35. Extra Part - Dian

2.1K 64 1
                                    

6 tahun kemudian

Suara tangisan bayi di dalam box memenuhi ruangan persegi yang tidak terlalu besar itu. Saat itu masih pukul 3 subuh. Seorang laki-laki akhirnya terbangun dan menggendong bayi tersebut.

"Nangis lagi hm?" ucapnya.

Ia lalu membawa bayi itu ke kamarnya dan menidurkannya di sampingnya.

"Dia kenapa Devian?" tanya Delisa yang terbangun.

"Mungkin takut sendirian. Tidur di sini aja ya dia," ujar Devian yang mendapat anggukan dari Delisa.

Delisa lalu mengelus kepala putrinya itu, "Anak Mama jangan nangis lagi ya," ujarnya sambil tersenyum.

Devian yang melihat itu juga ikutan tersenyum lalu mengecup kening putrinya itu, "Tidur yang nyenyak anak Papa ya," ujarnya.

***

Marisa dan Raka sedang berada di teras rumah Delisa. Sedari tadi ia menunggu tapi pintu tak kunjung terbuka.

"Apa masih tidur? Gak terlalu pagi kan kita datengnya?" tanya Raka.

"Enggak lah. Udah jam sembilan gini masa sih masih tidur," sahut Marisa sambil melirik jam tangannya.

Tiba-tiba, pintu terbuka dan menampilkan sosok Delisa yang sedang menggendong seorang bayi.

"Wah Dian udah bangun ternyata ya," ucap Marisa sambil mengelus pipi bayi itu.

"Masuk gih," pinta Delisa dan mereka pun menurut.

***

Di ruang tamu, "Devian mana Del?" tanya Raka.

"Masih tidur dia gara-gara tadi subuh ngurusin Dian," jawab Delisa.

"Emang ayah idaman tuh anak," ucap Raka.

"Oh iya Del, kita kesini mau ngasih ini," ujar Marisa tersenyum sambil memberikan sebuah undangan.

"Cie yang mau nikah," ucap Delisa.

Marisa dan Raka hanya tersenyum malu sambil melirik satu sama lain.

"Kabar Kak Beni gimana ya kabarnya?" tanya Delisa tiba-tiba.

"Dia lagi fokus ngurusin perusahaan ayahnya di Singapura," jawab Raka.

"Gak nyangka tuh anak bisa sesukses itu," ujar Raka lagi sambil mengingat kisahnya dulu.

"Iya gak nyangka banget lo udah punya bayi aja Del," ujar Marisa.

Delisa tersipu malu sambil menatap bayi yang digendongnya itu.

"Kapan lo dateng?" tanya Devian yang tiba-tiba muncul.

"Wih Papa muda dateng," ejek Raka yang langsung mendapat tatapan tajam dari Devian.

"Kita mau ngasih undangan," jawab Marisa cepat.

Devian lalu mengangguk dan ikut bergabung duduk di sofa.

"Lo mau tau gak kabar si Tasya Dev?" tanya Raka. Dengan cepat Delisa melirik Devian.

"Gak usah bahas dia lagi," ujar Devian yang mengerti arti lirikan Delisa, menandakan bahwa ia cemburu.

"Yah gak asik. Padahal gue mau ngasih tau kalo Tasya terkena penyakit kanker otak udah stadium tiga," jelas Raka.

"Kasian banget kak Tasya," ucap Delisa. Bagaimanapun juga, ia tidak boleh menjadi egois.

"Eh siapa yang dulu lo bawa ke sini tuh? Se apa namanya gitu," tanya Raka.

"Sean?" tanya Devian.

"Nah iya, gimana kabarnya?" ucap Raka.

"Udah nikah dia sebulan yang lalu, udah jangan bahas itu lagi," jawab Devian.

"Oh," sahut Raka.

***

"Kita pamit ya, mau nyebarin undangan ke yang lain lagi," pamit Marisa.

"Iya, lo hati-hati," ucap Delisa.

Marisa dan Raka lalu masuk ke mobil dan mobil mereka keluar dari perkarangan rumah.

"Ayo masuk sayang," ajak Devian sembari memeluk Delisa dari belakang.

"Ih aku malu tau. Jangan disini, kasian Dian kejepit," ucap Delisa malu.

"Ya udah, tidurin dulu Dian biar enak kita ngapa-ngapain," ucap Devian sambil tersenyum.

"Deviann ya dasar," ucap Delisa lalu masuk ke dalam disusul oleh Devian.

- THE END -

Terima kasih buat yang sudah baca
Sampai jumpa di cerita berikutnya👋


DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang