Devian sedang mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke koper. Siang ini ia akan berangkat lagi ke Amerika. Tiba-tiba, mamanya masuk ke kamar.
"Kamu beneran mau ke Amerika lagi bang?" tanya Jeni.
"Iya Ma, masih banyak tugas yang belum aku selesaikan," jawab Devian sambil sibuk mengemasi barang.
"Udah pamit ke Delisa?" tanya Jeni lagi.
Devian menatap Mamanya, "Kemarin udah, kayaknya dia belum mau maafin aku," ucapnya.
"Mungkin Delisa butuh waktu. Nanti biar Mama yang bicara pelan-pelan ke dia," ujar Jeni.
"Makasih ya Ma," ucap Devian.
***
Delisa termenung menatap keluar jendela. Sedang apa Devian sekarang? Apakah ia sudah kembali ke Amerika? Pikiran itu terus berputar di kepalanya. Apa yang harus ia lakukan?
Tiba-tiba Marisa datang bersama Raka. Ia langsung saja membukakan pintu.
"Eh ada apa Mar?" tanya Delisa.
"Devian berangkat ke Amerika 1 jam lagi. Lo beneran gak mau ketemu dia?" tanya Marisa.
"Eh, gue..."
"Gue tau Del. Lo sebenarnya pingin ketemu dia. Ikuti kata hati lo, jangan ikuti pikiran lo," ujar Marisa.
Delisa tertunduk lemah. Memang benar apa yang dikatakan oleh Marisa. Ia sangat ingin menemui Devian.
"Udah cepat lo siap-siap. Kita kesini mau jemput lo buat pergi ke bandara," ujar Raka.
Delisa mengangguk lalu segera masuk dam berganti pakaian.
***
"Lo kenapa ngikutin gue?" tanya Devian ketika sudah sampai di bandara.
"Gue mau pulang lah. Emang apa lagi," sahut Sean.
"Gak harus ngikutin jam keberangkatan gue bisa gak sih?" kesal Devian.
"Lo kok berubah sama gue. Dulu aja lo baik sama gue, semenjak lo ketemu pacar lo yang sok belagu itu lo jadi kasar sama gue," ungkap Sean.
"Jangan pernah jelek-jelekin pacar gue!" bentak Devian.
"Serah lo dah!" ucap Sean lalu menjauh dari Devian.
***
"Bisa cepat gak?" tanya Delisa. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Devian.
"Sabar, lampu merah ini," ucap Raka sambil fokus ke depan.
Sedari tadi Delisa sangat gelisah. Semoga saja Devian belum berangkat. Batinnya.
Sampai di bandara, Delisa langsung berlari mencari keberadaan Devian. Tapi ia tak ketemu juga keberadaannya. Ia tidak tahu harus mencari kemana lagi. Ia sudah pasrah dan menyerah. Delisa lalu duduk di sebuah bangku.
"Delisa!" panggil Devian dari belakang.
Sontak saja Delisa lalu menoleh dan menghampiri Devian lalu memeluknya.
"Devian. Maafin aku karna udah nuduh kamu yang macam-macam. Maafin aku," ucap Delisa sambil menangis.
Devian mengelus kepala Delisa lalu menyeka air matanya, "Udah jangan nangis lagi. Emang gue yang salah," ujar Devian.
"Devian beneran mau balik lagi ke Amerika?" tanya Delisa.
"Iya, lo bisa kan nungguin gue satu tahun lagi? Harus janji sama gue, lo harus belajar yang rajin biar bisa lulus dan buat gue bangga pas pulang nanti," pesan Devian.
Delisa mengangguk mengerti, "Iya. Devian hati-hati ya. Jangan lupain aku. Jangan genit sama cewek. Jangan lupa makan. Jangan lupa..."
CUP!
Tiba-tiba Devian mencium pipinya. Delisa sangat malu dan pipinya memerah. Jantungnya tak henti-hentinya berdetak kencang.
"Jangan ngomong lagi kalau enggak gue cium lagi," ujar Devian membuat Delisa langsung terdiam.
"Gue pamit ya. Inget pesan gue," ujar Devian.
"Iya Devian," sahut Delisa sambil tersenyum. Ia tidak boleh menunjukkan kesedihannya pada Devian.
"Pinter," ucap Devian.
"Hati-hati bro!" ujar Raka yang tiba-tiba datang sambil ngos-ngosan.
"Hati-hati Devian. Jangan nyakitin hati Delisa lagi. Inget lo!" ancam Marisa yang menyusulnya.
Devian tersenyum, "Makasih semuanya. Tolong jagain Delisa ya," ujar Devian.
"Iya, lo tenang aja. Selama ada gue aman pasti," jawab Raka.
"Sampai jumpa semuanya!" pamit Devian sambil melambaikan tangan.
"Dadah!" ucap mereka bersamaan.
***
Di perjalanan pulang, Delisa termenung ke arah jendela mobil. Sedih rasanya jika harus menunggu satu tahun lagi. Namun, ia tak boleh lemah. Satu tahun bukanlah waktu yang lama jika ia tidak memikirkannya terus-menerus.
Ia berharap, semoga Devian bisa sukses nanti dan bisa menggapai semua impiannya. Tugasnya adalah mendukung suaminya itu.
Delisa tersenyum. Perjodohan yang ia bayangkan buruk ternyata menyenangkan juga. Bisa mengenal sosok Devian adalah keberuntungan baginya. Ia tidak menyangka jika orang yang dahulu sangat ia benci, bisa menjadi sosok yang selaku ada di pikirannya.
"Sampai jumpa lagi, Devian." ucap Delisa dalam hati.
—THE END—
Terima kasih buat yang sudah setia membaca.
Ending yang, ah! menyedihkan mungkin.
Eits!! Tapi tenang. Akan ada extra part nanti.Ditunggu ya!
Oke see you<3
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Jangan lupa vote dan comment ya. Jangan jadi siders ︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶ Note : Part bagian akhir tidak berurutan, harap diperhatikan nomor part nya agar nyambung bacanya Perjodohan yang tidak diinginkan kar...