"Gue ga mau." jawab Delisa lalu melepaskan tangannya.
"Mama nyuruh buat makan malam dirumah,"
"Dan kita harus kesana." jelas Devian.
Apa boleh buat? Jika mama mertuanya yang menyuruh ia harus ikut dan tidak boleh membantah.
Malam itu, Delisa sudah siap dengan baju terusan berwarna cream dibalut dengan sweater abu-abu.
"Udah siap?" tanya Devian seraya memakai jam tangannya.
"Udah." jawab Delisa singkat.
***
Saat ini, Delisa sudah sampai di rumah mertuanya.
"Eh udah dateng. Makin cantik aja kamu sayang." puji Jeni.
"Hehe makasih ma." sahutnya.
"Ayo masuk, udah ada papa kamu di meja makan." ujar Jeni.
"Halo pa." sapa Devian pada papa nya lalu menyalaminya diikuti oleh Delisa.
"Udah besar ternyata kalian. Gimana sekolahnya?" tanya Rendy.
"Lancar pah, hehe." jawab Delisa cengengesan.
"Dev, kamu jaga Delisa dengan baik kan?" tanya Jeni kepada Devian.
"Pasti dong ma. Aman kalo sama Devian." jawab Devian. Di depan kedua orang tuanya ia harus bersikap baik-baik saja dengan Delisa.
"Udah ayok makan. Ntar keburu dingin." ujar Jeni.
***
"Makasih Ma, Pa makan malamnya hehe. Delisa pamit ya." ucap Delisa sambil menyalami tangan kedua mertuanya.
"Iya sayang, hati-hati ya." sahut Jeni sambil mengelus kepala Delisa.
"Kamu juga Dev, jaga Delisa dengan baik dia itu udah jadi tanggung jawab kamu." pesan Rendy.
"Iya pah." jawab Devian.
Di sepanjang perjalanan, hening. Tak ada yang bicara. Devian fokus menyetir mobilnya sedangkan Delisa memainkan handphonenya.
"Lu nangis tadi siang?" tanya Devian memulai pembicaraan.
"E-enggak kok." jawab Delisa berbohong.
"Jangan bohong, gue tau dari Marisa, katanya lo habis nangis." Kata Devian.
Ini semua karna lo, Dev. Batin Delisa.
"Ga ada apa-apa kok. Cuman masalah kecil aja." jelas Delisa. Ia sengaja menyembunyikannya dari Devian bahwa ia melihat Devian dengan Tasya tadi siang.
"Serah lo. Kalo ada masalah cerita sama gue, lo udah jadi tanggung jawab gue." ucap Devian.
Delisa terdiam. Ingin rasanya ia menangis dan menceritakan bahwa ia cemburu Devian dekat dengan Tasya, namun niatnya ia urungkan agar ia tak tampak lemah di depan Devian.
Drtt..Drtt...Handphone Devian berdering. Delisa bisa melihat tertera nama Tasya disana.
"Ga diangkat?" tanya Delisa.
"Ga penting." jawab Devian singkat.
Handphone itu berdering berkali-kali. Karena geram akhirnya Devian mengangkatnya.
"Kenapa?"
"..."
"APA? Oke gue kesana sekarang!"
Devian lalu menutup teleponnya.
"Del, lo bisa naik taksi gak? Biar gue pesenin, gue ada urusan mendadak." ucap Devian.
Disini kan sepi, Dev. Gue takut gelap. Batin Delisa. Namun ia hanya mengangguk saja padahal ia sangat takut jika naik taksi sendirian saat malam apalagi di jalan sepi begini.
"Oke udah gue pesenin. Bentar lagi dateng. Gue duluan." Ucap Devian lalu melajukan mobilnya.
Delisa menunggu taksi nya datang sambil berjongkok di jalan itu. Namun tiba-tiba...
"AAAA T-TOLONG!"
To be continued...
Kira-kira ada apa ya? Penasaran ga nih?
See you di next part👋
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Jangan lupa vote dan comment ya. Jangan jadi siders ︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶ Note : Part bagian akhir tidak berurutan, harap diperhatikan nomor part nya agar nyambung bacanya Perjodohan yang tidak diinginkan kar...