak?" tanya Devian di saat mereka sarapan. Delisa tertegun. Ia mengunyah layaknya seorang chef yang sedang mencicipi makanan.

"Enak kaga?" tanya Devian lagi.

"Hmm.. Enak kok. Ini nasi goreng terbaik yang pernah aku makan setelah buatan mama aku." ucap Delisa jujur.

"Lo gak lagi ngehibur gue kan?" tanya Devian tak percaya dengan apa yang diungkapkan Delisa.

"Enggak, Devian. Nasi gorengnya beneran enak. Kapan-kapan bikinin lagi ya." kata Delisa seraya tersenyum menampakkan deretan giginya.

"Kapan-kapan lo yang bikin. Masa gue mulu, terus apa gunanya lo jadi istri gue?" ucap Devian.

Delisa tertawa pelan. Ia tak menyangka Devian akan sebaik ini padanya. Tidak lagi dingin seperti dulu. Ia merasa bersyukur sudah memiliki Devian.

Begitupun Devian. Ia merasa makin hari perasaannya pada Delisa makin bertambah. Ia ingin menebus semua kesalahannya terhadap Delisa. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga Delisa dan tidak ingin kejadian yang lalu terulang lagi.

***

Delisa dan Devian sedang di mall. Devian sengaja mengajak Delisa agar Delisa tidak merasa bosan di rumah. Kini mereka sedang di toko pakaian.

"Devian beli baju couple yuk," ajak Delisa.

"Alay beli gituan." sahut Devian.

"Ih kok gitu sih. Kamu gak mau Devian?" tanya Delisa seraya menampakkan wajah kecewa.

"Beneran gak mau nih?" tanya Delisa lagi. Devian tak tega melihatnya. Ia menghela napas.

"Iya, ayo." ucap Devian.

"Yeayy!! Yang itu ya yang warna pink gambar love itu." kata Delisa seraya menunjuk yang dimaksud.

"Jangan yang itu. Masa gue cowok pakai warna pink." balas Devian.

"Yaudah, yang hitam aja tuh yang gambar beruang." kata Delisa.

"Yaudah yang itu." sahut Devian.

Mereka lalu membayar di kasir.

"Makan dulu yuk," ajak Devian menarik tangan Delisa masuk ke KFC.

***

"Dihabisin makannya, jangan mubazir." pesan Devian.

"Iya. Tapi ini kebanyakan. Kan aku mau diet." ucap Delisa. Devian sengaja memesan paket kombo untuk Delisa.

"Diet mulu, badan juga udah kecil." sahut Devian.

"Emang aku gak gemuk?" tanya Delisa.

"Enggak, menurut gue lo sempurna di mata gue. Jadi jangan diet, gue suka lo yang gini apa adanya." jawab Devian yang langsung membuat pipi Delisa memerah.

"Jadi aku cantik apa enggak?" tanya Delisa.

"Cantik." jawab Devian singkat.

"Kok kayak gak ikhlas gitu. Cantikan aku apa Tasya?" tanya Delisa yang langsung membuat Devian tersedak saat minum.

"Jangan bahas Tasya lagi di depan gue." ucap Devian.

"Kenapa?" tanya Delisa heran.

"Gue cuman suka sama lo, lo yang paling cantik, gak ada cewek lain lagi." kata Devian.

Delisa tersenyum malu. "Makasih Devian udah jadi suami yang baik banget walaupun dulu nyebelin." ucap Delisa.

"Emang gue dulu nyebelin?" tanya Devian.

"Banget. Dulu aku benci banget sama kamu Devian. Aku juga pernah nyumpahin kamu biar gak dapet jodoh, eh ternyata aku jodoh kamu." jelas Delisa mengingat kejadian dulu.

"Sekarang masih benci ga?" tanya Devian memastikan.

"Benci, benci banget kalau kamu deket-deket sama cewek lain." jawab Delisa yang sontak membuat Devian tertawa.

"Kok kamu ketawa?" tanya Delisa.

"Gue gak nyangka lo yang dulu galak bisa jadi semanis ini." ucap Devian.

"Jangan ngomong gitu, aku baper nanti gimana?" kata Delisa menunduk karena malu.

"Baper sama suami sendiri gapapa, asal jangan sama cowok lain aja." ucap Devian membuat Delisa tersenyum.

"I love you Devian." ucap Delisa sambil menatap mata Devian.

Devian tersenyum lalu mengacak rambut Delisa.

"Love you too."

Perasaan akan timbul seiring berjalannya waktu. Dia yang dulu paling kita benci bisa jadi orang itu yang akan kita sayang di kemudian hari.

To be continued...

See you next part👋

Jangan lupa vote ya

DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang